.
.
.
Nena ngacir memasuki gedung apartemen. Dia tersenyum pada satpam yang berjaga. Lalu melangkah cepat ke arah lift. Begitu pintu besi itu terbuka Nena masuk ke dalamnya diikuti pemuda bertopi di dalamnya. Setelah pintu tertutup, entah kenapa dia seolah familiar dengan wangi di sampingnya. Dan saat dia menoleh.
Nena melotot. "Edwarga?! Ngapain lo disini?!"
Darga hanya tersenyum menaikkan topinya. "Gue kan mau main, lo-nya aja langsung ngeluyur."
Nena menganga tak paham. "Kenapa lo nggak langsung pulang aja?!"
Darga berdecak. "Lo nggak pengertian banget, sih! Gue capeklah habis boncengin lo. Mau istirahat dulu bentar."
Nena tak berkomentar lagi. Sampai pintu lift terbuka Darga tetap mengikuti Nena keluar dari lift. Darga terus mengikutinya bahkan hingga Nena masuk ke dalam unitnya.
Dengan santai Darga mendudukkan dirinya di atas sofa, melepas topi dan meraih remote ac. Mengatur suhu udara sedemikian rupa. Benar-benar berlaku bak di rumah sendiri.
Nena sendiri hanya geleng-geleng kepala. Lalu berbelok menuju dapur bermaksud merapikan belanjaannya. Dia sedikit kaget saat tahu-tahu Darga sudah berdiri di sebelahnya. Lalu dengan seenaknya laki-laki itu membuka kulkasnya mengambil sekotak popcorn dari sana. Dia lalu memasukkan popcorn itu di microwave.
Nena mendecih. Bagi orang yang tidak tahu kelakuan Darga pasti sudah menjadi bahan ghibah mereka. Mana ada boss yang merusuh di apartement sekertarisnya. Tapi bagi Nena dia sudah terbiasa. Melihat Darga yang berlaku seolah pemilik di apartemennya. Karena baginya tak ada alasan untuk menolak kehadiran Darga disini.
Suara letupan-letupan kecil mengalihkan perhatian Nena. Dia mendengus saat melihat Darga bersemangat mengeluarkan popcorn dari microwave.
Nena mencibir pelan. "Lo ya Edwarga! Dateng-dateng ke apartement orang ngerampas popcorn! Keknya cuma lo boss yang hobi ngerusuh apartement anak buah!"
Darga tak peduli. Dia malah menumpangkan kakinya ke atas meja. Darga lalu meraih remote tv dan menyalakan benda datar di hadapannya. Hingga akhirnya laki-laki itu sudah larut dalam tayangan film di televisi. Tentu saja dengan tangan yang sibuk menyemil popcorn
Nena sendiri hanya mendengus malas. Membiarkan Darga berlaku semaunya. Dia sudah terbiasa. Nena beralih mengambil kantong belanjaannya dan mulai membongkarnya di meja.
Nena menganga saat mengeluarkan beberapa es krimnya sticknya yang nyaris meleleh. Mendengus kesal, dia menghempaskan es krimnya begitu saja. Tatapan tajamnya tertuju pada Edwarga yang tertawa tidak berdosa.
"Ish! Es krim gue meleleh nih!" Nena sengaja berseru agak keras.
Beruntung Darga segera menoleh. Masih dengan mulut penuh popcorn. "Ya udah sih. Masih bisa dimakan ini."
Nena berdecak. Keluar dari bilik dapur dan menghampiri laki-laki itu di sofa. Nena berdiri tepat di hadapan Darga membuat laki-laki itu terbeliak kaget. Darga melotot nyaris memuncratkan popcornya keluar. Dia berdecak malas. Tangannya sudah menyingkirkan tubuh Nena menjauh.
"Lo ngapain sih?! Minggir sana! Jangan gangguin gue, Bebek!"
Nena masih kokoh di posisinya. Dia mencibiri Darga mengomel. Tunggu! Bukannya yang menggaggu itu Darga. Secara ini adalah apartement-nya. Tempat tinggalnya. Wilayah teritorinya. Lalu kenapa dia merasa seperti tamu disini?
"Es krim gue, Edwarga!" Nena menatap tajam. "Pokoknya lo harus tanggung jawab."
Darga menggaruk kepala malas. "Kenapa gue harus tanggung jawab?! Emang gue hamilin lo?" ucapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...