Prolog

35 5 4
                                    

Suasana pagi yang damai di sebuah kelas tiba-tiba menjadi gaduh manakala seorang siswa petakilan yang selalu menginginkan pengakuan bahwa dirinya tampan masuk ke dalam kelas.

"Perhatian! Perhatian! Para Hadirin Hadirot, yang hadir saya sedot! Kalian tau gak? Tau gak? Tau gak? Gak tau kan? Gak tau kan? Muahaha, untung ada gue yang bakalan ngasih tau," ujarnya bangga sembari berpose layaknya pahlawan bertopeng di serial kartun minggu pagi Shinchan.

"Gak waras ya dia?" bisik Gagas pada Dante si Scorpio tampan yang biasanya begitu acuh dan tenang, namun saat ini ia terlihat begitu gusar dengan ransel di pangkuannya.

"Dan," tegur Gagas.

"Apa?" sahut Dante.

"Lo bawa kucing ke sekolah?" tanya Gagas curiga sembari mengamati ransel yang berada dalam dekapan Dante.

"Untuk apa gue membawa itu?" tanya Dante datar, ia mencoba menyembunyikan emosi.

"Ya... habisan lo---"

"Woi! Gue gak jual martabak kok dikacangin sih?!" pekik Juni berkacak pinggang.

"Lo sebenernya ngapain sih? Kehabisan obat?" tanya ketua kelas bernama William dengan ekspresi malas meladeni tingkah kawan sekelasnya itu.

"Gue denger bakal ada murid pindahan dari Argentina, Will," ungkap Juni yang tiba-tiba menggeser kursi dan duduk begitu saja di samping William.

"Oh, oe udah lihat," sahut William.

"Cantik kaga?" tanya Juni bersemangat.

"Cantik, cantik banget kaya kuntilanak," celetuk Dira yang baru datang dan langsung melempar tas-nya asal ke atas meja.

"Gue gak nanya lo ya Tokek!" balas Juni.

"Emang bener, gue gak bo'ong! Lo liat aja sendiri, dia mirip kuntilanak," ucap Dira sembari membalik topi.

"Dih, malah yang mirip kuntilanak itu elo. Udah berapa hari tuh rambut gak dikeramasin. Dari jauh aja gue hampir ngira lo Almarhum mbah Surip," ejek Juni sembari mengarahkan telunjuknya ke Dira.

"Jangan nunjuk ke orang lain tapi 4 jari nunjuk ke diri sendiri ya," balas Dira sembari menepis telunjuk Juni menjauh dari wajahnya.
"Emang gaya rambut lo sendiri bagus? Tau gak pas lo jalan, rambut belakang lo lagi goyang itik?" Dira berbalik meledek.

"Dih lo----"

"Anak-anak cepat duduk di kursi masing-masing," potong Bu Agatha selaku wali kelas yang baru saja datang bersama siswi baru.

"Siap! Beri salam!" pekik Juni yang sudah tegap berdiri dengan ransel bergambar Spiderman yang masih ada di gendongannya. Ia kemudian di sambut gulungan karton oleh Bu Agatha tepat di ujung kepalanya.

"Kamu Ketua Kelasnya?" tanya Bu Agatha.

"Bukan Bu," jawab Juni sembari mengusap kepalanya yang baru saja terkena kecup gulungan karton.

"Tau tuh Buk. Rasengan aja," ujar William.

"Bacot Wibu," sahut Juni.

"Bangku kamu dimana Juni?" tanya Bu Agatha.

"Di situ bu, di situ... hehe..." Juni lalu buru-buru pindah di bangkunya sendiri.

"Ckck..."
Bu Agatha lalu mengalihkan pandangan pada murid yang bukan bagian dari kelasnya.
"Kamu juga Gagas, kembali ke kelas kamu."

"Iya Bu," sahut Gagas sembari menyengir malu dan melipir keluar.

Bu Agatha menghela napas sejenak, ia merasa pekerjaannya di pagi ini akan melelahkan seperti hari-hari yang pernah ia lalui di kelas ini sebelumnya.

Dan tanpa berbasa-basi lagi, Bu Agatha pun mulai memperkenalkan peserta didik barunya yang sejak tadi hanya berdiam diri sembari menunduk, hingga rambut hitam panjang yang terurai miliknya hampir menutupi seluruh wajah.

"Baiklah anak-anak, kalian mempunyai teman baru. Namanya Valencia. Dia pindahan dari International School di Argentina.
Karena dia pemalu, ibu harap kalian bisa membantunya untuk betah di kelas ini," ujar Bu Agatha membantu murid barunya memperkenalkan diri.

"Baik Buuuu..." sahut seluruh kelas.

"Kan, udah gue bilang dia mirip Kuntilanak," ujar Dira sembari menendang kursi Juni yang berada di depannya.

"Gue timpuk lu!" sahut Juni menoleh ke belakang dan berniat melempar bola kertas pada Dira, karena kesal kursinya sedikit terdorong ke depan.

"Juni," tegur Bu Agatha.

"Si anak haram yang duluan Bu--- eh, ya Bu maap," ucap Juni dan kembali duduk dengan manis dengan melipat tangan di meja.

Bu Agatha kembali menghela napas seakan gemas ingin menjewer kuping Juni sekarang juga.
Namun ia tak ingin keponakan pemalu yang berada di sampingnya menjadi tak nyaman, jadi ia mengurungkan niatnya itu dan segera menyuruh si keponakan duduk agar bisa memulai pelajaran.
Karena kebetulan ia lah yang mendapat jadwal untuk mengisi pelajaran pertama pada kelas ini.

"Kamu bisa duduk di kursi kosong di sebelah Feby," titah Bu Agatha.

Valencia mengangguk, ia pun mulai melangkah dengan sebuah teddy bear ukuran sedang yang sejak awal ia gandeng bersamanya.

Namun... ia bukan menghampiri bangku Feby seperti perintah Bu Agatha. Ia justru melangkah menuju Dante dan duduk begitu saja di samping Dante tanpa permisi.

"Apa gue terlihat seperti orang yang memiliki nama Feby?" tanya Dante heran.

"Gue gak bisa duduk di sana," tunjuk Valencia pada kursi kosong di jajaran ke-2 di sebelah Feby.
"Gue rabun dekat," lanjutnya.

"Kenapa gak lo pakai kacamata saja agar bisa duduk di sana?" tanya Dante lagi seakan tak suka duduk ditemani, karena lebih nyaman sendiri.

Valencia kemudian menoleh dan menatap lekat bola mata hitam berkilau milik Dante.
"Jika lo usir gue, gue akan adukan apa yang ada dalam ransel lo itu," ancamnya.

"Memangnya apa yang ada dalam ransel gue?" tanya Dante sembari menaruh ransel yang tadinya ada dalam pangkuannya ke bawah, agar tak semakin dicurigai.

"Adik bayi lo yang berusia satu tahun," jawab Valencia yang sudah mengalihkan pandangannya ke depan.

Dante terdiam sembari menggenggam erat penanya dan hampir mematahkannya karena terkejut.

"Sepertinya lo harus membuatkan susu formula lagi. Karena yang ada di botolnya hampir habis. Lo gak ingin dia tiba-tiba menangis kan?" ujar Valencia dingin. Sontak ucapannya membuat Dante berdiri dari kursi.

"Excuse me, Ma'am, saya ingin ijin ke kantin... maksud saya ke toilet," ucap Dante.

"Oke, silahkan," sahut Bu Agatha, mempersilahkan begitu saja.

"Terima kasih," ucap Dante sembari membawa ranselnya.

"Sebentar. Untuk apa kamu membawa tas?" tanya Bu Agatha.

"Seragam saya terkena tinta tadi, jadi saya ingin ke toilet untuk berganti. Dan... seragam ganti saya kebetulan ada dalam tas, Ma'am," jawab Dante beralasan.

"Ya sudah," ucap Bu Agatha tanpa mempertanyakan lagi.

Dante pun bergegas setelah diperbolehkan untuk meninggalkan kelas.

"Ssssttt... Dan... nitip cilok," bisik Juni sembari menyelipkan uang dua ribu ke saku Dante saat Dante melewati bangkunya.

Bersambung...

Devil's Squad (School Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang