Dante's Inferno

2 1 0
                                    

Kematian benci dicurangi.

***

Keringat bercucuran pada wajah Gagas, nampak deras saat ia telah selesai bermain basket sepulang sekolah.

Ketika hendak pulang, sebelumnya ia pergi ke ruang ganti terlebih dahulu, untuk mengganti pakaiannya yang basah karena mulai terasa tidak nyaman.

Dan meski tak ada yang menemani, ia tak merasa takut dan dengan santainya ia memasuki salah satu ruangan yang paling ujung.

Tas yang ia bawa, ia taruh di depan pintu tanpa membawanya masuk.

Tiba-tiba ia merasa punggungnya terasa berat dan panas. Meski sudah terbiasa, namun tetap saja membuat jantungnya berdegup dengan kencang.

Cepat-cepat ia pun menyelesaikannya agar bisa segera pergi.

Namun, saat keluar, tasnya menghilang. Benda berwarna coklat yang sedikit mewah itu sudah tak ada di tempat dimana Gagas meninggalkannya.

Gagas lalu memeriksa semua ruangan yang ada di sana satu per satu, namun tak ada dimanapun.

Saat akan menyerah dan pulang, Gagas mendengar suara nafas kencang yang terdengar gelisah, juga langkah kaki besar yang berderap di belakangnya.

Ketika Gagas menoleh, tak ada siapapun di sana. Tapi ia menemukan tasnya, yang tergeletak begitu saja di lantai, di samping deretan huruf yang di tulis dengan cairan hitam, yang berbunyi Dante's Inferno.

Melihat hal itu, Gagas membeku sesaat. Ia lalu dikejutkan dengan ponselnya yang tiba-tiba bergetar.

Drrtt... Drrtt...

Ia lalu menatap layar ponselnya.
Tertera nama Dara pada layar, sedang memanggilnya.

Gagas menghela napas, mencoba menenangkan diri, lalu mengangkatnya. "Halo Ra?" sapanya, seraya berjalan untuk memungut tasnya, tanpa menghiraukan lagi tulisan misterius yang entah siapa yang menulisnya di sana.

"Gas, sorry banget... Papi gue bilang gak bisa jemput. Jadi... boleh gak kalau gue menumpang?" pinta Dara.

"Oh iya, gak masalah. Lo langsung ke parkiran aja. Gue lagi otw ke sana," ucap Gagas, sama sekali tak keberatan.

***

Langit memasuki warna kuning keemasan-bersemu merah muda, saat Gagas mengantar Dara pulang ke rumahnya.

Menurut orang jaman dahulu, saat seperti ini adalah saat dimana para hantu beredar mencari mangsa.

Biasanya anak-anak kecil akan ditakut-takuti, jika main keluar rumah di waktu seperti ini, di saat matahari tenggelam, dikatakan anak tersebut akan ikut tenggelam dengan matahari.

Legenda yang begitu ampuh untuk memaksa anak kecil agar langsung pulang ke rumahnya.

Tapi sebagai seorang pemuda indigo, Gagas tau betul bahwa cerita itu bukan hanya sekedar legenda.

Karena ia pernah melihat sendiri sesosok makhluk membawa terbang seorang anak kecil yang nakal, yang masih berkeliaran meski malam hampir datang.

Bahkan saat ini pun, dia melihat sendiri para setan yang sibuk berlalu lalang dengan wujud manusia di persimpangan jalan, seperti sedang mencari target yang mudah untuk menjadi korban.

Namun, ia merasa sedikit aneh dan lebih sesak dari biasanya, karena banyak sekali dari mereka yang terlihat hari ini, melebihi hari-hari sebelumnya.

Ia lalu teringat bahwa hari ini ditandai sebagai malam Mus Xyus, yang menurut bahasa berarti malam pembantaian, dimana setan-setan akan berdatangan dan berkumpul menyambut kunjungan Tuan mereka di suatu tempat, dengan suguhan tumbal, tepat ketika tengah malam yang tak berbulan.

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang