.
.
.
"Gue anter yuk, Nen?"
Darga menghampiri Nena setelah membereskan sisa pekerjaan di mejanya. Termasuk mematikan laptop. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, yang berarti jam kerja mereka sudah usai.
"Kemana?" tanya Nena sembari memasang sling bag-nya.
"Kemana aja pokoknya gue anter." Darga mengedip membuat Nena berjengit.
"Dih, kesambet apa lo tiba-tiba baik sama gue?"
Darga mendengus. "Gue kan aslinya super baek, Bek. Lo kemana aja, sih?"
Nena tertawa kecil. "Iye, iye, yuk ah!"
Nena membuka pintu lebih dulu. Darga mengikutinya di belakang. Dia mengulum senyum kecil. Darga buru-buru menjejari langkah Nena. "Sebelum balik, ikut gue dulu, yuk?" ajak Darga.
Nena mengernyit. "Hah? Kemana?"
Darga menarik tangan Nena memasuki pajero-nya. Lalu dengan cepat Darga membawa roda besi itu melintasi jalanan. Dan Nena tahu betul Darga akan membawanya ke suatu tempat. Dia menghela sebentar lalu menoleh.
"Mau kemana, sih?" Nena bertanya malas. Sebenarnya dia lelah dan ingin berleha-leha di apartemen. Tapi si telur dadar ini malah mengajaknya entah kemana.
Nena menganga saat Darga membelokkan mobilnya ke basement parkir pusat perbelanjaan yang sangat dikenalnya. Dia menatap bingung Darga.
"Lo ngapain ngajak gue kesini?" tanya Nena setelah mobil Darga berhenti.
Darga menoleh manis. "Ya nggak apa-apa. Lo seneng kan tapi, kalo gue ajak kesini?"
"Hah?"
Nena tak sempat menjawab karena Darga langsung menariknya keluar dan mendorong Nena masuk ke dalam lift. Masih menatap Darga tak memgerti. Nena mendengus sebal.
Pertama, Darga membawa Nena masuk ke dalam gerai sepatu. Lalu Darga mendorong-dorong Nena untuk melihat-lihat sepatu yang terpajang.
"Gue disuruh ngapain sih?!" Nena berdecak kesal.
"Ya, lo liat-liat, nyobain atau apa kek. Ini kan toko sepatu cewek!"
Nena menggeram. Masih tak mengerti apa yang ingin dilakukan Darga. Mengajaknya ke mall. Lalu membawanya ke gerai sepatu ternama.
"Lo yang ngajak ya Edwarga, gue nggak tanggung jawab!"
Darga mengedik singkat. "Beli aja yang lo mau."
Seperti kebanyakan perempuan, Nena juga suka berbelanja. Meski tidak terlalu rutin. Tapi dia kerap melakukannya. Apalagi jika dia sudah mulai tidak mood dengan barang-barang di alamarinya.
Setelah keluar dari gerai sepatu, Darga malah masuk ke salah satu gerai pakaian merk ternama. Nena mengikuti saja dari belakang. Toh, dia sudah mendapat dua sepatu baru.
"Ck! T-shirt mulu, lo nggak niat beli kemeja apa?" tanya Nena saat Darga sudah mencomot dua kaos lengan panjang.
"Kemeja gue banyak di rumah."
"Nggak pernah lo pake."
Darga menoleh malas. "Nggak enak pake kemeja. Mending kaos."
Nena mengangguk saja. Dia paham karena Darga tidak tahan panas dan benci berkeringat. Jadi laki-laki itu lebih menyukai bahan kaos yang nyaman.
Setelah mendapat beberapa potong kaos baru, Darga dan Nena keluar dari gerai pakaian itu. Nena menatap Darga.
"Mau kemana lagi kita sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...