#12

3.1K 173 0
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

"Besok kamu udah harus pergi Erlan."

Suara Ardhi menghentikan langkah Erlan yang ingin masuk kamarnya, ia berbalik menatap Ardhi dengan wajah tanpa ekspresi.

"Iya." Erlan hanya menjawab singkat, kaki nya melangkah masuk, namun terhenti ketika Ardhi bersuara kembali.

"Maaf." Ucap Ardi menyesal.

Erlan mengernyit, mengapa pamannya tiba-tiba minta maaf? Apakah bibi nya tidak ada di rumah?

"Om minta maaf, om gak bisa larang tante kamu buat gak usir kamu." Lanjut Ardhi menatap Erlan teduh, sejujurnya Ardhi menyayangi Erlan, Erlan sangat mirip dengan adiknya, hanya dengan menatap wajah Erlan ia bisa melepas rindunya pada sang adik.

"Anak haram gak pantes tinggal disini om." Dada Erlan sesak ketika mengucapkan itu, mengakui bahwa ia anak haram, sangat menyakitkan.

"Bukan salah kamu Erlan, maafkan tante kamu yang keterlaluan. Kamu tidak minta untuk hadir di luar pernikahan, dan lagi tidak ada yang namanya anak haram." Lanjut Ardhi, ia tidak tega ketika keponakannya menerima cacian dari istrinya, ia juga tidak ingin Erlan di usir. Namun Ardhi begitu mencintai Mawar, hubungan mereka sudah sangat lama, ia tidak bisa jika Mawar meninggalkannya, biarlah ia di katai bucin.

"Kenapa tiba-tiba gini? Bukannya om gak pernah peduli sama aku."

Ardhi diam beberapa saat, "Sebentar lagi tante kamu pulang, sekali lagi om minta maaf Erlan." Setelah mengatakan itu Ardhi langsung meninggalkan Erlan, ia berangkat untuk mencari nafkah, pekerjaannya hanya sebagai tukang parkir di pasar.

Erlan masuk ke kamar, duduk menatap ke luar jendela. Sekarang ia harus apa? Ia harus tinggal dimana? Apakah ia bisa bertahan hidup di luar sana?

"Clara, ini buat lo. Semangat ya ujiannya."

Clara berhenti mendadak ketika di hadang oleh lelaki yang muncul tiba-tiba di depannya, ah ia tidak suka ini.

"Makasih." Clara menerima kotak itu dengan senyum kecil, sebenarnya ia tidak suka dengan ini, namun ia harus menghargai yang memberi.

Lelaki itu tersenyum manis lalu meninggalkan Clara, tak lama kemudian datang lagi hadiah-hadiah dengan ucapan semangat ujian. Oh ayolah ini hanya ujian biasa, mengapa mereka sampai seperti ini?

"Clara?"

Clara menoleh ketika suara yang tidak asing masuk ke pendengarannya akhir-akhir ini, itu Erlan.

"Lo ulang tahun?" Tanya Erlan ketika melihat berbagai macam hadiah di tangannya, sekarang Clara sedang memegang sebanyak 6 kotak dengan berbagai bentuk dan ukuran.

"Lo baca yang paling atas noh."

'Semangat ujian nya cantik!'

Erlan mengernyit, "Hah? Ujian?"

"Lebay banget gak sih, padahal ujian biasa doang." Clara menggerutu.

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang