.
.
.
Darga kesal bukan main. Maksudnya mengajak Nena ke kafetaria kantornya, kan untuk makan siang. Tapi kenapa sekarang dia malah makan seorang diri disini?
Darga ingat sekali, beberapa menit yang lalu Nena masih disini. Memesankan makanan untuknya dan duduk menemaninya. Tapi tahu-tahu Revi datang dan membawa Nena menjauh.
"Eh, Nen! Yuk ikut gue!" Revi datang dan langsung menarik lengan Nena.
Nena yang baru akan mulai makan mengerjap kaget. "Apaan sih Rev, gue makan dululah!"
Namun Revi malah mencebikkan bibirnya. Seketika berbisik pada Nena. "Itu Nen, arah jam tiga ada Rudian sama Arfandi lagi makan bareng. Kita gabung mereka yuk!"
Nena menoleh cepat ke arah yang dimaksud Revi. Selisih satu deret dengan meja yang didudukinya sekarang. Dia bisa melihat dua orang laki-laki sedang makan disana. Di sisi kanan seorang laki-laki jangkung yang sedikit gondrong. Sampingnya lagi laki-laki berkulit putih namun lebih pendek. Jadi mereka yang bernama Arfandi dan Rudian.
Nena menoleh saat tangan Revi menarik-narik lengannya. Perempuan itu ngotot sekali mengajaknya bergabung di sana. Nena akhirnya mengalah dan beranjak bangkit.
"Dar, gue gabung ama Revi ya." pamitnya pada Darga lalu beranjak menyusul Revi yang sudah bersorak girang.
Darga hanya melotot saat tahu-tahu Nena sudah membawa nampannya menjauh. Dia melongo, baru meninggalkan si bebek sebentar untuk bermain game. Sekarang si bebek itu malah pergi bersama Revi. Dia ingin mengumpat, saat dilihatnya Revi mengajak Nena bergabung dengan dua pegawai laki-laki yang tak dia kenal namanya.
Darga mendengus kesal, kembali melirik ke deret meja nomor dua dari selatan. Tepatnya pada baris meja keempat, Nena masih disana. Masih bersama Revi yang kini malah asyik mengobrol dengan dua laki-laki itu. Menyebalkan!
Darga tidak suka melihatnya, sungguh! Rasa kesalnya sama seperti saat Nena pergi bersama laki-laki bernama Harsa minggu lalu. Darga mengaduk-aduk sotonya malas. Rasanya dia sudah tak berminat menghabiskan seporsi soto ayam di hadapannya. Lalu tangannya beralih menusuk-nusuk siomay dan memasukkannya bulat-bulat ke dalam mulut. Sembari sesekali dia melirik kesal ke arah meja Nena.
Darga masih diam memendam kesal saat ponselnya tiba-tiba berdering di saku membuatnya mendengus malas. Meraih tissu sejenak, dia mengeluarkan benda pipih itu dari saku celana. Dia mengernyit saat sederet nomor tak dikenal terpampang di layarnya. Siapa?
"Hallo?"
"Hallo, Mas Edwarga ya?"
Kening Darga berkerut. "Ya—dengan saya sendiri."
"Saya Artia, dari fine WO, mau memberitahukan kalau siang ini Mas Darga ada jadwal fitting baju untuk akad, di codes butik, siang ini pukul dua. Apa Mas Darga bisa hadir? Kalau berhalangan akan saya reschedule ulang."
Darga terdiam melirik jam tangannya. Sekarang masih pukul satu. Berarti masih ada sekitar satu jam lagi. Melirik Nena sejenak, laki-laki itu menerbitkan senyuman.
"Oke, saya free kok siang ini. Nggak apa-apa."
"Baik Mas, kalau begitu."
"Ehm, apa saya fittingnya bareng Clarissa?" Darga menggigit bibirnya.
"Tidak Mas, untuk fitting Mbak Clarissa, nanti malam pukul tujuh. Bagaimana Mas?"
Darga mengangguk paham. "Nggak apa-apa, makasih udah ngingetin saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...