{74} L.O.V.E. {74}

1.2K 69 0
                                    

.

.

.

Nena mengerang saat sayup-sayup sinar mentari mengganggu tidurnya. Dia mengerjap sesaat lalu tersenyum melihat wajah tampan di sebelahnya. Rasanya semalam masih seperti mimpi bagi Nena.

Saat seorang Edwarga Jianno mengatakan dia mencintai Chikita Yerina. Sangat merindukannya, hingga memajang foto Nena di kamar laki-laki itu. Lalu sisa waktu semalam dihabiskan Nena dan Darga untuk saling melepas rindu. Dan mengumbar kata-kata cinta seperti pasangan kekasih yang sedang kasmaran.

Nena beringsut melepaskan lengan Darga yang memeluknya erat. Nena malah semakin memajukan wajahnya. Tangannya dengan jahil menjelajahi wajah laki-laki itu. Menyentuh helaian rambut blondenya lalu turun dari kening sampai di bibir laki-laki itu.

Darga tampaknya tidur sangat nyenyak. Hingga ulah jahil Nena tak membuat laki-laki itu terbangun. Nena membiarkannya. Masih setengah menguap, dia menyibak selimut yang menyelimuti keduanya. Dia menurunkan kakinya, lalu perlahan berjingkat ke arah sleeding door yang terhubung pada balkon.

Nena menyibak tirai lalu membuka pintu sangat pelan. Takut membangunkan Darga yang masih tertidur. Nena melompat ke arah balkon merasakan udara segar yang berhembus. Nena menarik nafas berkali-kali. Dia masih tidak percaya bahwa saat ini dia sedang menghirup udara Ceko, Praha. Wauw, rasanya masih bagai mimp!

Nena bertopang dagu menatap pemandangan indah dari balkon kamar Darga. Dan sejauh mata memandang gedung-gedung tua bergaya—abad medieval menyegarkan matanya. Sedikit melirik ke bawah, orang-orang sudah mulai berlalu lalang memulai hari. Mobil-mobil juga sudah mulai memadati jalanan. Dalam sepanjang hidupnya, Nena tak menyangka bangun pagi akan semenarik ini.

Nena baru saja akan berbalik saat sebuah pelukan terasa di belakangnya. Tentu dia tahu, siapa sosok yang melakukannya. Tunggu, bukannya Darga tadi masih tertidur pulas.

Melirik tangan yang melingkari perutnya. Nena melirik wajah mengantuk Darga yang sudah menempel di ceruk lehernya. Tangannya menepuk-nepuk pipi laki-laki itu.

"Udah bangun?"

Darga hanya mengangguk tanpa mengubah posisinya. Dia lalu mendongak menatap wajah Nena lekat-lekat. "Aku pikir kamu pergi, ninggalin aku. Dan ternyata semalam itu cuma mimpi." Darga cemberut. Semakin erat melingkarkan tangannya di perut Nena. "Jangan tinggalin aku, Love."

Nena hanya tertawa. "Aku nggak mungkin ninggalin kamu, Dar. Aku, kan nggak tahu jalan disini."

"Yah, siapa tahu aja kamu tiba-tiba udah pulang ke Jakarta?" Darga masih cemberut seperti anak-anak.

Nena memutar badan sepenuhnya hingga dia bisa menatap laki-laki itu. Darga yang mengenakan kaos polos berwarna putih dengan celana pendek hitamnya. Terlihat tampan di mata Nena. Membuatnya mengalungkan kedua tangan di leher Darga.

"Kamu ganteng," bisiknya mesra.

Raut Darga bersemu merah. Tangannya balas melingkari pinggang Nena. "Kamu juga cantik," balasnya berbisik.

Nena mengerut sangsi. Melirik penampilannya sendiri. Dia hanya memakai kaos gombrong warna hijau pupus. Dengan celana pendek berwarna putih yang tersembunyi di balik kaosnya.

"Masa?"

Darga mengangguk. Lalu memajukan wajahnya mencium bibir Nena lembut. Kedua tangannya semakin erat melingkar di pinggang Nena. Cukup lama mereka melakukan penyatuan bibir itu, hingga Nena tahu-tahu mendorong tubuh Darga.

"Malu, Dar. Kita di balkon." Nena menunduk dengan wajah merah. "Gimana kalau ada yang lihat?"

Darga malah tertawa. Kembali memberikan kecupan manis di bibir perempuan itu. "Love, ini Praha bukan Jakarta. Nggak ada yang bakal peduli."

***

Darga buru-buru masuk ke area loker saat waktu menunjukkan pukul lima sore. Bergegas mengganti kemeja putih yang dikenakannya dengan kaos dan jaket. Dia bergegas keluar dari sana. Selama seharian berada disini, dia sama sekali tak bisa berkonsentrasi. Pikirannya selalu saja tertuju pada seseorang yang menunggu di flatnya.

Meski jam istirahat tadi Darga sempat menelpon Nena. Perempuan itu berkata, sedang bersantai setelah membersihkan seisi flatnya. Darga cukup lega. Setidaknya Nena tidak pergi kemana-mana tanpa dirinya.

"Hi, Edward! You are go home already?"

Suara seseorang membuat Darga menoleh. Dia tersenyum ke arah Max salah satu teman dekatnya disini. Nama laki-laki berambut blonde asli itu adalah Maximillian, orang Prancis. Tapi kuliah dan lama menetap di Ceko. Max juga yang mengajaknya untuk bekerja part time di coffe shop ini.

Ngomong-ngomong, orang-orang disini mamanggil Darga dengan Edward, diambil dari Edwarga. Karena dia selalu memperkenalkan diri dengan Edwarga. Namanya memang itu, bukan.

Darga tersenyum menatapnya. Di hari biasa, setelah shift mereka selesai, Max pasti akan mengajaknya jalan-jalan sejenak. Atau sekedar bermain skateboard di taman. Tapi Darga tak ingin melakukan itu saat ini. Karena sudah ada yang menunggunya pulang.

"Yes, because i wanted to stop by somewhere." jelas Darga. "See you later, Max!"

Max hanya mengangguk sembari mengganti kemejanya. "Ya, be careful."

Darga segera keluar dari coffe shop. Langkahnya sedikit terburu-buru. Senyumnya mereka cerah saat toko yang ditujunya sudah di depan mata. Darga mendorong pintu kaca dengan cepat. Tersenyum pada seorang perempuan penjaga toko.

"Can i see that ring again?" tanya Darga. Nafasnya sedikit terengah.

"Ya," perempuan berkaca mata itu segera mengeluarkan cincin yang dimaksud. "I keep it for you. I know you will come again for this." ucapnya mengulurkan cincin itu ke arah Darga.

Darga tersenyum menatap cincin mungil berkilauan di hadapannya. Dengan batu ruby berwarna biru yang cantik. Cincin itu membuat Darga jatuh hati. Sejak pertama kali melihatnya beberapa minggu yang lalu. Saat dia mengantar Max membeli hadiah untuk kekasihnya.

Darga yakin Nena pasti akan cocok memakainya. Dia tersenyum menatap cincin itu. "I take this one." ucapnya.

Perempuan itu tersenyum lalu membungkus cincinnya dengan sebuah pita cantik. "I hope that women will like it."

Darga menerimanya. "Sure, thank you."

Darga lalu keluar dari toko perhiasan itu. Dia memasukkannya ke dalam saku jaketnya. Tak butuh waktu lama bagi Darga mencapai flatnya. Dia tak sabar menunggu lift terbuka hingga dia bisa segera berlari ke flatnya.
.

.

.
tbc...

Hallo, Darga - Nena up menemani year end, kaliaaaan...!!!

Sekali lagi yang mau baca versi lengkap praha edition, silahkan ke KaryaKarsa ya...!

Oke, semoga menghibur kaliaaan yg liburannya cuma di rumah ajaaa... Meski di rumah aja, semoga kaliaaan tetap happyyy ya....

Jangan lupa vote....

Ramaikan kolom comment....

Thank youuuu.....

🎉🎉🎉🎉

You Make Me BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang