Sebelum Keberangkatan (Plot Juni)

10 1 0
                                    

Juni bersenandung riang sembari menata pakaian barunya di atas ranjang, agar memudahkan ia memakainya besok.
"Suasana di kota Santri, asyik tenangkan hati~
Bila pagi dan sore hari, muda mudi berbusana rapih~
Hilir mudik silih berganti, pulang pergi mengaji~"

Bintang yang entah sejak kapan berdiri di antara bingkai pintu pun menginterupsi.
"Kaya bocah aja kelakuan lu bang. Baju baru diajak tidur bareng. Padahal gantung di lemari aja biar gak lecek."

"Biarin," sahut Juni.
"Ngapain lu nyamperin ke sini?" tanyanya sembari membenarkan posisi sarung, karena beberapa saat lalu ia habis melaksanakan shalat isya.

"Nyari shampo Bintang. Abang pake kan?" tuduh Bintang sembari mengamati setiap sudut kamar kakaknya itu.

"Kaga. Gue cuma pake pencuci muka punya lo," elak Juni.

"Merk M4karizo bukan?" duga Bintang.

"Ho.oh," sahut Juni mengiyakan.

"Dodol, itu shampo! Ngapain pake di muka? Lo takut muka lo rontok!" seru Bintang emosi.

"Ya namanya juga khilaf," dalih Juni sembari menggaruk peci yang tak gatal.

"Khilaf, khilaf! Sekarang lo kemanain shamponya?" tanya Bintang sembari berkacak pinggang.

"Di kresek sampah," jawab Juni tanpa rasa bersalah.

"Lo habisin?" tanya Bintang memastikan.

"Iya, khilaf lagi gue," jawab Juni, masih tak merasa bersalah.

"Gak mau! Gak mau! Bintang belinya pake uang jajan tau!" rengek Bintang sembari menggeletakkan diri di lantai.

"Yaelah shampo doang," ujar Juni meremehkan.

"Doang kata lo?! Bintang belinya nabung dulu tau! Seenaknya aja lo pake-pake barang orang!
Bintang aduin ke abang Bintang baru tau rasa lo!" ancam Bintang.

"Gue abang lo, kampret!" balas Juni.

"Iya nanti Bintang aduin abang ke abang," ujar Bintang melantur.

"Besok gue ganti. Bangun buru. Malu ama cicak lu geletakkan di lantai kek gitu," bujuk Juni.

"2 ya!" pinta Bintang dan kemudian ia bangkit berdiri.

"Iya, gue beliin 2.
Dah sana, sana.
Gue sibuk.
Gara-gara lo, gue jadi telat nulis status WA malam ini," usir Juni sembari mendorong Bintang keluar dari kamarnya.

"Bentar bang," ujar Bintang, menahan tubuhnya agar tak terdorong ke luar pintu.

"Mau ngapain?" tanya Juni mengernyitkan dahi.

"Bantuin PR Bintang dong bang," mohon Bintang dengan menggosok kedua tangan.

"PR apa?" tanya Juni.

"PR matematika," jawab Bintang.

"Yodah, apaan soalnya?" Juni setuju untuk membantu.

"Bentar, Bintang ambil dulu buku PR Bintang," ujarnya dan melesat ke luar mengambil bukunya.

***

Setelah Bintang pergi, tak lama Cassi yang bergiliran untuk mendatangi Juni.

"Bang," panggil Cassi.

"Apaan?" sahut Juni seraya melipat sarung.

"Tumben lo hari ini ganteng banget kaya iblis, biasanya muka lo biasa aja kaya setan," ujar Cassi sembari menyandar di daun pintu.

"Muji-muji pasti ada maunya nih," duga Juni sembari mendelik.

"Hehe... beliin mie ayam bang. Tapi pake daging sapi, pangsitnya di kepang, saosnya dipisah terus dibuang, kasih kuah dikit sama cuka dikit. Taro kamar gue dalam 2 menit. Kalo kelamaan gue retakin biji lo yang sebelah kiri!" gertak Cassi.

"Nyuruh seenak jidat. Gamau!" tolak Juni sembari membuang muka.

"Kalau gitu minta uangnya aja," palak Cassi.

"Si kampret! Kalo lo gak punya uang, ngebon aja sana," saran Juni.

"Oke, tapi gue ngebon atas nama lo ya. Jaminannya ginjal lo," cetus Cassi.

"Mana bisa gitu!" seru Juni kesal.
"Ya udah nih goceng." Juni terpaksa memberikan uang yang seharusnya ia pakai untuk membeli sabun cuci yang disuruh ibunya.

"Kurang 2ribu," pinta Cassi lagi sembari menjulurkan tangan.

"Mahal amat," keluh Juni.

"Lo tau sendiri lagi inflasi," terang Cassi.

Juni lalu merogoh saku boxer bercorak Spiderman-nya untuk mencari 2ribu tambahan, "Noh."

"Sip, thank u." Cassi kemudian pergi setelah mendapatkan uang untuk membeli mie ayam yang biasa mangkal di depan gang.

Juni kemudian menghampiri meja belajarnya dan membuka laptop. Ia sudah bersiap untuk melakukan ritual di malam hari seperti kebiasaannya sebelum pergi tidur.

"Bang," tegur Bintang sembari membawa buku bersampul cokelat.

Juni menghela napas karena kembali terganggu.
"Huh, si kunyuk satu balik lagi," gerutunya.
"Apaan soalnya?" tanyanya pada Bintang, namun matanya masih terfokus pada layar laptop di hadapannya.

"Nih, soal pertama, pertanyaannya kenapa kalau kita meminum air laut, kita justru bertambah haus?" ujar Bintang sembari duduk bersila di atas ranjang Juni.

Juni mengernyitkan dahi dan menatap adik centilnya itu dengan tatapan bingung.
"Lo bilang tadi PR matematika?"

"Sebenernya PR Kimia, tapi gue catet di buku PR matematika," ujar Bintang beralasan.

"Nih anak kalo gue tampol swallow dimarahin emak gak ya," batin Juni merencanakan tindakan kriminal sembari menatap sandal kesayangan yang sedang ia pakai.

"Jawabannya apa bang, buruan?" tanya Bintang tak sabar.

"Jawabannya karena air laut mengandung NaCI yang tinggi," jawab Juni mencoba bersikap sabar.

"Berarti kalo kita laper, kita tinggal minum air laut aja ye bang biar kenyang?" tanya Bintang polos.

"Hah?" Juni kembali mengernyitkan dahi.

"Kan kata lo air laut mengandung Nasi," celetuk Bintang.

"Eh somplak! NaCI itu Natrium Chlorida! Bahasa sehari-harinya garem! Bukan nasi!" seru Juni emosi.

"Oh kirain. Sekarang pertanyaan ke-2," ujar Bintang berniat melanjutkan.

"Dah ah, gue mau tidur, gue mau mimpi naik dinosaurus. Lo searching sendiri di google aja sana, jangan ganggu gua," usir Juni lagi.

"Ih lu mah gak mau bantuin adeknya," keluh Bintang.

"Bukan gamau bantuin. Tapi baru satu soal aja gue udah stress ngasih tau lu.
Udah sana, kalo lo mau pergi gue kasih baso ikan," tawar Juni.

"Mana?" Bintang tertarik dengan tawaran Juni.

"Nih." Juni menyerahkan kresek hitam berisi baso ikan yang tadinya akan ia makan sendiri, pada Bintang.

Bintang pun pergi meninggalkan kamar Juni setelah mendapat hasil jarahan.

Juni lalu mengunci pintu kamarnya agar tak ada lagi yang mengganggu.

"Punya adek 2 resek semua," keluhnya. Ia kemudian kembali mengotak-ngatik folder di laptopnya dan melanjutkan menulis episode ke-406 fanfict miliknya, yang bergenre horror-thriller dengan judul Bobob Novela untuk di upload pekan depan.

Bersambung...

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang