Akhir?

2 1 0
                                    

"Rasa sakit yang indah."

***

William tidur lebih awal hari ini, karena begitu lelah dengan aktivitas di sekolahnya tadi, ditambah dengan ekstrakulikuler taekwondo yang ia ikuti.

Setelah merebahkan diri kemudian berhasil terlelap dalam tidurnya, ia mencari sebuah figure.
Figure gadis mungil yang selalu menemuinya di alam mimpi.

Namun kali ini, ia tak langsung menemukannya.
Entah gadis menggemaskan itu sedang berjalan-jalan kemana.

Ia lalu menuruni bukit yang saat ini ia pijak untuk mencari gadis itu.

Hujan tiba-tiba turun dan angin dingin menerpa kulitnya. William lalu mengadah menatap langit yang baru saja mendadak mendung.

Matanya lalu membelalak tak percaya. Ada sesuatu yang aneh dengan langitnya.

Itu tak biasa dan sangat mengerikan.

Ada sebuah simbol di sana. Sebuah simbol Pentagram.
Simbol yang biasa dipakai untuk ritual pemanggilan Iblis.

"Ini mimpi buruk," gumam William. Ia lalu bergegas menuruni bukit itu. Mencari tempat berlindung yang aman, hanya hingga mimpi buruknya berakhir.

Sepanjang ia melangkahkan kaki, sepanjang itu pun perasaan William menjadi tak nyaman. Ia merasa ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya, mengintainya dan menunggu ketika ia akan lengah.

Mendadak kepalanya dipenuhi dengan suara-suara. Teriakan, tangisan, tawa yang melengking mengerikan.

Seketika ingatannya yang hilang kembali.
Saat-saat itu, pada hari itu. Apa ini akan terulang?

Teror, bencana dan semua kengeriannya.

Ia hadir lagi.

Si pengeksekusi dari dasar kegelapan.

Memikirkannya membuat kaki William lemah, tubuhnya pun terasa begitu berat, serasa baru saja mengangkat ribuan karung berisi batu.
Ia pun tak sanggup berdiri lagi dan terjatuh dengan pandangan yang sedikit kabur karena hujan.

"Kak Iam," panggil sebuah suara yang ia kenali.

Refleks William menatap ke depan, ia menyipitkan mata agar dapat melihat lebih jelas.

Di depan sebuah gedung panti asuhan tak terawat, ada sosok yang ia cari sejak tadi.
Gadis mungil itu sedari tadi duduk di sebuah ayunan berkarat di sana, di halaman bermain usang.

Gadis itu memandangi William dengan senyum. Senyum yang risau dan sesekali mendentingkan rantai yang mengekang kakinya bersama penyangga ayunan.

William lalu bangkit untuk menghampiri dengan terhuyung. Ada kekhawatiran dari ekspresinya, karena ada banyak mata kecil dari anak-anak yang rata-rata berusia 4 sampai 8 tahun di belakang gadis itu.
Mereka semua tersenyum, namun mata mereka mengisyaratkan ketakutan.

Dan mereka semua menggenggam sebuah bunga.

Bunga mawar hitam yang hanya tumbuh alami di sekitar wilayah desa Halfeti.

Bunga itu biasanya tak tumbuh sepanjang waktu. Hanya dapat ditemukan di musim tertentu dan jumlahnya sangat sedikit.

Tapi semua anak di belakang gadis itu, yang diperkirakan berjumlah ratusan, memiliki masing-masing di tangan mereka bunga langka bernuansa iblis tersebut.

***

Valen sedang duduk menanti di sebuah Caffe sederhana yang menghidangkan pudding kopi dan cemilan manis lainnya.
Wajahnya terlihat mempesona dengan lipstik dan perona oranye yang ia coba.
Tampilan pakaiannya pun cukup simple dan terkesan cute, dengan atasan lengan panjang berwarna peach dan rok pendek jeans.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya penantiannya tak sia-sia. Karena yang ia tunggu sedari tadi sudah muncul dan menghampirinya.

"Hai," sapa pemuda jangkung, berkulit seputih susu, yaitu Andy.

"Hai," balas Valen. Matanya nampak berbinar-binar saat menatap pemuda yang berdiri di hadapannya itu.

"Udah nunggu lama?" tanya Andy seraya menggeser kursi, kemudian duduk.

Valen menggeleng. "Belum lama. Gue juga baru dateng," ucapnya berbohong. Karena ia sudah menunggu sejak jam 4 sore dan saat ini jam telah menunjukkan pukul 8 malam.

Andy berdehem, lalu berterus terang. "Dante udah cerita ke gue semua," ujarnya, memberi jeda untuk melihat respon apa yang akan diberikan Valen.
Namun, gadis itu cukup tenang dan ekspresi ramahnya belum berubah. Sangat terlihat jika ia begitu bersemangat karena duduk berhadapan dengan pria pujaannya hari ini.

"Gue awalnya kaget sih, tiba-tiba Dante ngajuin permintaan aneh kaya gitu. Karena... biasanya gue anti main api sama pacar temen," lanjut Andy.

"Oh," sahut Valen singkat, seraya menyibakkan beberapa helai rambutnya ke balik bahu. Membuat Andy tak mampu mengendalikan matanya dari leher jenjangnya itu. Serta setiap lekuk dan cekungan yang menghiasi tubuh Valen seolah-olah mengusik rasa ingin tahu Andy lebih jauh.

"Mhm..." Andy bergumam pelan lalu memindahkan pandangannya pada luar jendela. "Gue... bisa aja terima lo. Kita bisa jalanin dulu. Lagian, Dante bilang hubungan kalian cuma pura-pura demi keselamatan hidup Zoey dari penggemar fanatiknya Dante. Jadi gue gak masalah dengan itu." Andy lalu beralih menatap Valen kembali.
"Cuma yang harus lo tau... gue lagi jalin hubungan dengan 3 cewek lain. By the way, gue cuma kasih tau ini ke elo. Mereka bertiga gak tau kalau gue selingkuhin."

"Jadi?" tanya Valen, mengatup kedua tangannya dan menempelkan ke pipi, seraya bertumpu pada sikunya di atas meja.

"Karena kita masih SMA, ayo pacaran tanpa perlu s#x. Karena gue belum siap jadi ayah. Kalau sekedar ciuman atau pelukan, gue ayok aja," ucap Andy, diiringi tawa kecil.

Valen mengetuk-ngetuk meja. Nampak sedang berpikir. Ia seolah tak nyaman dengan pernyataan Andy barusan.

"Okey," jawab Valen dan kembali tersenyum.

"Oh yah, gue boleh tau? Hubungan lo sama Juni apa?" tanya Andy tiba-tiba.

Valen mengerutkan kening, menatap Andy beberapa saat. Lalu tawanya meledak.

"Kenapa lo bisa ngira kalo gue dengan dia ada hubungan?" tanya Valen terkekeh geli sembari menggelengkan kepala.

"Gue kira kalian deket. Karena Juni selalu puji-puji lo di tempat tongkrongan," ungkap Andy.
"Kalau boleh jujur, gue ngira lo agak nakal. Karena banyak banget rumor lo deket sama cowok. Gagas, bang Rey, bang Virgo sama adik kelas yang gue lupa namanya.
Dan gue denger Dante sampe kerepotan sama rumor-rumor lo itu," lanjutnya, memberi tekanan pada kata 'nakal.'

Suasana tiba-tiba menjadi canggung. Mata mereka bertemu dan beradu pandang untuk beberapa saat.

"Gue harus pergi. Teman gue lagi dalam masalah. Tapi, sebenernya gue masih ingin di sini, bersama lo," ujar Valen dengan berbagai macam emosi yang berkecamuk di wajahnya yang tiba-tiba memucat.

"Gak masalah. Kita masih bisa ketemu besok di sekolah," ujar Andy santai, meski ia sama sekali belum memesan makanan.

Valen lalu bangkit berdiri, nampak begitu tergesa. "Sampai nanti besok, meski gue gak tau apa besok akan ada," ucapnya, terdengar misterius. Ia lalu pergi begitu saja, tanpa menunggu Andy yang berniat mengantarnya.

Bersambung...

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang