Pesan Suara

4 1 0
                                    

"Aku benci dingin. Caramu memperlakukanku," ujar Dante saat Zoey memalingkan wajahnya lagi ketika berpapasan dengannya.

"Apa aku ini tanaman hias?" tanyanya, terdengar sedikit membentak.

Zoey kemudian berbalik. Memberi senyum manis yang mengunci Dante di tempat, lalu menanyakan kabar.
"Apa kabar Dante? Sudah lama kamu tidak menghubungiku."

"Kabarku baik. Karena aku memang baik-baik saja," sahut Dante, memberi sikap arogan. Meski sebenarnya ia ingin bertanya, "apa kamu juga merindukan diriku ini?"

Zoey memberi senyum lagi, matanya bahkan ikut tersenyum kali ini.
"Apa kamu tau sebentar lagi ulang tahunku?" tanyanya berbasa-basi.

"Oh, benarkah?" Dante berpura-pura tak tau. Padahal jauh-jauh hari ia sudah menandai tanggal ulang tahun Zoey di kalender yang berada di kamarnya, bahkan ia membuat pengingat di ponselnya khusus untuk hari itu.

Zoey kemudian menyerahkan sebuah undangan berwarna biru muda yang terhias dengan manik-manik cantik kepada Dante.
"Aku harap kamu bisa datang dengan pacarmu. Aku sungguh akan menunggu kehadiran kalian berdua," ujarnya, kemudian memalingkan wajah, memunggungi Dante dan tergesa pergi. Menyembunyikan rasa sakitnya.

"Pacar?" gumam Dante heran.

[Versi chat bisa lihat di _aplikasi_ Joy lada.]

***

Dante terduduk di bangku teater Balet.
Ia menunggu Zoey yang sedang berlatih dengan teman-temannya di atas panggung. Untuk menjelaskan bahwa rumor ia berpacaran dengan teman sebangkunya adalah tidak benar. Itu hanya kebohongan kecil yang ia pikir tidak mungkin menyebar.

Meski sebenarnya ia merasa tak perlu menjelaskan itu, karena Zoey yang lebih dahulu mengkhianatinya.
Membuat Zoey cemburu untuk sementara waktu mungkin akan menyenangkan.
Namun hatinya merasa gusar dan merasa tak mau jika Zoey salah paham lama-lama.

Hans kemudian muncul dan datang menyapa.
"Hey, how was your day, buddy?
(Bagaimana hari lo, sobat?)"

"My day was a disaster.
(Hari gue sangat berantakan)," sahut Dante ketus. Ia merasa begitu karena sudah bertemu dengan Hans untuk kedua kalinya dalam satu hari.

"Are you alright?
(Lo baik-baik saja?)" tanya Hans memasang wajah pura-pura peduli.

"Basa-basi yang gak ada gunanya diucapkan ataupun gak sama sekali," balas Dante, sinis.

"Cih," decih Hans dengan wajah tertawa.
"Lo tidak keberatan gue duduk di sini kan?" ucapnya ketika ia sudah mendudukkan diri di sebelah Dante.

"Jangan dekat-dekat. Gue sudah Social Distancing (Jaga Jarak) sejak kecil," usir Dante, merasa terganggu. Terlihat beberapa kali ia berusaha mendorong Hans agar menjauh, atau pindah ke kursi yang tidak terlalu dekat dengannya.

"Gue sudah vaksin!" seru Hans, berusaha agar tubuhnya tak terdorong.

Ting...
Ponsel Dante tiba-tiba berdenting, memberitahu bahwa ia mendapat satu pesan.

Ketika Dante menatap ponselnya untuk mengecek siapa pengirimnya, ia tiba-tiba menjadi gembira.

Karena pesan itu adalah sebuah pesan suara yang dikirimkan oleh adik bayinya.

Ia pun bergegas memutarnya dan mendekatkan speaker ponselnya di telinga.
"Akak... Howawa Yu?" ucap adik bayinya, menanyakan kabar. Suara menggemaskannya itu berhasil membuat telinga Dante bahagia.

Dante pun terus memutar ulang pesan suara itu sampai ia merasa puas.
"Akak... Howawa Yu?
Akak... Howawa Yu?
Akak... Howawa Yu?
Akak... Howawa Yu?
Akak... Howawa Yu?
Akak... Howawa Yu?
Akak... Howawa..."

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang