Selingkuhan

4 2 12
                                    

Pagi itu Rey nampak gusar. Sejak tadi ia terus berjalan mondar-mandir di kelas 2-A.

Entah sudah berapa lama ia seperti itu, ia bahkan tak peduli telah melewatkan kelasnya sendiri.

Dentingan bel yang berbunyi teratur terdengar, menandakan sudah waktunya untuk istirahat. Semua siswa pun berhamburan ke luar kelas untuk pergi ke kantin, perpustakaan atau bermain bola di lapangan.

Saat Juni memijakkan kaki ke luar kelas, Rey berniat menghadang untuk bertanya. Namun Kiara yang entah darimana sudah datang mendahului.

Rey yang putus asa akhirnya memilih Dante untuk ditanyai.

Ia memasuki kelas 2-A tanpa permisi dan menghampiri Dante yang masih duduk di kursi sembari bermain ponsel.

"Hei," sapa Rey, seulas senyum ramah terbit di bibirnya.

Dante melirik sebentar, lalu pandangannya kembali ke ponsel.

"Valencia, absen hari ini?" tanya Rey dengan nada penasaran bercampur cemas.

"Ya." Hanya itu yang Dante ucapkan.

"Kenapa dia absen? Dia sakit? Atau ada keperluan keluarga?"

Rentetan pertanyaan itu sedikit mengganggu bagi telinga Dante.
Ia lalu mengangkat bahu mengisyaratkan bahwa dia tidak tahu, kemudian ia bangkit dari kursi dan berjalan pergi ke luar kelas.

"Bukannya lo pacarnya?" Tanya Rey menyusul dengan tergesa.

Langkah Dante tiba-tiba terhenti, membuat Rey hampir menubruk punggungnya.
"Ya memang." Dante kemudian menoleh sedikit tanpa berbalik. "Tapi gue bukan tipe pacar yang posesif."

"Meski lo---"

"Coba lo tanya pada dia," potong Dante, pandangannya menunjuk pada Andy yang sedang mengapit bola sepak di lengan menuju lapangan. "Terakhir pacar gue bersama selingkuhannya itu," ungkapnya dan membuat lawan bicaranya itu luar biasa bingung.

***

Di kantin nampak antrian hari ini begitu panjang dari biasanya. Penyebabnya karena ketidakhadiran Hans yang membuat seluruh siswa leluasa untuk menikmati fasilitas yang selama ini hanya siswa tertentu saja yang boleh memasukinya.

Dari gosip yang beredar, murid yang paling berkuasa di sekolah itu absen hari ini karena telah mati dan berubah menjadi hantu gentayangan, meski faktanya ia hanya terbaring koma namun jiwanya memang benar-benar menggentayangi sekolah.

Sementara itu di sudut kantin, di sebuah meja dekat jendela yang menghadap langsung taman sekolah, nampak Juni sedang duduk berdampingan dengan kekasihnya, Kiara.

"Sayank..." Kiara menggoyangkan telapak tangannya di depan Juni, tapi pemuda jenaka itu tidak bereaksi dan masih tenggelam dalam pikiran kalutnya.

Kiara kemudian mengguncang bahu Juni dengan sedikit kasar hingga akhirnya pemuda itu tersentak sadar dari lamunan. "Ah, kenapa Darlink?"

"Kamu lamunin apa sih Sayank?" Tanya Kiara sedikit kesal karena merasa terabaikan.

Juni terdiam. Raut suram seperti tak ada harapan hidup terpancar dari wajahnya.

Tadi pagi saat Juni baru saja memasuki gerbang, adik kelasnya yang agak kurang ajar bernama Benni memberitahu, bahwa ia telah memergoki Kiara sedang bermesraan dengan pria lain di tempat parkir.

Meski Juni tak mempercayai, tapi ucapan Benni membuat Juni jadi sulit untuk berkonsentrasi sejak tadi.

"Sayankkk..." panggil Kiara lagi dengan nada kesal menggemaskan, karena Juni melamun lagi.

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang