{1} Welcome To The Broken Heart Land {1}

5.3K 211 4
                                    

.

.

.

Mencintai seseorang adalah sesuatu yang rumit. Setidaknya itulah yang Nena pikirkan sejak mengenal sosok-itu. Menghembuskan nafas berat. Jika bisa Nena ingin menghapus nama itu selamanya. Tapi bagaimana caranya? Bahkan sampai semalam Nena masih memimpikan sosok itu dalam tidurnya. Membuatnya terbangun dengan keadaan mata sembab. Bagaimana tidak, kalau dia harus menangis dulu sebelum bisa memejamkan mata.

Nena menatap keadaan sekelilingnya yang kacau. Sejak beberapa bulan lalu hidupnya memang kacau. Gara-gara undangan keemasan sialan itu! Ugh, rasanya Nena ingin membakarnya! Lalu dimana benda sialan itu?!

Nena bangkit dari posisi malas-malasannya di atas ranjang. Melirik jam sebentar, sudah pukul sebelas siang ternyata. Untungnya ini hari Sabtu, jadi Nena tidak perlu berangkat kerja dan bertemu sosok sialan itu. Sosok yang memporak-porandakan hatinya.

Menghirup nafas panjang, Nena masih bisa merasakan aura suram yang dikeluarkan dirinya sendiri. Ah, tapi perutnya yang keroncongan ini memaksanya untuk beranjak dari kasur empuknya.

Membuka pintu kamar dan menemukan ruang tengah apartementnya yang berantakan membuat Nena mengedik acuh. Tak peduli pada keadaan di sekelilingnya. Dia memilih menuju dapur, membuka kulkas dan tak menemukan apa-apa kecuali sebungkus nugget yang membeku. Nena merobek kasar bungkus nugget itu. Segera menyalakan kompor dan mengambil wajan.

Nena mengambil nafas saat merasakan dadanya sesak. Dalam bayangannya dia bisa melihat telur dadar kesayangannya bersanding dengan perempuan lain. Meninggalkannya dengan hati terluka.

"Kenapa sih gue lemah banget?" gumamnya menghapus kasar air mata yang tahu-tahu mengalir deras. Hingga tanpa sadar bau-bau sangit mulai menguar membuat perempuan berpipi chubby itu memekik kaget.

"Ya elah, nugget gue gosong lagi," decaknya melihat warna nugget yang sudah menghitam.

Malas dengan nugget, Nena keluar dari dapur setelah mematikan kompor. Dia meneguk air dingin dari tupperware besarnya lalu menghempaskan diri di sofa ruang tengah. Dan benda sialan itu ada disana! Ya, benda tipis keemasan itu tergeletak di meja depan televisi. Nena mendecih kesal. Rasanya ingin membakar serta meremukkan benda sialan itu.

Nena meraih kasar undangan itu dari atas meja. Membukanya kasar lalu membacanya membuat air matanya mengalir deras.

Edwarga Jianno Leon

&

Clarissa Yurina

Bersamaan dengan itu suara bel yang berbunyi membuat kartu undangan itu selamat dari amuk Nena. Menghempaskan undangan sialan itu. Nena bangkit dan membuka pintu dengan malas.

Seorang perempuan berwajah manis menampakkan dirinya membuat Nena membiarkan perempuan itu masuk.

Hirla­­-tamu Nena itu hanya membulatkan matanya saat mendapati ruangan dalam apartemen yang di datanginya berantakan bak kapal pecah. Baju-baju berserakan. Sepatu, tas dan macam-macam bungkus snack turut meramaikan lantai. Hirla menghela nafas panjang. Lalu meletakkan kantong plastik yang dibawanya ke atas meja.

"Sendirian aja lo?" tanya Nena dari arah dapur. Dia bergegas mengambilkan minum untuk temannya yang datang berkunjung itu.

"Tadi dianterin Oyan sampe pintu." jawab Hirla mendudukkan diri di sofa.

"Terus Oyannya mana?" tanya Nena ikut duduk di samping Hirla menyuguhkan segelas air putih.

"Pergi, ada urusan soal kebun." Hirla tersenyum. "Makanya sampe urusannya Oyan selesai, gue numpang sini ya, Nen."

You Make Me BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang