Toxic Relationship

5 1 0
                                    

"Tuhan, terima kasih kau telah menciptakan ia yang sekuat ini.
Sehingga saat diberi cobaan seberat ini pun, ia masih sanggup bersabar, berperan sebagai penghibur yang paling bahagia.
Tapi Tuhan, haruskah dia se-sengklek ini?" batin Cassi yang masih digendong Juni di belakang punggung, menunggu guru piket yang sedang pergi ke toilet.

"Weeeeheeeeheeee... deee heeee heeee aweom ma ma weh. Weeeeheeeeheeee... deee heeee heeee aweom ma ma weh.
Aweomaweh, aweomaweh, aweomaweh, aweomaweh, aweomaweh, heeee deeee heeee... ALAKAZAM!
Pok amai amai belalang kupu-kupu, bayar duit aku yang semalam kau sapu~
Kambing biri-biri ala sudah datang dari Jawa, mana kau nak lari bawa duit tu kemana~" senandung Juni, diiringi musik DJ Remix yang berasal dari ponselnya.

"Lo bisa gak sih normal sebentar bang?" tanya Cassi, jengah.

"Eh, ini lagu hits. Si Andy aja ntar manggung nyanyiin ini, ntar gue bantuin ngegitarin," ucap Juni.

"Lo ntar ngegitar aja kan? Gak ikut nyanyi?" tanya Cassi memastikan.

"Ho'oh. Tapi gue tetep mesti latihan nyanyi juga. Siapa tau kan si Andy berhalangan, jadi gue yang gantiin," harap Juni.

"Gak, gak usah. Kasihan yang udah beli tiketnya," larang Cassi.

"Ih lu, gak mau dukung bakat abangnya," keluh Juni, sedikit memajukan bibirnya, cemberut.

"Bakat apaan?
Suara yang lo sebut bakat, cuma bisa mancing kerusuhan," ejek Cassi.

"Eh, jangan menghina suara emas gue! Lo gak tau aja kalo gue ini titisan Shah Rukh Khan!" ucap Juni membanggakan diri.

"Iya Shah Rukh Khan versi subsidi. Lo antara Meresah Khan atau gak ya Menyedih Khan," ejek Cassi lagi.

"Ja'at beud mulut lo Asih," gerutu Juni, sedikit sakit hati.

"Iya iya, lo Shah Rukh Khan, lo keren kaya Rahul, yang main di film Ganti Bushi Ganti Ban, kan?
Dah, cup-cup-cup," bujuk Cassi agar kakaknya itu tidak menangis.

Juni menahan air matanya, menghisap ingusnya, lalu menurunkan Cassi di sebuah bangku.

Ia lalu berjongkok di lantai, memunggungi Cassi dan memendam wajahnya di antara lutut.

"Eh busa lefboy, lo kalo ngambek di sini gue takol pake sapu lidi ya!" ancam Cassi.

"Lo ma gitu ke abang sendiri," melas Juni dan bangkit berdiri.

"Lembek banget sih, gue ejek gitu doang. Gendong gue lagi buru!" seru Cassi.

"Pegel ah. Gendong lo kaya ketempelan Genderuwo," keluh Juni.

"Abang @$#," umpat Cassi.

"Btw lo napa bisa berantem sama Kakel dah?" tanya Juni.

"Banyak nanya lo, kaya Mata Dajjal," ucap Cassi ketus.

"Mata Najwa, bangs**!" koreksi Juni.

"Ngegas lu. Sekali-kali injek kupling napa."

"Lo kira naik mobil!"

"Ehem," dehem Bu Wina, yang sudah kembali dari toilet.

"Eh, bu," ucap Juni, sedikit malu. Ia lalu mematikan musik di ponselnya yang tadinya masih menyala.

Bu Wena lalu duduk di kursinya, mengambil pulpen dan sebuah buku kecil.
"Ibu tadi disuruh mengingatkan kalau orang tua kamu diminta ke sekolah besok dan adik kamu di skorsing seminggu," ucapnya sembari menulis sesuatu di dalam buku kecil tersebut, kemudian merobeknya dan memberikan pada Juni. Kertas itu berfungsi seperti tiket, agar diperbolehkan keluar gerbang sebelum jam pulang sekolah.

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang