Jam Istirahat (Plot Dante)

12 1 0
                                    

Agie memiringkan kepalanya ke arah Dante sembari menaruh pipinya di atas bantal. Membuat Dante tak rela meninggalkannya dan lebih memilih menghabiskan jam istirahat bermain bersama adik kecilnya itu.

Dante pun tak bisa menahan senyum saat adik kecilnya menari ketika diberi sepotong cookie.

"Mmh... hai," sapa seorang gadis yang baru saja terbangun dari ranjang yang tak jauh dari posisi Dante dan adiknya saat ini.

Dante pun menoleh ke arah gadis itu.
Membuat gadis itu merasa canggung.

Karena dirasa suasana diantara mereka terlalu hening, gadis itu kembali berdehem.
Ia pun menggigit bibir bawahnya dan memberi senyuman tipis.

Namun Dante justru membalas dengan tatapan gelap seakan mengancam.
Membuat gadis itu merasa lebih canggung dari sebelumnya.

"Maaf karena membuat lo terbangun, Dara," ujar Dante tiba-tiba pada gadis yang ia kenali bernama Dara.

Dara adalah seorang Role Model. Wajahnya selalu menghiasi poster, spanduk dan cover majalah depan yang dicetak secara eksklusif di sekolahnya ini, dan dia juga termasuk salah satu siswi tercantik, bahkan kecantikannya bisa membuat bunga di taman iri.

"Bukan masalah," ucap Dara lirih sembari menahan nyeri di perutnya.

"Well... gue akan memberitahu untuk antisipasi. Jika lo mengadukan gue karena membawa bayi ke sekolah, gue akan membuat lo menghabiskan masa muda yang menyenangkan di tempat tergelap yang gak pernah lo harapkan untuk berada di sana," ancam Dante. Terlihat bahaya dalam matanya.

"Mmh... gue gak akan lakukan itu. Tapi... apa gue bisa meminta tolong?" Dara memasang wajah yang terpaksa meminta tolong.

Dante pun mengangguk, meski dengan penuh beban.
"Minta tolong apa?" tanyanya berjalan menghampiri.

"Gue belum makan," ucap Dara terlihat malu.

"Kuki... kuki... kuki..." celoteh Agie sembari mengangkat kue yang ada di tangan kanannya tinggi-tinggi, seakan ingin berbagi.

"Lo ingin itu juga?" tawar Dante.

"Mmh... gue sedang diet," ucap Dara. Namun matanya menginginkan kue yang dipegang Agie.

"Oke." Dante berjalan kembali menghampiri Agie dan menggendongnya. Ia lalu menyerahkan Agie pada Dara.

"Gue titip sebentar. Gue akan ke kantin untuk membelikan sesuatu," ucapnya dan pergi begitu saja tanpa mendengar persetujuan Dara terlebih dahulu.

***

Saat tiba di kantin, Dante melihat kehebohan yang didalangi oleh Hans, senior kaya raya yang terbiasa merudung siswa penyendiri di sekolah mereka.

Kali ini siswa kelas 1 berkacamata, yang sempat Dante lihat sebelumnya bicara dengan pohon beringin di belakang sekolah lah yang menjadi target keisengan Hans.

Dante tak begitu mempedulikan aksi kejam Hans pada siswa itu. Dia hanya berjalan menuju snack bar dan mengambil beberapa makanan diet seperti pudding, susu low fat, biskuit oat dan nutrishake, lalu membayarnya.

Namun saat Dante akan pergi meninggalkan kantin dengan menjinjing kresek berisi snack, siswa berkacamata yang diketahui bernama Bayu, tiba-tiba menjulurkan lengan ke arahnya.

Dante terdiam sejenak, lalu menghampiri Bayu yang masih dalam posisi merangkak dengan seragam yang basah oleh jus buah.
"Apa?" tanyanya dengan ekspresi tak ramah.

"Perempuan malang yang tenggelam satu tahun lalu mau bilang sesuatu ke sampean," ujar Bayu dengan nafas yang beradu.

Dante mengepalkan erat tangannya.
Ia seketika mengingat kembali tentang tubuh gadisnya yang terbungkus gaun putih mewah di dalam peti.

"Saya pinjam dia," ujar Dante dengan formal pada Hans, seraya mendorong Hans dan membuat ia menyingkirkan kakinya dari punggung Bayu.
Dante kemudian membantu Bayu bangkit dan berniat mengajak ke tempat yang lebih kondusif.

Hans yang tak terima pun menghentikan Dante dengan menahan bahunya.
"Tidak secepat itu," ucapnya dengan wajah tengil.

"Tangan itu harus segera menyingkir sebelum saya bertindak," ujar Dante seraya menoleh sedikit.

"Oh yah?" sahut Hans sembari terkekeh meremehkan.

Dugh...

Dalam sekejap Dante menepis tangan Hans dan membuatnya tersungkur membentur dinding.

Semua orang yang berada di sana terdiam tercengang ketika melihat kejadian singkat tersebut. Ada beberapa orang yang merekam dan ada beberapa yang ingin bertepuk tangan, namun pada akhirnya tak jadi.

"Haish!" Hans terlihat murka. Ia pun bangkit setelah dibantu oleh salah satu kawannya, dan kemudian mengejar Dante yang sudah berada di luar kantin.

Satu pukulan ingin Hans lontarkan, namun Dante bisa menahannya sebelum tinju Hans mengenai wajah rupawannya itu.

Tanpa melepaskan kepalan Hans, Dante berujar, "dengar senior, ada dua hal yang ingin saya beritahu.
Yang pertama larangan bicara dengan saya dan yang kedua mencari gara-gara dengan saya." Dante kemudian menghempas tangan Hans menyingkir darinya, lalu berlalu pergi sembari memapah Bayu yang terlihat begitu sekarat.

Hans yang masih tak terima pun mengeluarkan pisau bedah kecil dalam sakunya dan berniat menikam Dante dari belakang.
Tapi, untung saja Rin dengan sigap merebut pisau itu agar Hans tidak melakukan niatnya tersebut.

Hans yang putus asa pun kini hanya bisa menendang angin seraya mengutuk Dante dengan mengacungkan jari tengahnya.

Bersambung...

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang