.
.
.
Darga dan Nena sampai di bandara Soekarno Hatta pukul delapan malam waktu Jakarta. Setelah perjalanan udara lebih dari 15 jam. Akhirnya mereka menginjakkan kaki juga di Jakarta.Nena menguap lebar menahan kantuknya. Karena terlalu asyik menonton film di pesawat Nena jadi tak bisa tidur. Dan hanya tertidur selama satu jam terakhir. Berbeda dengan Darga yang selama separuh perjalanan bisa tertidur pulas.
"Love, kamu capek? Sini biar aku aja yang dorong trolinya." Darga berusaha merebut troli yang sedang didorong Nena.
"Eh, jangan. Aku malah makin ngantuk kalo nggak ngapa-ngapain."
Darga mengalah. Akhirnya membiarkan Nena mendorong troli yang berisi empat koper mereka. Masih dengan topi hitamnya, Darga menikmati suasana keramaian bandara malam ini. Rasanya sudah lama sekali tidak menghirup udara Jakarta.
"Dih, kenapa senyum-senyum sendiri?"
Nena mencibir dari samping.Darga menarik nafas panjang. Lalu menarik tangan Nena. Membuat langkah mereka terhenti. Nena menatap tidak mengerti. "Aku nggak nyangka aja, bakal kembali secepat ini. Aku kira aku bakal bertahun-tahun di Praha sana."
Nena malah mendengus. Matanya menyipit tajam. "Oh, jadi kamu mau bertahun-tahun disana. Ya udah sih, balik aja ke Praha."
Nena mengedik cuek lalu meninggalkan Darga disana. Darga belingsatan mengejar Nena.
"Love, tunggu!" teriaknya. Darga dengan cepat merangkulkan tangannya ke bahu Nena. "Jangan marah ih, siapa juga yang mau balik ke sana. Eh, tapi kita harus ke Praha lagi sih, Love."
Darga kemudian berbisik. "Besok, kalo kita udah punya anak. Jadi, kita harus ajak anak kita jalan-jalan kesana."
Bisikan Darga itu malah membuat pipi Nena memerah. Dia mendorong tubuh Darga malu-malu. "Kamu apaan sih? Ngomongnya udah jauh aja."
"Ya, nggak apa-apa, Love. Persiapan." Darga mengecup pipi Nena sekilas. Lalu tangannya dengan usil memegangi rambut Nena yang dicepol.
Namun apa yang dilakukan Darga itu malah membuat Nena risih. Langsung saja dia menjauhkan tangan Darga dari rambutnya. "Kamu apaan sih? Kenapa dari tadi usil banget megangin rambutku?"
Darga nyengir. "Habisnya gemes. Kayak lagi megang-"
Nena menyipit tajam. "Megang apa?"
"Megang squishy, Love. Squishy!"
Nena hanya berdecak. Lalu meneruskan langkah mereka melintasi lobby bandara yang ramai. Tadi Janetta sudah mengabari bahwa mereka menunggu di lobby kedatangan.
Begitu keluar dari bandara, Janetta sudah melambai riang ke arah mereka. Tak hanya Janetta, Galvian dan si kembar juga ada di sana.
Janetta sudah berlarian memeluk Nena. Mengecup pipinya kanan-kiri. Dia membelai lembut punggung Nena. "Terima kasih ya, sayang. Terima kasih udah bawa pulang anak Tante."
"Sama-sama, Tante." Nena tersenyum lembut pada Janetta dan Galvian.
Si kembar juga menghampiri Nena dengan senyum mengembang. "Kak Nen!" namun detik kemudian senyum itu berganti menjadi raut cemberut. "Kok nggak ngajak kita sih kalau mau nyusulin Kak Darga!"
"Eh, kalian lagi UTS ya, sayang." Janetta memperingatkan. Membuat putri kembarnya cemberut sebal.
Berbeda dengan Darga, begitu keluar laki-laki itu bukannya menghampiri keluarganya yang sudah menunggu. Namun malah menghampiri sesuatu di belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomansaBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...