#30

3K 155 2
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

"Mahen."

Atensi mereka semua teralihkan ketika seorang gadis memanggil nama Mahen, namun Mahen tetap setia berada di pelukan Clara meski tau siapa yang memanggil namanya.

Rafi mendengus malas ketika tau siapa gadis itu, rasanya ia ingin menonjok keras wajah setan berkedok manusia yang satu ini, biarlah ia di katai karena melawan perempuan.

"Mahen, denger aku gak."

Mahen menghela nafas pelan, ia melepas pelukannya dari Clara lalu menatap Shella, tunangannya.

"Kenapa?" Tanya Mahen mengangkat sebelah alisnya.

"Aku gak suka kamu dekat dia, sampe pelukan segala."

"Dia sahabat aku."

"Aku tunangan kamu, aku gak suka."

"Astaga Clara cuman sahabat, gak lebih."

"Tapi aku tetap gak suka Mahen!"

"Kalo mau berantem jangan disini deh, bakso gue belum habis ni jangan bikin selera makan gue hilang." Celetuk Clara memberhentikan perdebatan mereka berdua.

"Enak banget lo ya main peluk-peluk tunangan orang, gue mau ngomong sama cowok lo aja lo larang."

Clara yang ingin menjawab kalimat yang terlontar dari Shella mengurungkan niatnya ketika merasakan baju nya di tarik oleh seseorang, ia menoleh ke belakang menatap Erlan, lelaki itu mencengkeram erat baju Clara, nafas lelaki itu sedikit tidak teratur.

"Kenapa jadi nyalahin Clara?" Tanya Mahen tidak terima.

"Emang iya kan, dia bebas peluk-peluk kamu kenapa aku gak boleh ngomong sama Erlan, cuman ngomong doang."

"Gak cuman Clara, tapi gue juga. Gak akan gue biarin lo deket dengan Erlan." Sela Rafi menatap tajam Shella, ia muak mendengar ocehan gadis itu dari tadi.

"Sayang kenapa." Tanya Clara pelan pada Erlan, ia menggenggam tangan lelaki itu.

Erlan hanya menggeleng, yang ada di pikirannya kini hanyalah ia harus bisa mengendalikan diri, jangan mengingat kembali peristiwa yang sudah terjadi.

"Emang kesalahan gue segitu fatal nya?!" Tanya Shella sedikit menaikkan suaranya.

"Ya lo pikir aja sendiri!" Sentak Rafi emosi, apakah nenek lampir yang satu ini amnesia?

Mereka yang berada di meja makan tersebut memilih diam, El dan si kembar tidak berani bersuara ketika melihat Rafi sudah mulai emosi, sedangkan Evan pandangannya tidak pernah lepas dari Rafi.

"Gue udah minta maaf ya anjing, lo nya aja yang selalu nolak maaf gue, bahkan ngomong sama Erlan aja selalu lo halangin."

"Lo itu pura-pura goblok apa emang goblok beneran sih Shel, perlu gue ingatin lagi tentang semua perbuatan lo itu?!" Kini Rafi menaikkan nada bicaranya, wajah lelaki itu mulai memerah karena menahan emosi.

"Salah gue apa sih Raf?! Oke gue ngaku salah karena udah bully Erlan dulu, udah kan?"

"Lo pembunuh." Tekan Rafi menatap tajam Shella, tangannya terkepal kuat dengan nafas yang memburu.

"Gue cuman bully Erlan, gue gak sampe bunuh dia!"

Prang!

Mereka semua terkejut akibat Rafi yang membalikkan kasar meja kantin, kini makanan dan minuman yang berada di meja itu berantakan kemana-mana, pecahan mangkok dan gelas berceceran di mana-mana.

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang