#1

13.7K 395 2
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

Suara ayam berkokok membangunkan seorang remaja yang sedang tidur berbalut dengan selimut tipisnya. Remaja tersebut bergegas bangun untuk membuka tirai jendela kamar di lanjutkan membereskan tempat tidur kecilnya yang sedikit berantakan.

Kini ia telah rapi dengan seragam sekolahnya, di tatapnya pantulan dirinya di cermin, ia tersenyum singkat melihat penampilan nya itu.

"Tidak buruk." Ucapnya seraya merapikan dasi yang melingkari lehernya.

Dia Erlangga Saputra, anak yatim piatu yang kini tinggal bersama bibi dan paman nya. Seorang anak yang di lahirkan dengan wajah tampan, kulit putih, hidung nya yang mancung seperti ayah nya, alis tebal, dan bibir tebal nya yang pink alami. Oh iya, jangan lupakan badan nya yang tegap dan tinggi yang mencapai 170 cm.

Selesai dengan kegiatannya di depan cermin, Erlan beranjak mengambil tas nya dan keluar dari kamarnya. Saat ia sampai di ruang tamu, ia melihat bibi dan pamannya sedang duduk santai di depan tv.

"Sekolah?" Tanya Ardhi, paman Erlan.

"Iya om." Jawab Erlan seraya menunduk sopan.

"Sekolah yang bener, membiayai kamu itu gak murah, gak kaya ibu kamu itu." Ucap Mawar bibinya Erlan tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.

Erlan hanya diam mendengar penuturan bibi nya, masih pagi-pagi begini sudah mulai saja. Sedangkan Ardhi yang duduk di samping Mawar hanya diam, melanjutkan kegiatannya menonton berita di tv.

"Aku berangkat om, tante." Ucap Erlan seraya mengulurkan tangannya tanda ingin salam. Namun bagai angin lalu, kedua manusia yang duduk anteng tidak memperdulikan ucapan Erlan dan tangannya yang terulur itu.

Erlan diam, sudah ia duga tidak mungkin paman dan bibinya menerima jabatan tangannya itu. Menarik tangannya kembali, Erlan melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar, ia berangkat sekolah berjalan kaki.

Sejenak ia melihat ke arah rumah yang ia tinggali, sederhana, tembok dari kayu, tanah yang sempit bahkan hampir tidak memiliki halaman, rumah kecil yang memuat 3 orang di dalamnya meski ia tidak di harapkan disini.
Bagaimana caranya ia bisa hidup seorang diri tanpa menyusahkan paman dan bibinya? Itu yang selalu ia pikirkan setiap hari.

Membenarkan letak tas di punggungnya, ia berbalik melanjutkan jalannya, membutuhkan waktu 30 menit dari rumah untuk sampai ke sekolah. Sebenarnya ada satu sepeda kaki yang tidak terpakai, namun Ardhi dan Mawar tidak mengijinkannya untuk memakai sepeda tersebut.

"Enak aja! kamu pikir kamu siapa? Sudah untung kami mengijinkanmu tinggal di rumah ini, jangan ngelunjak!"

Mengingat ucapan bibi nya satu tahun yang lalu membuat ia sedih, benar kata bibi nya, memang dia siapa? Dia hanya menumpang di rumah itu, tidak seharusnya dia meminta lebih, sudah untung dia di ijinkan tinggal di sana.

Berbanding terbalik dengan Erlan, di dalam ruangan yang luas, terdapat remaja yang tidur dengan nyenyak di dalam balutan selimut tebal. Dua remaja yang kamarnya bersebelahan, masih terlelap tenang dengan nafas teratur.

"CLARA! RAFI! BANGUN! KALIAN TIDAK SEKOLAH?!"

Tok! Tok! Tok!

Tok! Tok! Tok!

"INI SUDAH SIANG! AYO BANGUN!"

Teriakan tersebut berasal dari Diandra, ia menggedor dua pintu di depannya secara bergantian membangunkan anak-anaknya.

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang