#14

2.9K 179 0
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

"Siapa?" Gilang mengelus lembut kepala putrinya yang sedang tertidur. Nada bicaranya datar, matanya menajam setelah mendengar cerita dari Rafi.

"Dion." Rafi menjawab dengan nafas tidak teratur, dirinya belum puas menghajar lelaki itu, bahkan tangan yang ia patahkan tidak membuat dirinya puas.

Saat Clara berbalik ingin mengambil ponselnya ia menunggu di dalam mobil, namun Clara sangat lama di dalam sana jadilah ia menyusul, entah ia terlambat atau tidak yang pasti saat ia datang posisi mereka sangat membuatnya marah, terlebih lagi Clara menangis.

"Kamu udah beri tau Mama?"

"Udah, tapi belum ada balasan, kayanya sibuk."

Gilang mengangguk kecil, saat dirinya mendapat kabar dari Rafi, ia langsung pulang meninggalkan pekerjaannya, padahal ada meeting penting. Gilang tidak perduli, putri nya lebih penting dari apapun.

"Hiks..."

Rafi mendekat ketika mendengar suara Clara, Gilang yang ada di samping Clara langsung mengelus lembut pipi putrinya.

"Sayang?"

Perlahan Clara membuka matanya, pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah Papa dan abangnya.

"Hiks.. Papa.." Clara menangis, lagi.

"Sutth, tenang ya sayang Papa disini." Gilang menarik Clara ke dalam pelukannya, ia melihat wajah anaknya yang sembab, ini kedua kalinya Clara terbangun dan menangis lagi.

"Takut..." Suara Clara parau, ia tidak ingin minum sedari tadi, yang ia lakukan hanyalah tidur, terbangun, dan menangis lagi.

"Tenang ya sayang, mau minum? Atau makan dulu yuk? Papa suapin." Gilang berkata dengan lembut masih mengelus sayang kepala Clara di pelukannya.

Clara menggeleng, ia tidak selera. "Temenin tidur." Lirih Clara.

Gilang mengangguk, ia memposisikan dirinya bersender pada kepala ranjang, sedangkan Clara tidur memeluk pinggangnya.

"Aku ke kamar Pa, mau mandi." Ujar Rafi melangkah keluar kamar adiknya, jika saja Clara tidak pingsan tadi sudah di pastikan kedua tangan Dion ia patahkan, ia terpaksa berhenti saat menyadari Clara pingsan, ia tinggalkan saja lelaki brengsek itu seorang diri, mau mati pun ia tidak perduli.

Gilang hanya bergumam, pandangannya tidak teralihkan dari wajah sembab Clara, ia akan membalas keluarga itu, lihat saja.

"Papa akan balas mereka sayang, pasti." Ucap Gilang pelan tidak ingin membangunkan putrinya, ia cium sayang kening Clara lalu memejamkan matanya dengan posisi duduk.

Ardhi duduk di teras rumahnya dengan 2 tas yang berisi pakaian Erlan, istrinya benar-benar niat mengusir Erlan, bahkan pakaiannya pun ia kemasi.

Dirinya memandangi dua tas yang ada di lantai, ia benar-benar membiarkan Erlan pergi, ia melanggar janji pada adiknya.
_____

"Kak, Erlan berarti banget buat gue, meskipun dia hadir di luar pernikahan kami tapi dia tetap anak gue."

"Tapi gara-gara dia lo jadi kehilangan cita-cita lo."

"Bukan salah dia kak! Gue yang salah, gue yang bikin dia hadir dalam rahim jesicca, dan itu semua salah gue." Gavin membantah perkataan Ardhi, ia tidak suka jika ada yang menyalahkan anaknya karena ia harus kehilangan cita-cita nya.

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang