Petaka

7 1 0
                                    

Virgo dahulu memiliki keluarga yang bisa dibilang cukup bahagia.

Ia memiliki seorang ibu, seorang ayah dan seorang adik perempuan.

Namun tidak lagi ketika mereka semua meninggalkan Virgo dalam sebuah tragedi kecelakaan.
Kedua orang tuanya dikabarkan telah meninggal dan adik perempuannya menghilang tanpa kabar.

Kira-kira saat itu usianya baru menginjak 11 tahun. Ia pun mulai hidup sendiri sejak saat itu.
Ia mengajari dirinya sendiri memasak, menumpang bus dan mencari uang dengan mengemis di jalanan, lalu ditangkap oleh petugas keamanan dan dimasukkan ke dalam sebuah Yayasan Panti Asuhan.

Namun hanya satu tahun ia berada di Panti itu. Karena pasangan terkaya dan tergendut di kota telah mengadopsinya dan membawa ia masuk ke dalam rumah yang lebih layak disebut neraka.

Dalam cengkraman mereka, Virgo mengalami hari-hari mengerikan sepanjang masa kanak-kanaknya.

Bahkan di hari pertama saat menginjakan kaki di rumah itu saja, Virgo kecil sudah harus menghabiskan malam di loteng dingin berdebu, diselimuti sprei yang lusuh compang-camping dan tidur beralaskan bantal yang berbau tak sedap.

Tapi hebatnya ia bisa mengatasi itu semua. Ia tak rela terus-menerus diperlakukan layaknya budak dan seiring berjalannya waktu, ia pun berhasil menguasai rumah dengan memanipulasi kedua orang tua angkatnya itu dan berhasil memperalat mereka untuk berbalik menjadi budaknya.

***

Waktu telah menunjukkan tepat tengah malam.
Seorang pria dalam siaran radio yang Virgo dengarkan sedang bercuap-cuap, menceritakan kembali tentang sejarah kelam  satu tahun yang lalu di malam yang sama dengan malam ini. Malam Mus Xyus.

Virgo ingat betul malam teror itu.

Bunyi musik kematian menggelegar membuat dinding rumah mewahnya bergetar.
Titik-titik cahaya lilin melintas lewat jendela, kelebatan wajah-wajah bertopeng tengkorak berlalu seperti hantu dalam kegelapan.

Ketika Virgo ingin memeriksa apa yang sedang terjadi di luar, sesosok tubuh sudah lebih dulu masuk melewati pintu yang hampir di buka olehnya.

Wajah sosok itu pucat, keringat dingin membanjiri seragam sekolahnya. Helai rambut hijau-abu kakunya bergelantungan di dahi.

Dia Jimmy.
Kehadirannya saat itu untuk meminta bantuan. Bantuan untuk diselamatkan.

"Mereka mengejarku, Virgo! Mereka memburuku!" serunya terengah, seolah dia membutuhkan udara.

Virgo pun menolong tanpa bertanya. Kawannya itu mungkin punya alasan tersendiri dan ia tak perlu tau alasan itu, karena itu bukan urusannya.

Dengan tenang, Virgo membawa Jimmy masuk ke dalam ruang bawah tanah miliknya. Itu adalah tempat dimana kedua orang tua asuhnya juga berada. Terkunci dalam belenggu rantai di kegelapan yang dalam.

Namun Jimmy yang sudah ketakutan tak mempersalahkan hal itu. Ia justru senang karena ia tak kesepian di dalam sana, bahkan sempat-sempatnya ia mengajak orang tua asuh Virgo yang sudah kurus mengering itu mengobrol.

Setelah memastikan Jimmy akan baik-baik saja di sana, Virgo pun kembali ke atas. Di saat itulah ia mendengar ponselnya sedari tadi berdering.
Kepala Panti tempat dulu ia ditampung lah yang meneleponnya.

Lekas Virgo mengangkatnya. Setelah itu ia terdiam.

Entah apa yang didengarnya saat itu, hingga membuat ia nampak shock dengan mulut yang terkatup rapat.
Tanpa membuang waktu Virgo pun segera pergi ke Panti Asuhan itu menggunakan mobilnya.

Jalan nampak begitu sepi saat itu. Tak ada kendaraan lain yang berlalu lalang dan lampu jalanan tak ada yang menyala.

Kemudian setibanya ia di sana, ia langsung menerobos masuk ke dalam sebuah gedung panti yang berukuran cukup besar namun tampak gelap dan seperti sudah tak berpenghuni, setelah memarkirkan mobilnya di pekarangan dengan asal.

Ketika ia bersiap-siap untuk memeriksa apa yang sedang terjadi di sana, dari balik pintu kelabu itu ia sudah disuguhkan pemandangan mengerikan dari seorang anak berusia 7 tahun, terkulai lemas dengan kaki yang putus.

Darahnya membasahi dinding dan lantai. Matanya nampak pucat berkaca-kaca. Ada bekas tusukan di tubuh kecilnya dimana-mana dan sebuah bunga yang Virgo kira busuk di taruh di atas dada anak tersebut.

Melihat itu Virgo pun mengumpat-umpat, menyumpahi si pelaku keji yang telah melakukan hal bejat itu.

Setelah menepuk-nepuk kepala anak itu penuh simpati, lalu menutupi wajah horor anak itu dengan jaketnya, Virgo pun kembali berjalan masuk ke bagian dalam gedung. Melewati kamar-kamar yang berderet lalu menuju dapur.

Namun tak ada apapun di sana.

Ia lalu menaiki tangga untuk mencapai lantai 2.
Mulai terdengar samar-samar suara tangisan dari atas.
Virgo pun mempercepat langkahnya untuk segera sampai ke sana.

Ketika ia tiba di ujung tangga, Virgo berusaha memelankan langkahnya agar tidak diketahui si pelaku. Kemudian ia mengintip sebelum merencanakan akan bertindak apa.

Di sebuah ruangan yang minim cahaya, Virgo melihat ada dua anak yang tengah terikat, jauh di sudut ruangan. Dan salah satu dari anak itu telah kehilangan kepala.

Di sudut satunya seorang dengan jas hujan hitam sedang berdiri membelakangi Virgo. Menyudutkan seorang anak berusia 6 tahun yang jari kecilnya telah dipotong.

Mata Virgo menjadi gelap dan emosinya pun memuncak. Ia langsung menerjang orang itu tanpa aba.

Dilihatnya wajah itu. Yang ternyata hanyalah seorang gadis ABG. Yang nampak lugu dan tidak terlihat seperti tipikal pembunuh berantai.
Meski tak ada sesuatu yang kejam atau jahat dari wajahnya, tapi tindakan brutalnya yang membunuh anak-anak membuat Virgo merasa jijik. Dan sialnya Virgo mengenali gadis remaja yang sedang ia lumpuhkan di atas lantai itu.

"Erika..." ucap Virgo dengan ekspresi nanar tidak percaya. "Erika kenapa... kenapa?" tanyanya masih shock. Mengetahui bahwa adiknya yang hilang dulu telah berakhir menjadi seperti ini. Menjadi seorang pembunuh berantai.

"Mereka mengataiku kak. Mereka mentertawakan aku. Mereka tidak tau diri. Aku harus balas dendam," ucap Erika dengan  ekspresi sedih.

Virgo tak bisa berkata apa-apa. Ia nampak begitu terpuruk, ia tak pernah berpikir ia dan adik kandungnya akan bertemu kembali dengan cara seperti ini.

Jadi dia hanya diam dan melihat saat Erika selesai melakukan itu semua. Bahkan ia membantu membakar gedung itu dengan terisak untuk menghilangkan jejak agar adiknya tak tertangkap.

Keesokan harinya seluruh siaran berita di TV melaporkan tentang anak-anak yang terbakar di sebuah Yayasan Panti Asuhan.

Pihak berwajib tak tau pasti apa yang memicu kebakaran itu. Mereka hanya bisa berasumsi korsleting listrik lah yang menyebabkan itu semua. Tanpa repot-repot melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Mungkin itu keberuntungan bagi Virgo dan adik kandungnya. Tapi keberuntungan itu akan memiliki masa kadaluarsanya.

***

Aroma harum kopi memenuhi udara saat Virgo menyuguhkannya pada tamu yang tak diundang di hadapannya.

"Jadi?" tanya Virgo dengan suara tenang, tak mempedulikan ekspresi aneh yang muncul pada tamunya itu.

"Lo berusaha untuk jadi kakak yang baik. Tapi adik lo justru menganggap seakan-akan lo gak pernah ada. Kalaupun ada, lo hanya batu loncatan. Untuk mendapatkan pria brengs** yang dia inginkan," ujar si tamu kemudian menyeruput kopi itu.

"Entahlah," ucap Virgo sambil berpikir. "Aku tidak perlu tau bagaimana kamu bisa tau. Kalau aku jadi kamu, aku akan mengkhawatirkan berapa banyak sianida yang telah kamu minum dalam kopimu, Valencia," lanjutnya dengan nada suara santai.

Bersambung...

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang