#45 •Flashback 1•

1.8K 98 8
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

• Flashback 1 bulan yang lalu •

"Bukan gitu bodoh!"

"Ck bener kaya gini, lo yang bodoh!"

"Lo tuh gak pernah tk apa gimana sih, tolol."

"Heh sembarangan, gue pernah tk ya anjing."

"Jangan bilang lo anak ter gak kreatif di kelas tk lo dulu."

"Mata lo! Gue paling kreatif."

"Kreatif mata lo itu kreatif, mana ada tanah warnanya kuning, sengklek otak lo."

"Ck gak usah banyak komen deh, diem."

Rafi tidak bisa berkata-kata, seumur hidupnya ia tidak pernah menemukan tanah berwarna kuning, kalau tai warna kuning di tanah sih pernah.

"Lo tuh yang gak kreatif, daun kok warnanya ungu." Ucap Evan lalu menyoret kertas gambar milik Rafi.

"Heh anjing! Ini pucuk pohon mangga tolol lo gak pernah liat?! Lo boleh goblok tapi gak gini juga kali." Ucap Rafi kesal.

"Bacot banget anak bapak Gilang."

Sret!

"Anjing!" Umpat Evan ketika goresan pensil warna memanjang di atas kertas gambarnya, ia menatap Rafi kesal penuh dendam.

"Jelek." Ejek Rafi mengulurkan lidahnya.

Srak!

Rafi menganga, kejadiannya begitu cepat hingga ia tidak melihat adanya jeda di depan matanya, Evan...

Merobek kertas gambarnya.

"ANJING KERTAS GUE?!" Pekik Rafi histeris rasanya seakan ingin pingsan.

"Jelek." Ejek Evan membalas Rafi mengulurkan lidahnya.

Rafi geram, ia mengambil alih kertas gambar milik Evan ingin merobeknya namun urung karena kertas tersebut lebih dulu di tarik oleh Evan.

"Ea kalah cepat, lo kalo duel bareng gue baru 2 menit dah koit, lemot." Ejek Evan dengan tampang minta di gampar.

Bruk!

"Agrh!" Evan mengerang kesakitan ketika Rafi menarik kasar tubuhnya hingga ambruk ke lantai, siku tangannya terbentur lantai hingga merasakan sengatan listrik.

"Uhuk! Anjing Raf leher gue!" Pekik Evan ketika Rafi mengapit lehernya dari belakang, ia berusaha menarik lengan Rafi dari lehernya namun susah.

"Apa? Apa ha?! Lo bilang belum ada 2 menit gue udah koit?!"

"Curang anj-- uhuk! Lepas goblok!" Umpat Evan masih berusaha melepaskan lengan Rafi dari lehernya.

"Gak." Ucap Rafi singkat, ia masih mempertahankan leher Evan yang dia apit dengan lengannya.

Bunyi deringan ponsel dari atas kasur Evan membuat mereka berdua diam, Rafi sedikit melirik ke atas melihat ponsel siapa yang berbunyi.

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang