.
.
.
Darga mengernyit tajam saat membuka pintu ruangannya, mendapati ruangan itu kosong melompong. Berjalan lamat-lamat menuju mejanya, dia menoleh ke kanan dan kiri mencari sosok Nena. Kemana bebek satu itu? Tumben sekali dia belum datang.
Darga melirik jam tangannya. Jam sembilan lebih lima menit. Tidak mungkin Nena belum datang, karena selambat-lambatnya dia datang, pasti tidak lebih dari jam setengah sembilan.
Masih sibuk menerka-nerka, Darga meneruskan langkah. Dia membuka ponselnya dan duduk di kursi kerjanya. Men-scroll layar ponsel di tangannya. Darga ingat sejak kemarin Nena mengeluhkan tentang kartu ATM-nya yang tertukar. Membuat Darga mengomelinya karena tidak segera mengurus hal sepenting itu. Membuat Nena mengerucutkan bibir persis bebek.
"Kalo gitu besok Senin, gue ke bank dulu baru masuk kantor!" Setelahnya Nena membanting pintu membuat Darga mengerjap kaget.
Darga mendengus mengingat sikap bar-bar bebek itu. Dia menyimpan kembali ponselnya, segera mengecek beberapa map yang ditumpuk Nena Jumat kemarin. Ada beberapa file yang harus dia kejar tenggat waktunya. Ah, waktunya bekerja.
Darga menghembuskan nafas lalu mengembungkan pipi. Menatap ruang kerjanya yang luas, dia mendesah berat. Sungguh, berada di ruangan sebesar ini seorang diri tidak begitu disukainya. Biasanya ada Nena yang akan mengocehkan berbagai hal. Dan melakukan hal-hal absurd lainnya yang kadang membuat Darga tersenyum geli. Namun juga terhibur karenanya.
Mengalihkan wajah, Darga menatap tirai jendela yang berkibar memperlihatkan hamparan langit biru yang luas. Dia bosan, jujur saja. Mengetuk-ketukkan bolpen ke meja, dia melirik jam tangannya. Sudah hampir jam 12. Tapi Nena belum datang-datang juga. Apakah bergi ke bank memang selama itu?
Menghembuskan nafas panjang, Darga kembali mengurusi file-file di hadapannya. Rautnya wajahnya berubah malas ketika waktu sudah hampir jam satu siang, namun sekertaris bebek-nya itu belum terlihat sama sekali.
Berdecak panjang, Darga meraih ponselnya dan memundurkan kursi. Jadi, Nena berniat bolos hari ini. Awas saja, dia tak akan membiarkan!
Darga beranjak, meninggalkan mejanya lalu menbanting pintu dari luar. Sembari mengetikkan sesuatu di ponsel, Darga berjalan memasuki pintu lift yang terbuka.
***
Darga membelokkan setirnya memasuki bengkel Arbin yang mulai ramai siang ini. Menatap suasana di depannya sejenak dia segera melepas seatbelt-nya. Merogoh ponselnya cepat, dia akhirnya keluar juga.
Menyapa singkat beberapa karyawan di bengkel Arbin yang dikenalnya. Darga lalu mendorong pintu kaca tempat ruangan Arbin berada. Menengok ke kiri dan kanan, dia menemukan si pemilik ruangan sedang sibuk di meja kerjanya yang terletak di pojok.
Darga berdeham singkat lalu duduk di sofa tempat biasa mereka nongkrong. Arbin terlonjak kaget saat tahu-tahu mendapati Darga sudah duduk tenang disana.
"Eh buset, nggak ada angin, nggak ada hujan. Tahu-tahu kantor gue kedatangan gorilla." Arbin nyengir lalu duduk di hadapan Darga.
"Laper nggak lo?" tanya Darga tiba-tiba.
Arbin berdecak. "To the point sekali si Bonsai satu ini. Lo kalo cari makanan yang jangan disini kali, bossque. Lo harusnya melipir ke mekdi sebelah sono. Atau ke warung mie ayam depan."
Darga tak mempedulikan ocehan Arbin, dia malah asyik mengeluarkan ponsel. "Lo udah makan?"
Arbin mengernyit. "Lo mau ngajak gue makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...