HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡
ツ
Hari ini adalah hari dimana ujian sekolah di adakan, Erlan berjalan santai melewati lapangan menuju perpustakaan. Beberapa hari yang lalu ia memilih untuk bekerja di bandingkan sekolah, karena memang pekerjaan lah yang ia butuhkan sekarang untuk membiayai hidupnya.
Namun saat ia menceritakan hal itu pada Clara, gadis itu membujuk dirinya untuk melanjutkan sekolah.
_____Hari minggu saat Clara menghampiri Erlan kembali di tempat kerjanya.
"Gue saranin lo sekolah aja, dari cerita lo gue tau perjuangan lo buat mendapatkan beasiswa itu gak mudah, lo udah mati-matian belajar untuk beasiswa, dan sekarang lo mau berhenti di tengah jalan? Sisa satu tahun lagi Erlan."
Erlan diam, ia mendengar baik-baik perkataan Clara. Ia juga tidak ingin berhenti di tengah jalan, tapi jika dirinya melanjutkan sekolah lalu bagaimana pekerjaannya? Ia harus membayar kontrakan yang harganya tidak murah, belum lagi kebutuhan dirinya, ia butuh pekerjaan.
"Lan, denger gue." Ucap Clara memegang bahu lelaki itu, ia menatap dalam Erlan.
Erlan menengok membalas tatapan Clara."Lo bukan anak kecil lagi, lo tau mana yang harus lo pilih kedepannya. Gue tau lo butuh uang untuk biaya hidup lo, gue gak akan nawarin lo uang karena gue gak mau lo tersinggung. Tapi Lan, ijasah itu penting, lo gak mungkin kan kerja bangunan terus? Kalau toko ini nanti selesai lo mau cari kerja dimana? Zaman sekarang nyari kerja minimal punya ijasah SMA."
"Ada gue, kalo lo butuh bantuan bilang."
_____Erlan sangat berterima kasih pada Clara, nasehat dari gadis itu membuat Erlan merasakan kembali rumah yang dulu ia punya, rumah yang selalu menerima keluh kesahnya, rumah yang selalu ada untuknya, rumah yang selalu menggenggam erat tangannya.
Erlan menghela nafas kecil, ia rindu dengan Ibunya, sudah lama ia tidak berkunjung ke rumah baru milik orang tuanya.
"Erlan!"
Erlan menghentikan langkahnya, ia berbalik saat ada suara yang memanggil namanya.
Clara berlari kecil menghampiri Erlan, entahlah mengapa dirinya sangat semangat ketika melihat Erlan dari belakang, karena saking semangatnya ia sampai tersandung oleh kaki nya sendiri.
"Hwa!"
"Clara!"
Clara memejamkan matanya, ia pasrah saat tubuh kecilnya mencium lapangan sekolah. Beberapa detik kemudian Clara mengernyit saat ia tidak merasakan sakit sedikitpun.
Erlan memandangi wajah Clara yang memejamkan mata di pelukannya, ia menghela nafas lega, hampir saja gadis kecil ini terjatuh, jika ia telat sedetik bisa-bisa Clara sudah mencium lapangan sekolah ini.
"E-eh maaf." Ucap Clara ketika ia sudah membuka matanya, perlahan ia melepaskan pelukan Erlan, ah dirinya sungguh malu, mengapa ia bisa ceroboh sekali.
"Santai aja jalannya, jangan lari gitu." Ucap Erlan memberi pengertian, persis seperti seorang Ayah yang menasehati anaknya.
Clara mengangguk patuh, dirinya sungguh malu karena kejadian yang baru saja terjadi.
"Kenapa?" Erlan bertanya sambil merapikan rambut Clara yang sedikit berantakan, biasanya Clara mengikat rambutnya, tapi entah mengapa hari ini rambutnya terurai dengan bebas, Erlan tidak masalah sih mau bagaimanapun bentuk rambut Clara, tetap cantik di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERLARA
Teen FictionErlangga Saputra, seorang lelaki miskin, yatim piatu, dan tidak di harapkan oleh keluarga dari pihak Ayah maupun pihak Ibunya. Hingga ia mengetahui alasan mengapa dirinya tidak di harapkan, dirinya hancur. __________ "Ayah, kenapa aku harus lahir?" ...