Penampakan

4 1 0
                                    

Di ruang televisi yang nampak megah dan mewah, nampak seorang bayi sedang berusaha keras membangunkan ayahnya yang tengah tertidur pulas di atas sofa berwarna putih, dengan menarik bulu kakinya kuat-kuat.

"Ahhh, don't do that, Agie. (Ahhh, jangan lakukan itu, Agie)," ujar si ayah, meringis kesakitan seraya mengusap betisnya yang terasa perih.

"Mum-my, mum-my, mum-my, mum-my, mum-my, mum-my," celoteh Agie, menunjuk-nunjuk ke arah layar televisi yang sedang menayangkan film fantasi berjudul Maleficent. Di mana tokoh utamanya adalah sosok peri wanita bergaun hitam dengan tanduk dan sayap yang besar dan diceritakan ia memiliki kesaktian yang hebat dan juga luar biasa. Mulanya Maleficent adalah peri yang ramah dan baik hati, namun ia menjadi kejam saat ia dikhianati oleh pria yang ia cintai.

"Yap, she looks a lot like mommy. (Ya, dia sangat mirip dengan ibu)," sahut si ayah mengiyakan.

"What's?" pekik si ibu dari arah dapur, membuat si ayah tersentak kaget.

"Don't say that. Mommy is prettier than her. (Jangan katakan itu. Ibu lebih cantik dari dia)," ucap si ayah, meralat ucapannya sendiri, membuat istrinya kembali melanjutkan aktivitasnya di dapur. Namun Agie nampak merengut karena ayahnya tak jadi sependapat dengannya.

"Jangan membuat mommy marah. Jika dia sudah marah, dia bisa marah selamanya," ucap si ayah dengan suara pelan.

"Okie," sahut Agie, berusaha keras membuat simbol oke dengan menghubungkan jempol dan telunjuk menjadi lingkaran.
Gestur menggemaskannya itu pun membuat sang ayah merasa gemas dan menggelitiki perut putrinya itu hingga tawa kecilnya memenuhi seisi ruangan.

"Ha~" sang ayah menghela napas kelelahan setelah puas menggelitiki buah hatinya. Ia kemudian mengambil ponselnya yang berada di sebelah bayi mungil itu. Memeriksa apakah putri kecilnya mengotak-ngatik atau menghapus sesuatu di sana.

Tapi sebelum ia menuju ikon tempat sampah untuk memeriksa apa yang baru saja dihapus putrinya, ia terlebih dahulu memeriksa aplikasi yang baru-baru ini bayi itu masuki, yaitu aplikasi kamera.

"Kamu berfoto ya?" tanya si ayah dan dijawab anggukan oleh Agie.

Si ayah pun tersenyum kemudian memeriksa galeri untuk melihat foto apa saja yang ditangkap putrinya.

Beberapa hanya menunjukkan pipi gembul Agie yang berwarna merah muda, beberapa lagi menunjukkan foto si ayah yang sedang terlelap tidur.

Tapi ada satu foto yang membuat si ayah terganggu. Foto itu memperlihatkan putrinya yang sedang melambai ke kamera bersama dengan satu sosok aneh di sampingnya.

Sosok buram berwarna merah berapi-api dengan senyum melengkung yang lebih menakutkan dari senyum istrinya.
Dan yang lebih mengherankan adalah, siapa yang mengambil foto tersebut?

Sang ayah kemudian menatap putrinya dengan ekspresi yang tak mudah dideskripsikan.
"Baby... are you---"

Tiba-tiba terdengar suara derik dari laci yang terbuka di belakangnya. Si ayah pun seketika terpaku di tempat.

"Thatan," celoteh Agie dengan senyum merekah di wajah menggemaskannya. Sedangkan jari mungilnya menunjuk ke arah belakang ayahnya.

Meski Agie salah mengeja karena ia cadel, namun si ayah sudah tau siapa yang sekarang sedang mengintainya di balik punggungnya.

Si ayah pun langsung menggendong bayi kecilnya itu dengan tergesa menuju ke arah dapur, berharap istrinya yang lebih menakutkan dari segala jenis hantu dapat melindungi mereka berdua.

Bersambung...

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang