{12} He Is Shy Man {12}

1.4K 104 4
                                    

.

.

.

Darga kesal saat forthuner berwarna putih itu menjauh. Masih menatap dengan kilatan tajam, Darga berdecak menjauh. Moodnya untuk makan siang jadi hancur saat Nena dibawa pergi laki-laki yang tak dikenalnya itu.

Mematung seperti orang bodoh, Darga menjadi tidak mood untuk makan siang keluar. Dia akhirnya memutar arah dan kembali menuju lift. Dia lalu masuk ke dalam setelah pintu besi itu terbuka.

Darga menyandarkan kepalanya pada dinding lift. Menghela nafas, dia masih memikirkan Nena dan laki-laki bernama Harsa tadi. Mengernyit tajam, dia sepertinya belum pernah bertemu laki-laki itu sebelumnya. Lalu dari mana Nena mengenalnya?

Setelah pintu lift terbuka Darga jadi bingung sendiri. Lebih bagus kembali ke ruangan atau—ah, tapi dia juga lapar. Dengan malas dia melangkahkan kakinya ke satu-satunya tempat penyedia makanan di kantornya.

Suasana kafetaria cukup ramai saat Darga melangkah kesana. Berhenti sejenak, dia menggaruk pipi bingung. Masalahnya Darga jarang sekali makan di kafetaria kantornya sendiri. Terkadang jika dia ada meeting di luar bersama Nena, mereka akan sekalian makan siang bersama. Atau paling tidak dia akan menerima ajakan salah satu temannya makan siang. Sebenarnya tadi dia ingin ke tempat Arbin saja. Tapi saat dia membuka grup chat mereka, Arbin berkata harus ke luar kota sore ini.

Darga ingin menundukkan kepala saat dia melangkah, melewati deretan meja. Ugh, dia tidak bisa mengabaikan tatapan-tatapan 'wah' dari para karyawan yang rata-rata perempuan itu. Membuat Darga harus melangkah dengan perasaan kikuk. Apalagi saat para pegawai perempuan itu mulai bisik-bisik tidak jelas saat dirinya lewat.

Begitu sampai di depan stand, Darga malah kebingungan memilih menu. Kafetaria ini menyediakan menu makanan pada umumnya, seperti bakso, soto, siomay, nasi goreng dan banyak menu lainnya. Dan Darga tak tahu harus memesan apa. Maka yang dia lakukan hanyalah berdiri diam dan menatap beberapa karyawan yang membawa nampan berisi makanan.

"Eleh, eleh, Pak Direktur? Mimpi apa saya semalem Pak Direktur, mau mampir ke kantin saya."

Sebuah suara dari seseorang perempuan setengah baya di depannya mengagetkan Darga. Melirik ke kanan dan ke kiri yang tidak ada orang, membuat Darga menunjuk dirinya sendiri.

"Ibu ngajak bicara saya?" Darga melirik bingung.

Ibu-ibu pemilik stand tersipu malu. Lalu sok menutupi wajahnya dengan celemek. "Yang Pak Direktur kan Bapak, atuh. Masa saya ngajak ngobrol yang lain."

Darga meringis. Sedikit malu saat disebut direktur. Dia hanya wakil, yang direktur tetaplah papanya. Darga maju beberapa langkah mendekat. "Saya pesan ayam bakarnya satu, sama jus jeruk."

Si ibu kantin tersenyum senang. "Siap atuh Pak Direktur, ditunggu atuh nyak. Nanti dihantarkan."

Darga meringis bingung. "Saya tunggu disini?"

Ibu kantin itu dengan cepat menggeleng. "Di tunggu di meja saja atuh, nanti dihantarkan pesanannya."

Darga melirik bingung. Dia mengamati beberapa karyawan yang telah selesai memesan, begitu mendapatkan pesanannya, mereka membawa ke meja kasir yang ada di pojok. Baru setelah membayar mereka membawanya ke meja. Seharusnya dia juga seperti itu, kan?

"Saya tunggu disini saja, Bu." Darga tersenyum lebar. Selagi menunggu pesanan ayamnya jadi, Darga malah berkeliling dan memborong beberapa jajanan pasar, seperti lemper, lumpia, risoles, pastel dan aneka kue.

Saat membawa nampan menuju meja pun, Darga masih menjadi pusat perhatian. Dia mendengar sendiri beberapa orang karyawan perempuan memujinya tampan, cool, ganteng, dan pujian-pujian serupa. Ada juga yang menggosipkan soal rencana pernikahannya. Membuatnya malu dan ingin menunduk saja.

You Make Me BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang