Jam Istirahat (Plot: Juni)

16 2 0
                                    

Siswi berambut sebahu sedang asik berbincang-bincang pada tripod kamera yang sejak tadi stand by menyorotinya.

Siswi itu bernama Dira, seorang Vloger yang cukup terkenal dikalangan para siswa dengan jumlah followers mencapai 3ribu pengguna.

Saat ini ia sedang membuat konten live streaming untuk mereview kedai ramen yang sedang hangat diperbincangkan oleh para siswa di sekolahnya, warung ramen yang digembar-gemborkan sebagai ramen yang lezat berkat bantuan ludah Pocong yang tinggal di pohon pisang depan kedai tersebut.

Dengan profesional pun Dira mulai mengulik makanan yang sudah disajikan dihadapannya itu.
"Ini dia guys, bisa kalian lihat kalau mangkoknya keren banget.
Gue baru kali ini loh makan Ramen tapi pake mangkok gambar ayam yang lagi salto. Estetik gilak sih. Lucu banget kan mangkoknya? Selucu hukum di negara kita.
Dan liat deh, mie-nya gak kusut karena dimasak dengan keadaan baik, gak kaya ekonomi di negara kita yang lagi memburuk.
B-T-W, tadi pas gue awal-awal pesen, penjualnya baik banget, gak kaya keadilan di negara kita yang kurang baik.
Tapi penjualnya agak low sih, sama kaya penegak hukum di negara kita. Sampe tadi antriannya macet gitu. Gue sampe niat makan siang di warung seblak mamah teteh aja karena kelamaan.
Eh, kayanya gue kebanyakan bacot ya? Oke deh, langsung aja kita icip-icip guys..."

Dira lalu menyeruput kuahnya terlebih dahulu.
"Heum... enak banget. Sumpah! Ekstrak ludah Pocongnya kerasa banget. Top abiez, gak mengecewakan! Yang mengecewakan cuma pemerintahan kita. Gokil sih, lo harus coba! Cuma 30ribu udah sama Presti.
Gak nyesel gue jajan di sini. Penjualnya juga amanah banget, gak kaya wakil rakyat di negara kita.
Tadi kan gue minta gak pake kecap, gak dikasih kecap dong! Good pokoknya ini tempat! Rating 4.5/5.
Lo wajib coba pokoknya!" cecar Dira berapi-api sembari mengangkat jempol ke atas.

Di meja lain, Feby dan Juni mendelik ke arah Dira, karena kehebohannya yang begitu mengganggu hingga membuat darah rendah mereka menjadi naik.

"Berani banget ya dia," cibir Feby yang heran dengan tingkah teman sekelasnya itu.

"Iya Ukhty. Padahal bapaknya Politikus. Bisa-bisanya dia live streaming jelek-jelekin tempat bapaknya cari nafkah. Kalo kata pepatah, ngeludah di sumur Pak Sanusi," ucap Juni.

"Ngeludah di sumur sendiri, Jun," koreksi William.

"Lah iya itu," balas Juni.

Tak beberapa lama, 4 mangkuk ramen yang mereka pesan pun tiba.

"Akhirnya dateng juga. Udah laper banget gue," ujar Juni sembari mengelus-ngelus perutnya.

Juni kemudian mencari-cari dan meneliti setiap titik di atas meja.
"Eh... kok punya gue gak dikasih alat makannya sih? Masa gue ngehuap pake tangan?
Mank! Ini paculnya mana nih? Saya mau makan!" pekik Juni.

"Itu kan ada sumpit," ujar William menunjuk pada dua benda berbentuk tongkat di sebelah kanan Juni.

"Dih, makan ramen pake sumpit," ucap Juni dengan ekspresi jijik dibuat-buat.

"Lo emang biasa makan ramen pake apa?" tanya Feby sedikit kesal.

"Saringan kopi, Ukhty," jawab Juni dengan ekspresi bersemu-semu.

"Serius?" tanya Feby memastikan.

"Gak dong. Pake sendok dong, Ukhty," jawab Juni dengan nada suara yang begitu lembut.

"Tuh sendok. Gak usah rewel lagi, Jun," ujar William, memberi sendok yang berasal dari cangkir kopinya.

"Muehehe..." Juni pun kini terlihat senang karena akhirnya bisa memakan ramennya dengan sendok.

***

Setelah selesai menyantap habis makan siang mereka di kedai ramen, mereka berempat pun memutuskan kembali ke dalam kelas sebelum bel berbunyi.

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang