.
.
.
Malam yang penuh bintang. Angin yang berhembus perlahan. Hingga ombak yang berderak riang. Membuat pemandangan kuta menjadi kian sempurna. Clarissa tak bisa berhenti memandangi pantai yang ada di hadapannya. Menatap sekeliling penuh kekaguman. Dia tahu bahwa segala impiannya telah terwujud saat ini.
Bali dan segera pesonanya selalu membuat Clarissa kagum akan pulau ini. Maka sejak delapan tahun yang lalu, satu-satunya hal yang ingin dia lakukan adalah mendatangi tempat ini. Memandangi pantai, merasakan hembusan angin, juga merasakan halusnya pasir putih. Dan kini dia bersyukur masih bisa melakukannya lagi.
Tak bosan-bosannya memandang laut yang membentang. Clarissa mengalihkan pandangannya pada laki-laki yang sejak beberapa hari lalu ini resmi menjadi suaminya.
"Makasih ya Dar, kamu udah mau kabulin keinginanku. Dan bawa aku ke tempat ini. Aku seneng banget." Clarissa tersenyum senang.
Darga balas tersenyum. Dia menggenggam tangan Clarissa di atas meja. "Sama-sama, Cla. Udah jadi tugas aku kan buat nyenengin kamu."
Clarissa tersenyum bahagia. Masih melekat dalam ingatannya saat satu jam yang lalu, Darga benar-benar memberinya kejutan.
Saat turun dari taksi, Darga meminta Clarissa untuk menutup matanya. Lalu dia memapah istrinya pelan-pelan hingga mereka berdiri di tengah pantai. Lalu saat Darga menurunkan tangannya. Clarissa benar-benar senang melihat sebuah meja kecil dengan dua batang lilin menyala di atas meja.
Sebuah makan malam romantis di pinggir pantai. Darga siapkan untuk istrinya itu. Membuat pandangan Clarissa terus berbinar bahagia.
"Tapi sayang besok kita harus pulang." Clarissa bergumam sedih. Dia menopangkan tangan tak bosan memandang keindahan pantai. Sungguh, rasanya dia tak rela meninggalkan Bali dan segala keindahan di dalamnya.
Darga paham akan kecintaan Clarissa akan pulau ini. Tapi bagaimanapun mereka tak mungkin terus berada disini, bukan.
"Nggak usah sedih, Cla. Kapan-kapan kita bisa kesini lagi, kok." Darga menenangkan.
Clarissa menatap Darga. Dia tersenyum meski tak rela. "Iya, aku tahu kok. Semoga aku bisa kesini lagi nanti."
Clarissa masih tersenyum menatap paras Darga yang tampan. Tak menyangka bahwa dirinya kini telah menikah dengan laki-laki itu. Tak pernah terbersit dalam benaknya. Bahwa Clarissa akan sampai pada titik ini. Menikah.
Clarissa pikir hidupnya akan terus seperti itu. Menjadi seorang yatim piatu yang tak pernah dirinya tahu siapa kedua orang tuanya. Clarissa bekerja di sebuah toko perhiasan yang lumayan besar. Tak pernah merasakan bagaimana asyiknya berkuliah. Clarissa hanya ingin fokus mencari uang demi membantu Bunda Rima—pemilik panti asuhan tempatnya selama ini dibesarkan.
Hingga bisa berlibur ke Bali pun tak ada dalam benaknya. Padahal Clarissa sudah jatuh hati pada pulau ini sejak pertama kalinya dirinya datang ke sini, delapan tahun lalu. Saat mengikuti study tour ketika dirinya berada di bangku SMA.
Clarissa tahu bertemu Darga adalah sebuah keajaiban yang bisa menghantarkanya pada satu rasa yaitu bahagia.
"Kamu tahu nggak, Dar. Bali itu tempat favoritku. Karena berada di pulau ini rasanya kayak berada di dimensi lain. Kayak nggak berada di dunia kita gitu. Mungkin karena unsur budaya dan alamnya yang kuat benget kali ya. Makanya aku ngerasa begitu." Clarissa kembali menopangkan dagu. Menatap pantai dan keramaian di sekelilingnya.
Darga terus mendengarnya, bahkan sejak mereka baru turun dari pesawat. Clarissa terus memuja Bali dan segala keindahan tentangnya. Clarissa begitu mencintai Bali. Hingga Darga sedikit tak mengerti kenapa istrinya itu begitu mencintai pulau ini? Karena baginya Bali sama seperti destinasi wisata lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...