46. Lulus

848 69 16
                                    

Dengan alunan musik yang memanjakan telinga. Kania duduk termenung di bangkunya, menatap ke arah Eva yang mulutnya tidak berhenti bergerak.

Kania tidak mendengar dengan pasti apa yang Eva ucapkan karna earphone yang terpasang di telinganya. Lagi pula itu pilihan yang bagus dari pada mendengar ocehan Eva yang tidak kunjung selesai.

"Lu dari tadi ngomong muter mulu! Punyeng gue." gerutu Ria yang sedari tadi menjadi pendengar setia Eva.

Kan sudah Kania bilang, memakai earphone adalah pilihan yang bagus.

Eva tersenyum lebar lalu memeluk Ria manja. "Utututu Ria jangan marah-marah dong, nanti jelek loh!"

"Emang udah jelek bukan sih?" ucap Dewi. Wah cari perkara aja nih si Dewi.

Selesai Dewi berkata demikian, bantal yang tadinya ada di pelukan Ria langsung mendarat mengenai kepala Dewi.

"Aduh!" Dewi mengusap kepalanya dengan cemberut kesal.

"Ini si Laras ama Putri kemana dah belum dateng? Janjian jam berapa, dateng jam berapa." gerutu Eva.

"Padahalkan si Laras rumahnya di sebelah, ya kali ngaret kebangetan gini." ujar Dewi.

Jelas saja Eva menggerutu kesal, pasalnya mereka janjian pukul 10 tapi sampai sekarang pukul 12 mereka berdua belum juga datang.

"Sebentar lagi mungkin." sahut Kania melepas earphone milik Ria.

Benar saja, Laras dan Putri langsung muncul dari balik pintu kamar Ria selesai Kania berucap demikian.

"Akhirnya dateng juga! Rumah lu di benua lain ya?!" tanya Dewi sewot.

Putri menyengir lebar dan mengangkat kedua tangannya yang penuh menenteng kresek berlogo indojanuari, yang menandakan dia terlambat karna membeli cemilan.

Tak berbeda jauh dari Putri, Laras juga membawa kresek yang asapnya terlihat mengepul walau samar.

"Kita telat karna membeli asupan gizi buat kalian nih." Ujar Laras dan meletakkan kresek yang di bawanya ke meja belajar Ria.

"Bakso?" tanya Kania yang duduk di bangku meja belajar Ria.

"Iyups!"

"Oh jadi ini tuh ceritanya nyogok, karna dateng telat?" tanya Eva dengan mencibir.

"Ya semacam itu lah, tapi gak usah di perjelas dong!" jawab Putri.

"Udah gak usah pada ribut! Ambil mangkok sana Va, Wi." suruh Ria.

"Dih, kok nyuruh?"

Ria melotot tajam ke arah Eva yang langsung kabur keluar kamar mengambil mangkok seperti yang Ria suruh.

-*-

Tak terasa memang kalau waktu begitu cepat berlalu. Seperti yang Kania rasakan. Dengan menatap pantulan dirinya di cermin yang begitu cantik hari ini memakai seragam abu-abu putih miliknya.

Tidak terasa, hari ini mungkin menjadi hari terakhir dia memakai seragam ini. Ya, hari ini adalah hari kelulusannya. Terasa begitu cepat bukan?

Kania memoleskan lipbalm ke bibirnya sebelum keluar kamar untuk sarapan.

"Bun, Yah, Kania udah selesai. Kania berangkat ya?" membenarkan letak dasinya dan beranjak dari duduknya setelah menggendong tas sekolah miliknya.

"Hati-hati." Ujar Bundanya saat Kania menyalimi tangannya.

"Iya Bun. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kania berjalan dengan riang ke arah motornya setelah memakai sepatu.

Fake Relationship [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang