.
.
.
Berkat sedikit pencerahan dari seorang Arbianno. Darga menemukan semangatnya kembali. Dia tak bisa membiarkan keadaannya seperti ini terus. Darga harus memperjuangkan sosok berharga dalam hidupnya. Sumber kekuatannya, alasannya untuk terus tersenyum. Bebek kesayangannya. Nenanya yang paling berharga.
Maka, begitu selesai makan malam bersama keluarganya. Darga segera mengambil jaket dan kunci mobil dari kamar. Lalu turun lagi dengan cepat. Barpamitan sekilas kepada papa dan mamanya. Dia abaikan teriakan si kembar yang menanyakan akan pergi kemana.
Darga membawa pajeronya membelah jalanan. Rencananya dia akan ke apartemen Nena lagi malam ini. Namun sebelum itu dia harus membeli sesuatu dulu. Biasanya para kaum hawa akan senang dengan kejutan dan hadiah. Maka Darga akan memberikannya agar si bebek itu senang.
Darga dengan cepat membeli sekotak pizza dan sebuket bunga mawar yang cantik. Setelahnya dia dengan cepat membawa pajeronya ke arah apartemen Nena.
Selama melewati lorong di lantai 12, jantung Darga berdetak dengan kencang. Rasanya begitu berdebar-debar. Dia menatap pizza dan buket bunganya penuh harap. Semoga kedua benda ini bisa membantunya meluluhkan hati Nena kembali.
Darga memencet bell dengan gugup. Berharap Nena segera membuka pintu untuknya. Dan harapnya langsung terkabul saat Nena menampakkan diri di balik pintu.
Nena membulatkan matanya saat melihat siapa yang datang. Tangannya langsung bergerak kembali menutup pintu. Namun Darga menahannya membuat tenaga Nena kalah dari tenaga Darga. Hingga akhirnya Nena menggeram saat Darga berhasil melenggang masuk ke dalam apartemennya.
"Taraaa! Gue bawain pizza buat lo! Dimakan yuk, Nen!" seru Darga ceria.
Nena hanya memandang datar. "Lo makan aja sendiri." ucapnya lalu mengambil air minum di dapur.
Nena bermaksud membuka pintu kamar tapi Darga menahannya dengan cepat. Dia menarik tangan Nena. Hingga dia bisa melihat wajah perempuan itu dengan seksama. Lingkar hitam dan mata bengkak menjadi hal pertama yang Darga lihat. Seketika hatinya perih melihat pemandangan itu. Rambut panjang perempuan itu dicepol asal. Lalu Nena yang hanya mengenakan kaos oblong putih dan celana pendek hitam.
Darga merasakan nafasnya sesak saat melihat bahwa kondisi Nena juga tak baik-baik saja. Seperti dirinya pagi tadi. Tapi Darga memaksakan seulas senyum. Dia mengeluarkan sebuket bunga dari balik punggungnya.
"Taraaaa! Ini bunga spesial buat perempuan paling spesial di hidup gue." Darga mengulurkan buket bunga itu kepada Nena.
Nena tertegun. Selama bertahun-tahun dia mengenal laki-laki itu belum pernah sekalipun Darga memberinya bunga. Nena menggigit bibirnya. Diam-diam merasa terharu menatap buket bunga mawar itu. Tapi jika mengingat luka yang belum sepenuhnya mengering. Nena memilih memalingkan wajahnya.
"Makasih," Nena berucap cuek. "Tapi gue nggak suka bunga. Lebih baik lo bawa pulang aja bunganya."
Setelah mengatakan hal itu Nena masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Meninggalkan Darga mematung disana.
Mengepalkan tangannya erat. Darga menggenggam erat buket bunga di tangannya. Ingin coba mengetuk. Tapi Darga sadar diri bahwa Nena tak ingin ditemui. Dengan kedua mata memanas dia mendudukkan diri di sofa, tempat biasa mereka duduk dan mengobrol. Kepalanya menengadah ke atas. Bersamaan dengan liquid bening itu turun dari kedua matanya. Membasahi buket mawar di tangannya.
Darga tak akan menyerah itu tekadnya. Tapi penolakan Nena tetap terasa pedih di hatinya meski dia tahu rasa itu tak sebanding dengan rasa sakit yang Nena rasakan. Mengambil nafas dalam-dalam. Dia perlahan bangkit menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...