.
.
.
Sudah berapa lama Darga tidak datang ke tempat ini? Seingatnya saat dia datang ke sini terakhir kali. Hubungannya dengan Nena saat itu agak canggung dan merenggang. Nena menjauhinya tiba-tiba. Darga kesal karenanya. Lalu mereka seperti bermain kucing-kucingan setelahnya. Hingga suatu siang Darga membuat Nena terjatuh di tangga.
"Bek, buruan buka pintunya, berat nih!" Darga menggerutu menanti Nena yang membuka pintu apartemennya.
Nena mencibir malas. "Berat apaan?! Itu bukan beras ya, Dar. Masa ngangkat gitu aja, berat sih lo!"
Nena lalu masuk ke dalam unitnya. Darga mengikutinya di belakang, masih membawa box besar berisi baby bouncer yang dibeli Nena tadi.
"Taruh mana?" tanyanya.
Nena memutar bola matanya. "Ah, taruh situ aja." tunjuknya pada sisi kosong di pojok ruangan.
Darga menurunkan box itu disana. Dia lalu menghempaskan tubuhnya di sofa. Melepaskan jasnya menyisakan kaos putih lengan panjang yang melapisi tubuhnya. Merasa sejuk dengan semburan angin dari ac. Darga nyaris memejamkan matanya di sofa.
Sesaat kemudian Darga kembali membuka mata. Dia mendapati Nena mulai melepaskan blazernya dan melepaskan ikatan rambutnya. Membuat rambut keunguan perempuan itu berkibar-kibar.
"Nen, minta minum dong!" seru Darga.
Nena menoleh malas. "Dih, biasanya ngambil sendiri juga!" ujarnya lalu masuk ke dalam kamar.
Darga bangkit dengan semangat. Mengambil sebotol air dingin dari kulkas meneguknya hingga tandas. Darga kembali membuka kulkas Nena, dan mengabsen isinya. Pantas perempuan tadi tak mau diajak makan. Ternyata dia punya cukup banyak bahan makanan di kulkasnya. Hmm. Senyum Darga tanpa sadar mengembang.
Darga menoleh saat mendapati seseorang keluar dari dalam kamar. Sudah jelas itu si bebek. Siapa lagi.
Senyum Darga mengembang melihat Nena keluar dari dalam kamar dengan t-shirt putih dan celana pendek berwarna pink. Perempuan itu terlihat segar sesudah mandi. Dia tengah mencepol rambutnya ke atas.
"Lo ngapain?" Nena memicing curiga saat mendapati Darga membongkar kulkasnya. "Mau nyolong cemilan gue ya lo?!"
"Dih!" Darga mengedik. Namun sedetik kemudian dia tersenyum cerah. "Lo nggak laper emang, Bek?"
Nena mengernyit. Ikut melangkah memasuki dapur. Mengambil minuman dalam kulkas. Lalu meneguknya membuat desahan leganya keluar. Sementara Darga masih berdiri disana. Dengan senyuman mengembang yang membuat Nena mengernyit tajam.
"Lo ngapain sih?! Minggir Dar!" Nena mendorong bahu Darga kesal.
"Lo mau masak kan, Nen?" Darga menaik-turunkan alisnya.
Nena mendengus sebal. "Mau masak atau enggak, itu urusan gue!"
Nena kembali mendorong-dorong Darga untuk keluar dari dapurnya. Namun selayaknya arca, tubuh Darga begitu kokoh. Tak mampu diusirnya keluar dari dapur. Nena pun menyerah membiarkan laki-laki itu bertindak semaunya.
Darga tak bisa menyembunyikan senyum penuh kemenangannya. Menyedekapkan tangan senang saat memperhatikan Nena yang tengah mengeluarkan bahan-bahan makanan dari dalam kulkas. Ada udang, wortel, tahu dan beberapa bahan lainnya.
Darga menghampiri Nena lalu mengelus pucuk kepala perempuan itu. Membuat Nena mendengus.
"Masak yang enak ya, Bek! Gue tunggu!" Darga nyengir lalu keluar dari dapur kecil Nena. Duduk manis di atas sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...