The Villain

4 1 0
                                    

Seperti hari-hari biasa, Hansel menjadi siswa yang menyebalkan dan menjijikan, meski parasnya tampan.

Peringatan ayahnya yang terakhir kali sepertinya ia abaikan. Karena hari ini, ia masih menindas anak-anak lain yang ia anggap pecundang, di dalam kantin yang ia klaim sebagai tempat milik pribadinya.

Dan dari sekian anak yang Hans tindas, Bayu lah yang menjadi favoritnya.

Orang-orang berpikir Bayu mungkin ditindas karena ia kutu buku, atau karena ia memakai kacamata, atau karena dia siswa anti sosial dan agak aneh dan juga miskin.

Apapun alasannya, Hansel tak akan melewatkan satu hari pun agar hidup Bayu di sekolah penuh dengan penderitaan.

Meski begitu Bayu cukup tangguh menghadapi takdir di sekolahnya ini. Meski memang ia nampak sedih karena diperlakukan seperti hewan hina, tapi ia tak pernah terlihat rapuh. Ia bahkan tak pernah mengadukan perbuatan Hans pada kedua orang tuanya.

Dia hanya mampu memendamnya sendiri, menangis sendiri, merasa bisa mengatasinya sendiri. Karena jika dia tak menahannya, mungkin akan ada yang mati.

***

10 menit lalu, Bayu sedang berdiri mematung di bawah pohon. Menatap pada dahan bercabang yang berayun-ayun, meski bukan angin yang nampak mengayunkannya.

Seseorang lalu tiba-tiba datang mendorongnya, dan Hans senang menjadi orang itu.
Bayu pun jatuh terjungkal dengan wajah yang lebih dulu menghantam tanah. Hal itu menambah retakan pada kacamata lamanya yang sudah tergores dimana-mana.

Hans lalu tertawa mengejek, "haha, lo beruntung tanah itu menangkap lo."

Namun, Bayu masih diam, mencoba tak mengeluh atau tersinggung.

Ia lalu berusaha bangkit dan menyeimbangkan tubuhnya lagi, tapi Hans sengaja menyandung kakinya hingga Bayu terjatuh kembali.

Setelah itu Bayu diseret seperti karung sampah oleh teman-teman Hans, dan berakhir seperti saat ini.

Tertelungkup di lantai dengan tumpahan makanan di atas kepala.

Saat ini Bayu hanya berani menunduk. Ia merasa tak sanggup menatap sekeliling, menatap balik pada orang yang menatapnya dengan sorot mata jijik penuh penghinaan. Dan sebisa mungkin ia berusaha agar matanya tetap kering.

Sepasang kaki yang terbalut dengan sepatu Louis Vuitton tiba-tiba terlihat berada di hadapan remaja berkacamata itu.
Perlahan ia pun mendongak menatap pemilik kaki itu.

"Pemandangan kejam apa ini?" ucap Dante tak habis pikir.

"Huh? Kejam?" sahut Hans.

"Ya," ucap Dante, lalu menoleh menatap Hans. "Dasar kejam."

Hans tertawa geli.
"Lo memukuli sahabat lo sendiri dan melemparkannya ke dalam kolam ikan sesaat sebelum bel istirahat. Dan lo mengatai gue kejam?"

"Oh, maksud lo dia?" tunjuk Dante pada sosok Juni yang saat ini sedang bucin di pojok kantin dengan pacar barunya, Kiara.

"Apa dia terlihat tidak baik-baik saja seperti  anak ini?" tanya Dante, membuat Hans terdiam.

Dante kemudian berniat membantu Bayu untuk bangkit berdiri. Namun tanpa diduga Bayu menepis tangan yang mengulur padanya itu.
"Ojo sok baik," ucap Bayu dengan tatapan muak.

Dante tertegun. Ia tak mengira akan mendapat reaksi kasar itu.

Hans yang melihat adegan singkat itu pun tertawa. Ia menepuk bahu Dante seraya mengejek. "Jangan lupa, lo juga Villain. Jangan mencoba menyamar menjadi Hero, bung. Haha..." ucapnya, kemudian berlalu pergi dengan angkuh. Sepertinya ia sudah merasa puas mengerjai Bayu untuk hari ini dan berencana melakukan hal yang lebih buruk lagi besok.

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang