43. Jadian(?)

828 70 9
                                    

Seminggu berlalu setelah pengumuman eligible saat itu. Kania berjalan menuju kelas selepas dari masjid sekolah. Tadi Kania ketiduran dan berakhir dia tertinggal di kelas saat yang lain menuju masjid.

"Duh keburu gak ya?" guman Kania mempercepat langkahnya.

Bel masuk akan segera berbunyi, apalagi selepas ini pelajaran Fisika dan gurunya itu termasuk guru killer, jelas Kania takut jika telat.

Saat akan menaiki tangga menuju kelasnya, Kania melihat Regan yang berjalan berdua dengan Putri. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi Kania mendengar nada bicara Regan yang tidak selembut biasanya.

Kania memilih cuek dan lanjut berjalan tapi menunduk agar tidak terlihat nanti dia bisa pura-pura tidak tau kalo di depannya itu Regan. Ya setidaknya dia harus selalu pura-pura.

Saat akan sampai di depan kelas, Kania melihat sepasang sepatu yang berdiri di depannya, membuat ia mengangkat kepalanya. Di lihatnya Regan yang menatap Kania datar dan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana.

"Kenapa masih ada di luar kelas?"

"Habis dari masjid, lu sendiri ngapain di sini?"

Regan menghela nafas pelan dan mengulurkan sebelah tangannya pada Kania.

Kania mengerjab bingung melihat tangan Regan. "Apa?"

Regan berdecak dan mengambil sebelah tangan Kania yang bebas-tangan sebelahnya sedang membawa mukena milik Laras- dan menggenggamnya erat masuk ke dalam kelas.

Kania diam mengikuti langkah Regan yang menuntunnya menuju bangkunya berada dan setelah itu dia berjalan ke arah bangkunya sendiri.

Kania mengangkat alisnya bingung saat Putri terus menatapnya dari awal dia masuk ke dalam kelas.

"Kenapa?"

Putri menggeleng pelan dan tersenyum tipis.

"Ih, gaje lu."

-*-

Bel pulang sekolah berbunyi sejak lima menit lalu, dan sejak saat itu Kania menunggu Regan yang katanya ada panggilan alam.

Kania masih berada di kelas dengan Amel yang mengawasi anak kelas yang piket hari ini.

"Belum balik Ka?" tanya Amel dan duduk di sebelah Kania.

"Nunggu Regan selesai buang hajat."

Amel mengangguk pelan. "Eh Mel, gue duluan ya? Mau nunggu ke parkiran aja."

"Wooke!"

Kania berjalan keluar kelas dan mengirim pesan dengan Regan kalo dia akan menunggunya di parkiran.

Saat melewati taman Kania melihat Regan yang duduk di salah satu bangku di sana dengan seorang perempuan yang Kania kenal siapa orang itu, Putri.

Kania tersenyum singkat dan mengirim pesan lagi ke Regan.

MaGan : Gue balik duluan ya Gan, sorry.

Setelah itu Kania berjalan keluar sekolah, menunggu angkot yang lewat.

Sampai di gerbang kompleknya Kania berjalan menuju rumahnya dengan berjalan kaki. Saat di depan rumahnya dapat Kania lihat, Putri yang turun dari motor Regan.

Kania mendengus kesal, dia kira Regan akan mencarinya.

"Mimpi lu ketinggian Ka!" Kania mendengus kesal.

Dengan cueknya Kania membuka pagar rumahnya yang membuat perhatian kedua manusia itu menoleh padanya.

"Baru pulang?" tanya Regan tenang.

Kania diam tidak membalas, pura-pura tidak mendengar.

Kania masuk ke dalam setelah menutup pagar rumahnya.

Regan segera turun dari atas motor dsn membuka pagar rumah Kania lalu langsung mengejar Kania. Di tariknya tangan Kania saat dia sudah sampai di teras rumahnya.

Regan menarik Kania ke dalam dekapannya dan menenggelamkan wajah Kania di dadanya.

Kania diam tidak memberontak. Regan mengelus punggung Kania pelan, berharap semoga dengan ini dapat meredakan emosi Kania.

Regan menundukkan kepalanya dan mengecup pucuk kepala Kania pelan.

"Dengerin gue dulu ya?" ucap Regan pelan.

Kania menggeleng dalam pelukan Regan, dia menjauhkan badannya dari dekapan Regan, menatap Regan datar.

"Ayo selesain ini Gan. Kita juga mau lulus sebentar lagi. Jadi udahkan? Udah cukup."

Tatapan Regan yang sebelumnya lembut langsung hilang berganti dengan tatapannya yang tajam.

"Gak Kania. Gak akan pernah." ucap Regan tegas.

"Sekarang lu masuk, kita akan bicara nanti." Regan melembutkan nada bicaranya.

"Buat apa sih Gan hubungan kita? Gak jelas tau. Gue capek. Terserah lu mau gimana. Tapi gue mau kita selesai." ucap Kania final.

Kania membalikkan badannya dan pergi dari sana tanpa menoleh lagi pada Regan yang sekarang mencoba menahan emosinya.

Regan terkekeh singkat membuat langkah Kania terhenti.

"Kita emang gak punya hubungan yang serius. Oke kalo mau lu begitu, kita selesai."

Regan melangkah mendekati Kania. Sampai di belakang Kania, Regan menundukkan badannya, berucap di samping telinga Kania.

"Gue jadian sama Putri. Thanks Kania." bisik Regan dan menegakkan tubuhnya kembali.

Kania tersenyum miris. "Terus? Gue peduli?" ujar Kania sinis tanpa menoleh ke arah Regan.

Kania melanjutkan langkahnya tanpa tau Regan mengepalkan tangannya kuat dan sorot mata yang semakin tajam menatap punggung Kania.

"Brengsek!" desis Kania pelan.

______
TBC!!

Gimana dengan part ini??
Semoga suka ya^^
Jangan lupa komen dan vote!!

See u
❤️❤️

Laa

-060222-
-08.23-

Fake Relationship [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang