{77} Its Called Love II {77}

1K 46 3
                                    

.

.

.

Hari kelima Nena berada di Praha. Pagi ini Darga mengajaknya untuk sarapan di luar. Lalu tempat yang mereka tuju adalah salah satu restoran India yang masih sepi di jam delapan pagi waktu setempat.

Nena dan Darga duduk berhadapan dengan berbagai makanan di meja. Karena penasaran mereka memesan banyak menu tadi.

Ada, chicken tikka masala, semacam ayan kare khas India dengan kuah kecoklatan. Juga ada chicken tandoori serupa dengan ayam bakar khas India. Ada juga samosa dan juga paratha.

“Enak Love?” Darga bertanya saat Nena sedang menikmati chicken tikka masala di piringnya.

Nena mengangguk. Bola matanya nyaris meloncat keluar menikmati  makanan di mulutnya. Dia lalu menyuapkan makanannya ke mulut Darga.
Darga sigap membuka mulutnya saat sendok Nena mendekat.

“Enak banget, kan?”

Darga mengangguk mengusap kuah yang menetes di dagunya. Dia ganti menyuapkan chicken tandoori-nya ke mulut Nena.

“Ini juga enak,” Nena nyaris menjerit sambil mengusap dagu memasukkan sisa nasi yang belepotan disana.

Ngomong-ngomong, hari ini mereka benar-benar menjadi couple yang manis. Dengan outfit yang teramat mirip. Jeans hitam, kaos dan t-shirt putih serta jaket denim biru sebagai atasan. Sneakers melapisi kaki keduanya.

Setelah selesai sarapan di restoran India itu, mereka keluar dan menunggu trem di halte.

“Kita mau kemana hari ini, Dar?” Nena bertanya masih mendekap mesra lengan Darga.

Darga tersenyum mendaratkan satu kecupan di kening Nena. “Kita ke Petrin Hill ya, Love? Lihat pemandangan di atas gunung.”

Nena mengangguk semangat. Darga segera merangkul bahu Nena masuk ke dalam trem. Meski kemarin Nena sudah menaiki trem. Tetap saja rasanya menakjubkan melihat pemandangan kota yang begitu indah.

Nena menyandarkan kepalanya di bahu Darga. Mereka kembali nenunjukkan tatapan penuh cinta untuk satu sama lain. Darga bahkan menarik telapak tangan Nena lalu menciuminya beberapa kali. Membuat Nena risih, namun membiarkannya juga. Darga hanya nyengir di hadapan Nena.

Mereka turun di stasiun Ujesdz. Untuk menuju Petrin Hill mereka harus menuju stasiun bawah tanah Petrin untuk menaiki Petrin Hill Furnicular. Kereta khusus yang akan membawa mereka ke puncak bukit Petrin.

Nena kembali diliputi perasaan kagum saat Darga mengajaknya menaiki furnicular railway. Adrenalinnya bertambah saat kereta mulai menanjak naik. Dari sini Nena sudah bisa menikmati keindahan pemandangan di atas bukit.

Darga melingkarkan tangannya memeluk tubuh Nena. Dia menyandarkan dagunya di bahu Nena. Mengecup pipi Nena sedikit lama. Nena sendiri sibuk mengambil video pemandangan indah yang dilihatnya.

Sesekali Nena membalas mengecup pipi Darga. Lalu mengambil foto selfie mereka berdua. Mengabaikan keberisikan penumpang lain yang ada di sekitar mereka.

Begitu keluar dari furnicular railway, pemandangan indah nan menakjubkan sudah menyambut mereka. Nena segera menyeret Darga untuk melihat keindahan kota Praha dari atas bukit. Dari ketinggian 1043 kaki, kota Praha terlihat indah di bawah sana. Nena bahkan bisa melihat sungai Vltava yang mengaliri kota.

Setelah puas berfoto dan berselfie ria di atas bukit itu. Darga kembali memeluk Nena dari belakang. Kedua matanya terpejam merasakan semilir angin yang menerpa keduanya. Nena yang masih asyik melihat pemandangan di bawah membiarkan rambut panjangnya berkibaran tersapu angin.

You Make Me BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang