HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡
ツ
"Erlan!"
Sang pemilik nama menengok ketika mendengar suara lembut gadis yang memanggil namanya, ia tersenyum kecil melihat Clara sedikit berlari ke arahnya.
"Udah lama nunggu?" Tanya Clara saat dirinya sudah sampai di samping Erlan.
"Gak, gue baru datang."
"Oh oke." Balas Clara mengangguk.
Saat ini mereka berdua sedang berada di taman tempat dimana mereka berdua pertama kali bertemu, Clara mengajak lelaki itu kesini karena ingin menunjukkan sesuatu, berhubung Erlan sudah tidak memiliki pekerjaan lagi karena Andik terlanjur membawa temannya bekerja, jadilah Clara mengajak Erlan kesini.
"Jadi?" Tanya Erlan memiringkan kepalanya menatap Clara.
Clara tersenyum, "Itu." Ucapnya menunjuk rumah pohon yang berada di atas mereka.
Erlan mengikuti arah tunjukan Clara, dahi nya mengernyit tanda tidak mengerti.
Clara sedikit terkikik melihat tampang bingung Erlan, "Ayo naik." Ajaknya menarik lengan baju Erlan.
"Gak, itu kan ada tulisannya Di larang naik." Ucap Erlan sambil membaca tulisan yang terpampang di batang pohon itu.
"Itu gue yang nulis, udah ayo naik."
Clara naik lebih dulu di susul dengan Erlan. Ketika masuk di rumah pohon tersebut Erlan menegang, ia terkejut melihat foto yang di cetak polaroid tersusun rapi di dinding rumah pohon tersebut, terdapat banyak foto masa kecilnya bersama Rafi ketika bermain.
"Ra.." Lirih Erlan masih terkejut, dari mana foto ini berasal? Siapa yang memotret mereka saat bermain?
Clara tersenyum, ia tau Erlan pasti terkejut melihat foto-foto ini.
Perlahan Erlan mendekat ke dinding, ia mengelus foto dimana dirinya sedang bermain layang-layang bersama Rafi, baju yang lusuh dengan kaki yang tidak memakai alas. Lanjut di foto kedua terlihat Erlan yang gendong di pundak Rafi dengan tawa yang lebar.
Erlan menatap lekat foto itu, ia ingat saat itu adalah hari ulang tahunnya, ia meminta Rafi untuk menggendong dirinya sambil berlari, saat itu ia berkata pada Rafi ingin merasakan rasanya terbang.
Erlan tersenyum kecil, melihat banyak foto masa kecilnya bersama Rafi membuat rasa rindunya kian bertambah.
"Lo nangis?" Tanya Clara saat melihat mata Erlan yang memerah dari samping.
Erlan terkesiap, ia mengusap kasar kedua matanya membelakangi Clara, "Gak, siapa juga yang nangis." Elak Erlan tidak ada gunanya, karena sikap Erlan sangat ketara bahwa lelaki itu menahan tangis.
"Haha percuma lo ngelak." Ucap Clara tertawa ringan, ia menggeleng melihat Erlan yang tidak mau menatap dirinya, sudah pasti lelaki itu menyembunyikan matanya yang merah.
Erlan menghiraukan perkataan Clara, ia masih bingung mengapa foto-foto ini ada disini, siapa yang memotret dan menempel nya disini? Eh tunggu, jadi Clara tau kalau dirinya dan Rafi pernah berteman?
Erlan menoleh cepat ke arah Clara, "Ra, lo tau kalo gue sama Rafi.."
"Iya gue tau." Jawab Clara menyela Erlan dengan senyuman di wajahnya.
Erlan mengangguk mendengar jawaban dari Clara.
"Jadi yang nempel ini?" Erlan memiringkan kepalanya bertanya pada Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERLARA
Teen FictionErlangga Saputra, seorang lelaki miskin, yatim piatu, dan tidak di harapkan oleh keluarga dari pihak Ayah maupun pihak Ibunya. Hingga ia mengetahui alasan mengapa dirinya tidak di harapkan, dirinya hancur. __________ "Ayah, kenapa aku harus lahir?" ...