Cerita yang disembunyikan

4 1 0
                                    

"Jimmy, dia mempunyai rambut yang dicat hijau-abu dan mata berwarna hijau terang.

Saat di sekolah dia selalu mempunyai masalah. Ia adalah pembuat onar yang membuatnya hampir di D.O.

Hingga dia memasuki kelas 3, ia diminta melakukan hal yang begitu buruk dengan tawaran beberapa gepok uang dan mobil mewah.

Namun, aku dengar sebuah tragedi terjadi dan membuat ia menyesal hingga saat ini," ujar Collins. Ia nampak sedang memakai earphone-nya, sepertinya ia sedang memberi informasi pada Dante melalui telepon.

Tanpa mematikan sambungan teleponnya, Collins menghampiri Jimmy yang terduduk kaku dengan pandangan lurus menatap tembok. Tubuhnya terbalut jaket putih pengikat dan di atas kepalanya ia memakai pita rambut berwarna merah muda. Pita itu nampak konyol dan sama sekali tidak match dengan rambut hijau-abunya.

"Hallo Jimmy," sapa Collins dan duduk berhadapan dengan Jimmy.

Jimmy tak merespon dan tiba-tiba ia berteriak. "Jangan percaya pada dia! Dia itu gila sama seperti aku!" Dia yang Jimmy maksud adalah udara kosong yang berada di sebelahnya.

Collins sempat bingung, namun karena ia tau kondisi Jimmy, ia pun memaklumi.

Jimmy lalu tertawa, "haha... haha... haha... kamu mahasiswa ya?" tanyanya tanpa menatap lawan bicaranya.

Dahi Collins berkerut. "Darimana kamu tau?"

"Dulu aku juga kuliah. Kuliah di SMA National Pearl Academy," ucap Jimmy, menyebut nama sekolah yang sama dengan Dante.

Collins berdehem, lalu bertanya,"apa yang membuat kamu bisa berada di sini?"

"Kata mamah, aku itu gila. Tapi aku gak tau kenapa aku bisa jadi gila. Mungkin karena anak yang pake pita pink itu gak sengaja aku bikin mati," tutur Jimmy. Ia lalu berpura-pura menangis. "Huhu... huhu... huhu..."

"Pita pink?" tanya Collins. "Yang sedang kamu pakai itu?" tunjuknya pada pita yang melingkar di atas kepala Jimmy.

Jimmy mengangguk. "Waktu dia udah mati, anak ayamnya aku yang rawat. Aku rawat anak ayamnya seperti adikku sendiri. Setiap hari aku ajak anak ayam itu sholawat dan ngaji. Tapi suatu hari aku laper dan aku..." ia kembali berpura-pura menangis, "huhu... huhu... huhu..."

Dante yang ikut mendengarkan dari sambungan telepon, meminta Collins bertanya lebih banyak tentang anak dengan pita pink itu pada Jimmy.
Entah mengapa Dante menjadi penasaran dengan hal itu.

Collins pun menurut dan mencoba mengorek informasi lebih banyak pada pemuda gila di hadapannya itu.
"Jimmy, kamu ingat kamu pernah diberi uang oleh seseorang? Uang yang sangat banyak dan sebuah mobil?"

Jimmy merespon dengan menatap Collins dengan tatapan aneh.

"Apa anak dengan pita pink yang kamu sebut... yang membuatmu bisa mendapatkan imbalan itu?" tanya Collins lagi.

"Aku sebenarnya ini adalah Dewa," ucap Jimmy melantur.

Collins menghela napas, mencoba bersabar.
Belum menyerah, ia pun bertanya lagi. "Jimmy, apa kamu mengenal siapa anak dengan pita pink itu? Kamu tau namanya?"

Jimmy mengabaikan pertanyaan Collins dan justru berbalik bertanya. "Kamu gak percaya aku ini Dewa?"

"Jimmy, apa kamu mencoba mengalihkan karena tak ingin menjawabnya?" duga Collins.

"Semua orang juga gak percaya aku Dewa. Aku sampai gak boleh pergi keluar lagi karena aku coba tatap matahari 2 jam sampai mataku merah. Mereka gak tau kalau aku lagi ngobrol sama Dewa Matahari," tutur Jimmy.

"Jimmy, kesepakatan apa yang kamu buat dengan Sintia?" tanya Collins.

Jimmy merengut, nampak bingung. "Siapa Sintia?"

"Bagaimana dengan Zea? Kamu mengenal Zea?" tanya Collins lagi.

"Kamu tau gak? Aku ini berbeda dari kalian semua. Aku bernapas dengan kaki, karena aku Dewa Matakaki," ucap Jimmy, lagi-lagi melantur.

"Oke... aku anggap kamu mengenal Zea," ucap Collins menyimpulkan. "Kesepakatan dengan dia denganmu adalah melakukan hal buruk pada anak dengan pita pink itu, tapi kamu justru tak sengaja membunuh anak itu."

Jimmy diam. Namun diamnya membuat Collins merasa tebakannya benar.

"Karena sangat menyesal, kamu pun kehilangan kewarasan dan berakhir di sini, begitu?" tegas Collins.

Jimmy membuang muka. Ia tidak mau menjawab.

"Apa Zea memaksamu bungkam?" terka Collins.

Jimmy mengangguk meski ia masih membuang muka.

"Zea sudah mati. Dia bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri. Jika kamu tidak percaya, aku punya rekaman saat dia melakukan itu," ucap Collins. Ia berharap dengan mengatakan itu Jimmy dapat terbujuk untuk menuntaskan keingintahuan Bos-nya.

"Aku mau beritahu, asal kamu kasih aku es. Atau permen susu juga boleh," pinta Jimmy. Ia lalu menjulurkan lidah, menampakan deretan jahitan seperti lidahnya pernah terpotong.

Bersambung...

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang