#8

3.5K 179 0
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

"Aw sshh.." Rintihan keluar daru mulut Erlan ketika kapas menyentuh sudut bibirnya yang terluka.

"Aduh sory, tahan bentar ini gue pelan-pelan." Clara sangat telaten mengobati luka Erlan, sobekan di sudut bibirnya sangat lebar, ia tidak menyangka ternyata tangan Rafi begitu berbahaya.

Setelah bel berbunyi tadi, Clara menghampiri Erlan yang tetap setia pada tempatnya setelah di pukul Rafi, sebenarnya Erlan menolak di bawa ke UKS, tapi Clara tetap saja memaksa. Karena tidak ingin berdebat dengan Clara, Erlan mengikuti saja gadis pendek ini.

Erlan memperhatikan Clara yang fokus pada lukanya, dari jarak yang sedekat ini membuatnya lebih leluasa melihat kecantikan Clara. Clara yang merasa di tatap pun mengalihkan pandangannya.

Deg!

Mereka sama-sama diam saling tatap untuk beberapa saat. Erlan memiliki bulu mata yang lentik, wah Clara iri dengan bulu mata itu, bulu mata Erlan mengalahkan bulu mata miliknya.

"Ekhem." Erlan berdehem menetralkan detak jantungnya, ia menatap ke segala arah menghindari tatapan Clara.

"Eh, udah gak papa?"

"Gak." Jantung Erlan masih berdetak lebih cepat, ia tidak mengerti bagaimana cara menetralkan detak jantungnya ini.

"Telinga lo merah." Clara menatap Erlan dengan tampang polosnya.

"Agak panas aja disini."

"Tapi ada AC."

Ck, Clara bawel sekali pikir Erlan. Erlan tidak menjawab perkataan Clara, sumpah demi apapun jantungnya tidak bisa berdetak dengan santai.

"Ternyata lo sekolah disini." Erlan berusaha mengalihkan topik.

"Lah, bukannya tadi pagi kita masuk gerbang bareng-bareng ya." Ucap Clara sembari bangkit dari duduknya meletakkan kembali kotak P3K.

"M-Maksud gue, anu gue gak emm lo--"

"Maksudnya lo gak pernah ngeliat gue? Lo kenapa tiba-tiba gagap gitu." Heran Clara.

"Iya itu maksud gue." Gila gila gila! Ada apa dengan dirinya? Kenapa tiba-tiba tidak lancar berbicara.

"Lo nya aja yang gak peduli sekitar, waktu di hukum telat upacara lo pasti gak sadar ada gue."

"Emang iya? Gue gak liat."

Clara hanya mengedikkan bahu nya. Sebenarnya Clara juga tidak lihat Erlan sih. Dia kan tau Erlan karena tidak sengaja melihat kejadian di taman dekat toilet waktu itu.

"Gue ke kelas, makasih." Ucap Erlan bangkit dari duduknya.

"Lo gak ke kantin?"

Pertanyaan Clara membuat langkah Erlan terhenti, ia menatap kosong ke depan. Pergi ke kantin? Apa yang harus ia lakukan disana, menonton banyak siswa yang sedang makan? Sudah jelas dirinya miskin, uang lima ratus perak pun ia tak punya.

"Gak, lo aja. Gue duluan."

Clara hanya diam melihat gelagat Erlan, mengapa tiba-tiba pandangan Erlan tadi kosong?

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang