.
.
.
Ada satu hal yang Nena sukai dari Darga dari dulu sampai sekarang. Tentang bagaimana santainya sikap laki-laki itu saat sedang memimpin rapat atau meeting dengan jajaran direksi ataupun klien.
Darga tidak banyak berbicara, namun paham sekali dengan pembahasan apa yang sedang dibicarakan. Juga tatapan mata intens yang membuat Nena semakin jatuh cinta. Dulu.
Seperti saat Darga sedang memimpin rapat. Laki-laki itu mungkin hanya akan diam dan mendengarkan saja. Tapi tatapan matanya selalu menelisik setiap orang yang berada di ruangan. Mengamati mereka satu-persatu, lalu tiba-tiba memberi mereka pertanyaan.
Mungkin Darga orang yang paling siang datang ke kantor. Terlihat paling tidak niat dan malas. Tapi laki-laki itu memiliki caranya sendiri untuk bekerja. Dan Nena selalui menyukai itu. Sikap cool Darga saat menghadapi situasi di sekelilingnya. Khususnya masalah pekerjaan.
Dan itu membuat Nena tanpa sadar tersenyum.
"Kenapa senyum-senyum?"
Suara berat di sampingnya membuat Nena terkejut. Apalagi melihat wajah Darga yang begitu dekat dengan wajahnya.
"Ish!" Nena segera mendorong bahu Darga. "Apaan sih lo?! Fokus Dar! Fokus!" ujarnya ketus.
"Gue mah fokus dari tadi. Lo aja yang malah senyum-senyum sendiri!" Darga tersenyum miring.
Nena memberengut kesal.
"Baik, Pak Darga. Kami akan langsung mempelajari proposal yang Bapak berikan. Dan kami akan segera mengabari bapak."
Darga dan Nena terkesiap saat dua orang bapak-bapak dari PT. Anderson Express itu langsung berdiri bersiap menghampiri meeting siang ini. Karena kedatangan kedua orang dari PT. Anderson Express itu memang mendadak. Jam empat sore, membuat jadwal pulang Darga dan Nena tersendat.
Darga dan Nena seketika bangkit berdiri menyalami kedua bapak-bapak itu bergantian.
"Maaf jika kedatangan kami begitu mendadak. Membuat agenda Pak Darga dan Mbak Nena terganggu."
"Oh, enggak kok Pak Sony, nggak mengganggu sama sekali. Santai saja." Darga tersenyum kalem.
Setelah berbasa-basi membicarakan agenda meeting selanjutnya. Kedua bapak-bapak—Pak Sony dan Pak Miko keluar dari ruang meeting.
Darga seketika menghempaskan diri saat pintu sudah tertutup kembali. Dia menyandarkan punggung pada kursi dan memejamkan matanya sejenak. Namun Darga tahu hal itu tak berlangsung lama, karena selanjutnya dia sudah asyik memperhatikan Nena yang tengah membereskan laptop dan berkas-berkas yang menumpuk di meja.
Nena seketika menghentikan gerak tangannya saat sadar ada sosok yang terus memperhatikannya sejak tadi. Dia mendengus saat menyadari Darga tengah memperhatikannya dengan senyuman geli. Nena berdecak dalam hati. Lihatlah, gaya Darga sekarang persis seperti ceo-ceo songong di cerita romance.
"Laptopnya mau lo bawa balik atau balikin ke ruangan lagi?" tanya Nena setelah selesai membereskan meja bekas meeting mereka.
"Gue bawa aja deh," jawab Darga seketika bangkit. Sedangkan Nena langsung memasukkan laptop itu ke dalam tas lalu memberikannya pada Darga.
Keduanya lalu keluar dari ruang meeting dan berjalan beriringan. Darga sesekali melirik Nena yang berjalan anteng di sampingnya.
"Lo ada janji kan sama gue, Nen?"
Nena mengenyit. "Hah? Janji apaan? Perasaan gue nggak ngejanjiin apapun tuh!"
Darga berdecak. "Tadi kan lo janji mau masakin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...