Mengungkap

9 2 4
                                    

Di luar langit masih mendung dengan awan hitam yang bergelung lembut, layaknya kegelapan yang sedang melahap langit.
Udara semakin dingin karena hujan yang turun masih belum selesai membasahi setiap sudut kota.

Valen yang memperhatikan itu melalui jendela kamar Andy, nampak sangat seksi dengan kaus oversize berwarna putih yang hanya mampu menutupi sebagian pahanya.

Mengapa dia bisa ada di sana? Kalian mungkin bertanya-tanya.

Gadis egois yang berpura-pura lugu itu telah merencanakan semuanya.

Beberapa waktu yang lalu, saat William dan kawan-kawan sudah menyelesaikan latihan band, mereka pada akhirnya memutuskan untuk pulang. Ya, meski hujan masih sangat deras. Karena menurut mereka menunggu hujan reda akan sangat memakan waktu.

Berhubung Ibu Dante datang untuk menjemput, mereka semua berniat untuk menumpang.

Kecuali Andy, karena rumahnya cukup dekat dengan rental studio. Ia hanya perlu berkendara dengan sepeda motor sebentar untuk sampai ke kediamannya.

Valen yang ingin modus pun memilih untuk ikut dengan Andy. Ia berkata memiliki sebuah urusan di suatu tempat yang tak jauh dari tempat Andy tinggal.

Andy pun memperbolehkan, karena Valen membawa jas hujan miliknya sendiri.

Namun...
dipertengahan jalan jas hujan yang dikenakan Valen sobek dan membuat ia basah kuyup.

Mungkin karena bahan jas hujan yang tipis yang membuatnya tak tahan lama saat dipakai, atau mungkin Valen yang menyabotase jas hujannya sendiri.

Karena merasa kasihan dan tak ingin Valen sakit, tentu saja Andy menawari Valen untuk mampir ke rumahnya.

Mendapat tawaran itu Valen pun menerima dengan suka cita.
Senyum puas pun terpatri manis di bibir merah mudanya.

***

Valen yang tadinya memperhatikan ke arah luar jendela, bergegas mendudukkan dirinya di sebuah kursi.
Ia mengibaskan rambut basahnya ke belakang leher, kakinya menyilang dengan pose menantang, meski sebisa mungkin ia bersikap santai.

Kemudian saat itulah pintu kamar Andy terbuka, memperlihatkan si pemilik kamar itu yang sedang membawa nampan berisi camilan dan dua minuman hangat dalam mug.

"Wow," ucap Andy karena dihadiahi pemandangan menarik dari Valen yang tengah memakai kausnya.

Andy kemudian menyodorkan salah satu mug yang berisi susu hangat untuk Valen.

"Thank," ucap Valen, tersenyum lembut.

"Sama-sama," sahut Andy dengan nada menyenangkan.

Ia lalu menaruh nampan yang ia bawa ke atas meja kecil di samping ranjang, kemudian merebahkan diri di atas ranjangnya sendiri.

Ia lalu menepuk ruang kosong di sebelahnya sebagai isyarat agar Valen berbaring bersamanya.

Namun, Valen tak langsung memenuhi ajakan itu. Ia hanya diam, menatap Andy dengan tanda tanya, sembari memegangi minuman yang belum selesai ia habiskan. Taktiknya benar-benar begitu matang.

"Gak usah khawatir, gue gak akan makan lo kok," ucap Andy dengan suara maskulin yang enak di dengar.

Mendengar itu justru Valen merasa kecewa. Ia lalu bergegas menaruh gelas mug-nya di atas meja, kemudian membaringkan dirinya perlahan di sebelah Andy dan menjadikan lengan Andy sebagai alas bantal. Andy tak keberatan meski rambut panjang Valen yang basah ikut membasahi lengannya.

"Val," panggilan lembut dan manis terucap di bibir Andy.

"Ya?" sahut Valen.

Andy kemudian menghela napas kasar, lalu bertanya. "Val, kenapa lo suka sama gue?"

Valen berpikir sejenak sebelum menjawab.
"Mm... entahlah. Keberadaan lo seakan memikat gue," ucapnya sedikit bertingkah acuh.

Andy tersenyum miring. "Padahal gue cuma Npc. Di dunia ini atau di dunia yang itu," ucapnya ambigu.

Valen yang curiga sontak menengok menatap Andy. Pandangannya bertubrukan dengan netra coklat yang berpendar keemasan milik pria berwajah manis tersebut.
"Lo?"

Andy kembali tersenyum.
"Iya, gue ingat. Dan gue mau lo berhenti ikut campur," pintanya lembut dan tanpa persetujuan, Andy tiba-tiba saja memeluk Valen dan menangkap tubuh rampingnya itu dalam dekapan.

"Lo berdebar?" Pertanyaan bernada usil itu berhasil membuat kedua pupil mata Valen membesar, meski raut wajah gadis cenayang itu belum berubah sama sekali, masih saja datar.

Valen pun tak menjawab, karena ia tau bahwa Andy sudah tau reaksi tubuhnya karena tubuh mereka yang saat ini saling menempel.

"Val, lo akan berhenti kan kalau gue jadi milik lo?" pinta Andy berbisik lembut di telinga Valen.

"Sebelumnya gue mau tanya," ucap Valen yang pada akhirnya membuka mulut.

"Tentang apa yang gue ingat ketika gue hidup di dunia yang itu?" tebak Andy dan dijawab anggukan pelan oleh Valen.

"Hmm..." Andy berdehem, ia lalu menyentuh ringan pipi pucat Valen dengan punggung tangan.
"Gue gak tau harus jelasinnya gimana," ucapnya ragu. "Gue gak sengaja menemukan situs sekte pemujaan Iblis Bulan di lokasi yang gak ada di peta," ungkapnya dengan nada sesal.

Bersambung...

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang