"Kamu berangkat jadi lusa?"
Kania yang sedang membereskan bajunya menoleh ke arah Bundanya yang bersandar di pintu kamar.
"Jadi Bun. Kan nanti berangkatnya sama Bunda juga," balas Kania.
"Bunda gak nyangka ya, kamu udah segede ini."
Kania tersenyum tipis dan memeluk tubuh Bundanya yang kini duduk di sebelahnya, membantu membereskan pakaian miliknya.
"Ya masa aku kecil terus sih Bun," Kania mengerucutkan bibirnya kesal.
"Ini bajunya segini aja yang mau kamu bawa?" tanya Bunda setelah memisahkan beberapa baju Kania.
"Iya, segitu aja biar gak banyak bawaan banget Bun."
Bunda mengangguk paham, "eh iya, Bunda ke sini mau ngasih kamu ini. Kamu pesen paket Ka?" tanya Bunda seraya menyerahkan sebuah box persegi panjang.
"Enggak Bun," Kania melepas pelukannya dan beralih mengambil box itu.
"Gak tau deh Bunda, coba aja kamu buka."
Kania mengamati box itu dengan teliti.
"Bunda lo keluar dulu ya," ucap Bunda Kania dan menutup pintu kamar Kania.
Di atas kasur, Kania mulai membuka pita yang terpasang di box itu. Sebenarnya dia agak ragu, kalau ini sebuah 'paket' pastikan terbungkus dengan perekat lem buka pita seperti ini.
Lagi pula bungkus paket tidak serapih ini juga. Apa tadi sudah Bundanya buka di bawah dan saat melihat isinya ini mungkin Bundanya berpikir ini punyanya jadi dibungkus ulang seperti ini?
Entahlah, Kania jadi pusing sendiri memikirkannya.
Di bukannya box itu perlahan, dan betapa terkejutnya Kania melihat isi dari box itu.
Sebuah kalung dan bunga dengan ukuran mini. Kania sampai speechless sendiri melihatnya.
Ngapain coba Kania beli ginian? Kayak gak mungkin! Kurang kerjaan banget dia.
Kania mengambil bunga yang terdapat di box itu yang ukurannya sedikit lebih kecil dari telapak tangannya.
"Lucu banget!"
Kania mengendus wangi bunga itu. "Eh asli?" kagetnya.
"Eh ada yang palsu juga deh," ucap Kania setelah memegang bunganya.
Lalu selesai mengamati dan mengendus wanginya bunga itu, Kania kini beralih mengambil kalung berbandul segitiga itu.
"Cantik banget kalungnya." gumannya kagum.
Kania membalik tempat kalung itu, memeriksa apa ada tulisan di sana. Tapi ternyata tidak ada apa-apa.
Baru Kania akan mengembalikan kalung itu ke tempatnya, ada sebuah kertas yang tempatnya di bawah kalung tadi.
Kania mengambil kertas itu setelahnya mengembalikan kalung tadi ke tempatnya seperti semula.
"Surat? Dari si pengirim kah?"
Jemari Kania membuka kertas yang terlipat itu dengan pelan. Kania tersenyum tipis melihat tulisan yang ada di kertas itu.
Sekarang dia tau siapa pengirim box misterius ini.
Masih dengan senyum tipis yang terpasang di wajahnya, Kania mulai membaca setiap kata yang ada di sana. Mencermati setiap perkataan itu dengan hatinya.
Begini isi dari kertas itu,
To : My Love, Kania
Ka..
Makasih ya, udah mau maafin gue. Udah mau denger penjelasan gue. Udah mau ngobrol sama gue lagi. Udah mau tau isi hati gue yang sebenernya juga.Gue tau, cara yang gue ambil salah. Maaf yaa??
Awalnya memang gue gak ada rasa. Tapi setelah ngejalanin itu dengan lu selama tiga bulan kurang lebih gue ngerasa lu itu punya gue. Milik gue.
Ka,
i love youBosen gak sih dengernya?
Tapi, gue gak bosen buat ngomong itu terus ke lu. Jadi lu jangan bosen buat denger itu ya?Ka..
Sebenernya gue gak yakin dengan rasa yang gue punya apa akan bertahan sampai nanti atau enggak.Tapi,
Suatu saat kalo kita ketemu, gue boleh nyapa lu kan?Btw, hati hati ya^^
Berangkat lusa kan?
Jaga pola makan dan tidur ya sayang.
Jangan capek-capek, minum vitamin biar fit terus.Segitu aja deh.
Sebenarnya masih banyak yang pengen gue ucapin tapi kayaknya itu cukup.Kalo lu masih ngerasa belum cukup, gue di depan.
I Love You.
From someone love you.
Dengan terburu Kania melipat surat itu. Entah sadar atau tidak tapi air matanya terus mengalir di pipi cubby milik Kania. Kania juga tidak tau kenapa dia menangis.
Kania menaruh lagi surat itu di dalam box seperti tadi dan melipat lagi tali pita itu seperti semula.
Dengan terburu Kania membawa box tadi bersamanya keluar rumah. Sesuai isi surat tadi bahwa si pengirim ada di depan, di depan rumahnya kan? Kania yakin dia masih ada di sana.
Dengan terburu Kania membuka pagar rumahnya dan menatap jalan yang kosong. Tidak ada siapa-siapa ternyata.
"Dia udah pulang?"
Kania mengusap air matanya pelan dan memanyunkan bibirnya.
Kania memukul pelan kepalanya karna lupa membawa ponsel miliknya. Dia membalikkan badannya masuk ke dalam, menyerah.
Kania menutup pagar rumahnya dengan lesu tapi saat akan pagar rumahnya tertutup rapat. Sepasang sepatu berdiri menghalangi pagar itu, membuat Kania menaikan pandangannya melihat orang yang menghalangi aktivitasnya.
Setelah melihat sepasang mata yang berdiri di depannya, air mata Kania kembali turun dengan deras. Segara saja Kania berhambur ke pelukan orang itu yang langsung di balas dengan pelukan yang erat.
Kania menyembunyikan wajahnya di dada milik orang yang di peluknya, menumpahkan semua air mata yang dia punya.
"Kenapa nangis, hm?" tanyanya dengan tangan yang sibuk mengusap punggung Kania sayang.
"Lo, jahat!" jawab Kania di sela tangisnya membuat orang itu tergelak.
"Maaf sayang."
Mendengar suaranya yang gak tau kenapa sekarang terdengar begitu merdu membuat Kania semakin kencang menangis.
Tangis Kania yang semakin kencang dengan penuh raungan itu membuat orang itu terkekeh pelan, merasa begitu lucu dengan sikap Kania.
"I Love You."
"Too," balas Kania, dalam hati.
______
TBC!!Gimana dengan part ini??
Semoga suka ya^^
Jangan lupa komen dan vote!!See u
❤️❤️Laa
-240222-
-20.02-
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Relationship [END]
Teen Fiction[TIDAK REVISI! MAAF JIKA ADA TYPO] "Mau bikin kenangan di masa putih abu abu gak?" -REGAN2021 °°°°°° Kania, gadis yang lumayan dalam segala hal namun paling ahli dalam hal kemageran itu harus menerima pahitnya kisah cinta yang sudah dia tunggu dari...