Ikatan Kematian

4 1 0
                                    

Ketakutan, kesedihan, kebencian dan kekecewaan.

Itu aura yang terpancar dari setiap orang yang berada di sana.

Seakan keputusasaan lah yang membuat mereka berpaling pada Tuhan dan menghamba pada Setan.

Sisa kemanusiaan Dante tak bisa menerima ini semua.
Ia memang penikmat konten DeepWeb atau sesuatu yang seperti itu, dan tertarik dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan iblis atau iluminati.
Namun, baginya itu hanya sekedar hiburan. Ia tak berharap sama sekali untuk menjadi bagian dari sekte sesat seperti ini.

Salah satu dari mereka tiba-tiba berjalan perlahan ke hadapan Dante.
Ia ingin menyodorkan gelas wine berisi darah segar dari seorang gadis yang telah menjadi tumbal.

Dengan sopan Dante menolaknya. "Tidak, terimakasih. Saya tidak haus."

Namun, orang itu tak bergeming di tempatnya, layaknya sebuah patung. Masih menunggu Dante untuk mengambil gelas yang ia sodorkan.

"Anda berharap apa? Saya bukan Drakula!" seru Dante dan menghempas gelas itu hingga pecah ke atas lantai.

Dante kemudian bangkit berdiri, membuat makhluk yang tadinya bersantai di pangkuannya terjatuh dan tiba-tiba menghilang.

Ketika Dante berniat melangkah pergi untuk melarikan diri, seseorang di antara mereka dengan tubuh besar menghadang. "Segala hormat Paduka. Tetaplah di singgasanamu, hingga ritualnya selesai. Atau saya terpaksa menggunakan kekerasan."

Mendengar ancaman itu Dante justru menyeringai remeh. "Baik. Perlihatkan!" titahnya. "Saya bertanya-tanya, akan seberapa hebat memangnya orang lemah di hadapan saya ini," ejeknya.

Pria besar yang merasa tertantang itu pun mulai pemanasan dengan merenggangkan jari dan melemaskan lehernya.
Namun, sebelum ia berhasil berbuat apa-apa pada Dante, tubuhnya sudah lebih dulu terpental dan menggelinding menuruni altar. Hanya karena sebuah tendangan yang Dante hadiahkan tepat di perut berototnya.

Di saat semua orang terkesima melihat pemandangan itu, Dante mengambil peluang tersebut untuk segera kabur.

***

Di antara barisan pepohonan, nampak Dante masih berlarian layaknya buronan.
Ia tau ia tersesat.
Namun ia tak bisa berhenti, meski hanya untuk beristirahat.
Karena suara langkah-langkah yang berbunyi cepat masih terus terdengar mengejar di belakangnya.

Tiba-tiba Dante mendengar suara seekor kucing kecil yang seperti memanggilnya. Suara itu memekik  kasihan dari jembatan yang sebelumnya ia lewati di samping kirinya. Jembatan itu nampak indah diterangi kunang-kunang berterbangan, membentang di atas sungai yang mengalir di bawahnya.

Dante ingin berbalik arah dan kembali untuk mengambil kucing itu untuk dibawa pulang.
Tapi kondisinya saat ini sama sekali tak memungkinkan.

Memutar otak, ia lalu melompat ke dalam semak-semak bunga liar dan menyembunyikan diri di sana.

Ketika semua orang terkecoh dan melewatinya begitu saja, Dante pun keluar dari persembunyian dan berniat kembali ke jembatan tersebut.

Namun, belum sempat kakinya melangkah, ia mendengar deritan suara kursi roda tepat di belakangnya.

Dante lalu menoleh dan mendapati gadis yang baru saja menjadi tumbal sebelumnya, sedang menatap dengan ekspresi teror pada wajahnya, sembari menimang gumpalan merah yang menyerupai sebuah janin.

Gadis itu lalu bangkit berdiri dan melangkah menghampiri Dante dengan terseok.
Lehernya menganga lebar dan menggantung hampir jatuh saat ia berjalan.

Dante yang melihat itu hanya memandang tanpa suara.
Ia penasaran siapa gadis itu sebenarnya.
Apakah dia mengenalnya?

Suasana terasa semakin suram. Diperparah dengan hembusan angin dingin yang menggoyangkan dedaunan dari atas pohon.
Dante menarik jubahnya dan menutup bagian yang sempat terbuka di dadanya rapat-rapat.

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang