Meminta maaf adalah kewajiban saat kita merasa bersalah. Dimaafkan atau tidak, itu urusan nanti. Karena meminta maaf lebih baik, dari pada tidak sama sekali.
-Katya CB
HARAP VOTE SEBELUM MEMBACA!
TANDAI JIKA TYPO!
HAPPY READING♡!
40. BYE KATYA!
Cuaca pada sore menjelang malam hari ini, sedikit gerimis. Membuat sepasang suami istri yang baru sampai di parkiran rumah sakit, harus menggunakan payung untuk bisa sampai ke lobby rumah sakit.
" Ruang rawat atas nama Leana Zeasa Brayatama di mana, sus? " tanyanya pada resepsionis.
Resepsionis itu mengutak atik komputernya, kemudian memberitahu kamar atas nama Lea. " Di kamar Anggrek nomor 14, bu. Ada di lantai dua, sebelah kiri "
" Terimakasih, sus " ucap sang suami kepada resepsionis, kemudian berjalan beriringan dengan sang istri.
Setelah menaiki lift menuju lantai dua, sekarang mereka telah sampai di depan ruang anggrek nomor 14. Terdengar suara ramai dari dalam kamar tersebut, sehingga suara ketukan pintunya tidak terdengar. Sang istri langsung membuka pintunya, dan memanggil Lea.
" Assalamualaikum, Lea! "
Lea yang di panggil langsung menoleh, diikuti yang lainnya. " AYAHH?! BUNDA?! " Pekiknya. Ya, mereka Aletta dan Alvino.
" Kok salamnya gak dijawab? " tanya Aletta, seraya berjalan menuju brankar Lea
Lea tersenyum menampilkan gigi putihnya. " Waalaikumsalam, Yah, Bun! " jawab Lea.
Aletta duduk di kursi dekat brankar Lea. Alvino sedari tadi hanya duduk seraya menatap Lea, kemudian pandangannya berkeliling.
" Wah! Ramai banget! ceritanya lagi ngumpul nih? " ujar Alvino, membuat Aletta menoleh ke arah sofa.
" Hallo om, tante! " jawab mereka serempak.
Aletta tersenyum dengan mata yang menatap mereka satu persatu." Jadi inget kita waktu SMA ya, Yah? "
" Iya, nih. Om tebak, pasti diantara kalian ada yang udh official? "
" Ini, om! " Tasya tersenyum malu saat semua temannya menujuk dirinya dan juga Arthan.
" Saya sampe capek om, ngeliat mereka berdua bucinnya kuadrat " Adu Salisa, membuat Tasya memukul pelan pundak Salisa.
" Sembarangan! Iri bilang bos! "
" Bbl bbl bbl, bucin banget loh! " sahut Iyan membuat semuanya tertawa kecuali Alvino.
Alvino mengkode Aletta melalui tatapan matanya seolah bertanya, Zian? Dia Zian? . Aletta tersenyum dan berbisik, " Dia Iyan. Septian, bukan Zian "
" Awalnya, aku juga kaget. Aku juga berharap dia Zian, Tapi bukan "
Alvino mengangguk seraya tersenyum, " Sabar, sayang " ucapnya menenangkan.
" Bun? Yah? Bukannya kalian harusnya masih di Semarang, ya? " pertanyaan dari Lea, membuat Aletta dan Alvino menoleh.
" Di telepon Ares, katanya kamu masuk rumah sakit. Jadi Bunda sama Ayah langsung ke sini " Lea mengangguk, membuat sang Ayah tersenyum menyebalkan.
" tumben di rawat. Biasanya ketusuk pisau gak pake di rawat segala " bisik Alvino, membuat Lea mendengkus.
Lea ikut berbisik, " itu beda lagi, Ayah! " jawabnya membuat Alvino tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARESKA [END]
Teen Fiction[ follow sebelum baca. Biar apa? Biar berkah dong! ] [ my first story. Jadi maklum kalau ada typo typo ] [ tinggalkan jejak dengan vote and comment ] ---- Kisah ini berawal dari kecerobohan seorang Leana Zeasa Brayatama yang membuat dirinya sendiri...