Gangguan

13 1 0
                                    

Masih terlalu awal untuk berkelahi.
Dante yang menyadari bahwa gedung tempat mereka berencana bersenang-senang sudah diinvasi oleh Hans dan para seniornya pun memilih mengabaikan.
Ia acuh dan mengajak teman-temannya untuk pergi ke tempat yang setidaknya tidak ada salah satu dari senior menyebalkannya itu.

Meski sebenarnya ia sudah tau betul, pasti seluruh pengunjung selain mereka adalah anak-anak kelas 3, tentu karena ulah Hans, dari kelas A hingga kelas Z.

Jumlah kelas di setiap angkatan di sekolah mereka memang cukup banyak.
Bahkan untuk kelas 1 memiliki 100 kelas untuk angkatan mereka tahun ini.

"Kita mau kemana Dan?" tanya Feby mengekori Dante dari belakang.

"Di lantai 3 ada restoran yang lebih baik dari foodcourt di lantai ini," tutur Dante seperti memandu jalan.

"Lo pernah ke sini?" tanya William berjalan mengikuti.

"Gue punya saham di tempat ini," ujar Dante santai namun meyakinkan.

"Subarashi Dan," ungkap William kagum.

"Eh ini mau pada kemana?" tanya Juni buru-buru menyusul.

"Mau cari makan, Jun," sahut William.

"Lah, padahal gue mau ngantri minyak di sana," ujar Juni menunjuk pada mini market dengan poster promo minyak goreng di depan pintunya, seraya mendorong troli berisi Agie.

"Nanti aja ngantrinya. Gak mungkin kehabisan hari ini. Lo liat aja gak ada pengunjung emak-emak sama sekali," tutur William.

"Lah iyaya," ucap Juni yang baru ngeh.
Ia kemudian memanggil Bu Agatha yang sudah bersiap dengan keranjang yang menggantung di lengannya, meminta agar mengantrinya nanti saja, setelah itu ia ikut mengekori Dante.

***

Dante dan William berdiri di depan kasir untuk memesan.
Dante lalu menyerahkan botol dot pada pelayan agar diisi jus alpukat hangat untuk adiknya Agie.

Setelah itu mereka berdua kembali ke meja dan menunggu pesanan mereka disajikan.

Namun, baru saja Dante duduk di kursinya, sosok pemuda berwajah angkuh muncul dan berjalan menghampiri.

"Jun, gue titip Agie. Jangan menyuapi makanan selain bubur atau kue. Apalagi makanan dingin dan pedas, jangan lakukan," peringati Dante.

"Iya gue gak bego," sahut Juni yang tengah bermain ciluk ba dengan bayi yang duduk di kursi sebelah kirinya.

Setelah yakin adiknya akan baik-baik saja ditangan Juni, Dante pun bangkit dari kursinya untuk meladeni pemuda angkuh yang tak lain adalah Hans. Terlihat jelas aroma permusuhan diantara mereka.

"Akaaaak..." panggil Agie yang ingin ikut kakaknya.

"Agie sama kak Jun aja ya. Liat nih, kak Jun punya donat," ucap Juni seraya mengeluarkan plastik berisi donat seribuan dari tas pinggangnya.

"Bdak. Onat ake bdak," celetuk Agie pada bubuk putih disekitar donat yang diberikan Juni.

"Ini gula halus, bukan bedak," koreksi Juni.

"Ukan?" tanya Agie tak yakin.

"Iya. Masa donat dipakein skinker. Yang bikinnya aja cuma pake freshker," terang Juni.

"Astagfirullah, pingin ngakak gue," ungkap Feby sedikit tergelitik.

"Mau?" tanya Juni sembari menarik ulur donat di tangannya pada Agie.

"Hu-um, onat mawu mawu." Agie mengangguk

"Cium pipi kak Jun dulu 10x baru kak Jun kasih," titah Juni memberi syarat.

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang