26.1# Uri Junkyu

5.6K 660 79
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡









Hari ini kediaman Park sudah sangat sepi hanya tersisa dua nyawa saja di dalamnya, junkyu tengah asik berbaring di kasur dan disamping dia ada doyoung yang sedang sibuk dengan laptop di pangkuannya.

"Kemana?" Tanya doyoung saat melihat junkyu bangun, si manis lebih dulu membenarkan posisi duduknya.

"Mau duduk aja, pegel rebahan terus."
"Mau jalan-jalan?"
"Gak ah, lagian jadwal jalan-jalan kan udah dilakuin." Doyoung mengangguk, junkyu memang memiliki jadwal jalan pagi dan sore.

"Yaudah, butuh sesuatu? Biar aku ambilin." Si manis kembali menggeleng, dia hanya merasa tubuhnya sedikit tidak nyaman.

"Em doy.." si manis terlihat ragu untuk lanjut bersuara.

"Kenapa hm?"
"Em aku mau telepon Dokter Kim."
"Buat apa?"
"Mau konsultasi." Jawab junkyu dengan nada kesal, dia sedikit kurang suka jika terus ditanya.

"Aku juga dokter kyu, yah walaupun belum sepenuhnya lulus tapi seenggaknya aku udah bisa hal-hal dasar. Lagian aku sama dokter Kim, sama-sama dokter umum ko." Junkyu menatap doyoung, benar juga yang diucapkannya tapi dia malu kalo harus langsung ngomong ke salah satu suaminya ini.

"Enggak ah, aku mau telepon Dokter Kim aja." Final junkyu setelah berpikir beberapa saat, akhirnya doyoung hanya bisa mengangguk setuju.

"Ada apa lagi? Tinggal telepon kan?"
"Kamu keluar !!" Doyoung melayangkan tatapan tanya pada istrinya. "Buruan keluar dulu !!" Tapi sayangnya junkyu tidak menangkap maksud tatapan doyoung.

"Rahasia banget emangnya sampe aku gak boleh denger?" Junkyu mengangguk mantap. "Okay, panggil kalo udah selesai yah !!" Junkyu kembali mengangguk, sebelum pergi doyoung menyempatkan diri untuk mencuri satu kecupan dirambut si manis.

Saat yakin pintu kamarnya sudah tertutup rapat, junkyu langsung menelpon nomor yang dimaksud. Butuh beberapa saat sampai panggilan terhubung, hingga suara disebrang mulai terdengar.

"Hallo dokter Kim?"
"Iya kyu? Ada apa?" Mereka melakukan percakapan dengan santai seperti keinginan junkyu, lagian ini juga percakapan pribadi kurang enak kalo pake bahasa kaku.

"Aku mau tanya."
"Tanya apa?"
"Em... Tapi.."
"Tapi?"
"Malu." Dokter Kim terkekeh, seolah bisa melihat wajah merengut si manis yang lucu.

"Kenapa malu? Tentang apa memangnya?" Junkyu masih menimbang, dan akhirnya dia mengangguk yakin.

"Tentang kehamilan aku sih."
"Loh, ko bisa malu?"
"Soalnya aku mau tanya tentang hal yang bikin malu."
"Santai saja kyu, lagian kita sudah biasa ngobrolkan?" Junkyu mengangguk padahal tidak bisa dilihat siapapun.

"Jadi gini, kan kehamilan aku udah masuk trisemester kedua."
"Heem, terus?"
"Normal gak sih kalo gairahnya makin meningkat?" Dokter Kim diam, seolah menelaah pertanyaan junkyu.

"Begini kyu, biasanya trisemester kedua itu dikenal dengan masa tenang soalnya beberapa hormon akan sedikit mengurangi gejolak gairah tapi dibeberapa kasus juga ada yang seperti kamu. Jadi, normal-normal aja sih kyu gak usah khawatir selama kamu masih bisa kontrol dalam berhubungan." Junkyu diam mendengarkan.

"Terus kalo tiba-tiba mau, gakpapa?"
"Yah gakpapa kyu, lagian kamu punya banyak suami juga yang harus di sayang bukan?" Kembali terdengar tawa kecil diakhir ucapan dokter Kim.

Uri JunkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang