"Rapih banget, mau kemana?" tanya Bunda Kania begitu melihat anaknya berjalan ke arah dapur.
"Kan kemaren aku udah bilang, hari ini aku keluar sama Regan Bundaa," ucap Kania sebal.
"Oh iya, pantes mau bangun pagi." Ucap Bundanya meledek.
Kania mengerucutkan bibirnya kesal.
"Anak gadis Ayah udah cantik," ucap Ayah Kania ikut bergabung duduk do meja makan dengan Kania.
"Aku kan emang cantik terus Yah," balas Kania.
"Iya deh iya, yang cantik terus mah." Bunda Kania meletakkan lauk di meja yang baru matang.
"Dah sarapan dulu sebelum Regan dateng," ucap Bunda.
Kania mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk.
"Ayah pimpin doa dong," ucap Kania.
Setelah itu mereka berdoa bersama dan sarapan.
"Nanti pulangnya jangan malem-malem ya," ucap Bunda Kania.
Kania mengangguk pelan. "Nanti sebelum jam 9 malem udah pulang kok."
"Jangan sampe lewat ya, jangan aneh-aneh juga." peringat Ayahnya.
"Aku udah selesai, aku ke depan ya Bun, Yah."
"Mau nunggu Regan di depan?" tanya Bundanya.
Kania mengangguk pelan. "Sekalian pake sepatu."
"Ayuk sama Ayah nunggu Regannya."
Kania berdiri diikuti Ayahnya dan berjalan menuju teras.
"Kamu mau pergi ke mana emang sama Regan?" tanya Ayah Kania.
Kania yang sedang memakai sepatu menoleh. "Gak tau, Regan bilang mikir sambil di jalan aja."
"Jangan aneh-aneh ya," peringat Ayah Kania. Tentu saja beliau khawatir, Kania anak gadis satu-satunya.
"Iya Yah, siap!" Kania memberikan hormat pada Ayahnya.
Baru Kania selesai mengikat tali sepatunya, suara motor Regan terdengar.
"Ayah itu kayaknya Regan deh," ucap Kania.
"Hapal banget ya sama suara motor pacar kamu," balas Ayah Kania yang membuat Kania langsung tersipu malu.
"Ih apaan sih Yah." Kania membuang muka malu.
"Tuh Regan tuh." Ayah Kania menunjuk Regan yang memasukan motornya setelah pintu gerbang di buka oleh satpam di rumah Kania.
Kania berguman tidak menoleh ke arah yang Ayahnya tunjukkan. Pipinya masih terlalu merah, bisa-bisa nanti Regan salah paham.
"Assalamualaikum Om," ucap Regan dan menyalami Ayah Kania.
"Wa'alaikumsalam. Mau langsung berangkat ini?" tanya Ayah Kania menepuk sekolah bahu Regan.
"Iya Om, biar gak terlalu macet."
"Yaudah gih berangkat. Bunda Kania masih di dapur, kalian hati-hati ya. Jangan pulang terlalu larut ya Regan." Ucap Ayah Kania.
Regan mengangguk, "saya izin bawa Kania ya Om? Pasti saya pulangkan dengan selamat."
"Iya, jangan aneh-aneh."
"Salam untuk Bunda Kania, Om."
Regan dan Kania menyalami tangan Ayah Kania. Setelah itu mereka berjalan ke arah motor Regan.
"Kita mau kemana?" tanya Kania sembari memakai helmnya.
"Jalan-jalan."
"Iya kemana?" tanya Kania gereget.
"Nanti juga tau. Yuk naik."
Kania mengerucutkan bibirnya dan naik ke atas motor Regan dengan cemberut.
Regan menyalakan mesin motornya, mengklakson sekali motornya pamit pada Ayah Kania yang masih duduk di teras dan Bunda Kania yang baru keluar rumah.
"Dadah! Aku pergi dulu Bun, Yah!" Kania melambai dari atas motor Regan.
"Hati-hati!" teriak Bunda Kania.
Di jalan, Kania memeluk Regan dari belakang dengan erat. Matanya menjelajahi jalan sembari berpikir akan kemana mereka sekarang.
Kania malas bertanya dengan Regan, karna Regan pasti akan bilang 'nanti juga tau'. Kania kan kesal. Mau berharap Regan memberinya suprise pun rasa-rasanya terlalu berharap yang gak mungkin.
Butuh waktu sekitar dua setengah jam atau hampir tiga jam mereka sampai di tempat tujuan. Kania bahkan hampir tertidur bersender di bahu Regan.
"Udah sampe Ka, yuk turun." Regan menepuk pelan tangan Kania yang masih melingkar.
"Kita dimana?" Kania menoleh ke arah sekitar yang lumayan ramai dengan motor yang terparkir.
"Ada, ayuk turun dulu."
Dengan sempoyongan, Kania turun dari atas motor Regan. Nyawanya masih melayang karna mengantuk.
Kania mengucek matanya dalam rangkulan Regan.
"Dingin Gan," adu Kania. Matanya masih belum terbuka sepenuhnya.
"Liat dong kita dimana," ujar Regan.
Perlahan Kania membuka matanya dan menatap sekitar. Masih belum ada reaksi dari Kania. Kania sendiri menatap sekitar dengan bingung, belum sepenuhnya paham dimana dia sekarang.
Setelah lima detik, Kania membuka matanya lebar. Menoleh ke arah Regan kaget. Kania melayangkan pukulan ringan di dada Regan.
"Kok kita bisa nyampe sini?!"
Regan yang sedang mengusap dadanya karna pukulan Kania menoleh. "Loh kenapa? Gak suka?"
"Sukaa... Tapi ini jauh tau!"
"Gak bakal pulang ke maleman kok," ujar Regan seraya mengusap kepala Kania sayang.
Kania memandang sekitar yang asri. Penuh pohon dan pemandangan yang gak pernah Kania bayangin bakal di ajak ke sini oleh pacarnya. Speechless dia tuh.
Kania beralih memeluk Regan dan menyandarkan kepalanya di dada Regan.
"Bagus. Gue gak expect kalo lu bakal ngajak kesini. Pantesan nyuruh gue pake baju yang panjang." cibir Kania.
Regan mencium kepala Kania gemas dan balas memeluknya.
"Tapi suka kan?"
Kania mengangguk. "Suka banget!"
"Gak mau foto?" tanya Regan.
Kania menggeleng. "Emang harus foto?"
Regan mengerjap pelan menatap Kania aneh. "Biasanya cewek kan gitu? Kalo di tempat bagus pasti langsung selfie."
"Enggak juga kok, gak semua. Tapi boleh deh yuk foto."
"Gue fotoin, sana gaya."
"Ih sama lu juga, gue gak pinter gaya."
Regan terkekeh pelan. "Gue baru tau kalo lu canggung sama kamera. Pantes gak pernah post foto apa pun."
"Susah tau foto tuh," ujar Kania.
"Yaudah sini foto bareng." Regan merangkul Kania dan memposisikan kamera ponselnya untuk memotret mereka.
"Senyum..!"
Satu kali mereka foto dengan Regan merangkul Kania dan tersenyum ke arah kamera.
"Cantik banget gue," ujar Kania.
"Pede!"
"Sekali lagi Gan."
"Sini."
"Cis...!"
Cekrek
______
TBC!!Gimana dengan part ini??
Semoga suka ya^^Jangan lupa vote dan komen!!
See u
❤️❤️Laa
-180122-
-15.10-
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Relationship [END]
Teen Fiction[TIDAK REVISI! MAAF JIKA ADA TYPO] "Mau bikin kenangan di masa putih abu abu gak?" -REGAN2021 °°°°°° Kania, gadis yang lumayan dalam segala hal namun paling ahli dalam hal kemageran itu harus menerima pahitnya kisah cinta yang sudah dia tunggu dari...