#31

2.8K 140 2
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

"Kamu kenapa dari tadi diem terus, tadi aja nempel-nempel, sekarang kenapa jaga jarak." Tanya Clara heran menatap Erlan, tadi lelaki itu menempel padanya, namun setelah bangun tidur lelaki itu sedikitpun tidak ingin menatap dirinya.

"Males." Ucap Erlan memandang ke luar jendela UKS, kini mereka berdua masih berada di ruangan tersebut.

Clara semakin bingung dengan sikap Erlan, "Kamu kenapa sih? Gak mau peluk kaya tadi?" Tanya Clara lembut, ia berusaha mengerti dengan sikap Erlan yang tiba-tiba berubah.

"Peluk Mahen aja sana." Jawab Erlan bergumam, namun masih terdengar samar oleh Clara.

Clara tersenyum kecil, jadi ini toh masalahnya.

"Cemburu? Kan kamu sendiri yang bolehin tadi."

Erlan hanya mengedikkan bahunya, iya sih dia yang bolehin, tapi kan... Ya tetap aja dia cemburu, kesal, marah campur aduk jadi satu lah pokonya.

"Beneran gak mau peluk?"

Erlan mengedikkan bahu nya lagi, pokonya ia harus ngambek seharian!

"Sayang liat sini." Ucap Clara menangkup wajah Erlan, ia menatap lurus manik mata kekasihnya itu. Sedangkan Erlan memasang wajah tanpa ekspresi, lelaki itu masih kesal.

"Pacar aku itu Erlan, Erlangga Saputra."

"Siapa bilang pacar kamu mang ujang." Sela Erlan sedikit ketus.

"Ck diem dulu ih." Ucap Clara menekan pipi Erlan sampai mulut lelaki itu berbentuk seperti ikan.

"Aku sama dia cuman sahabat, mau sedekat apapun aku sama dia, kamu tetap nomor 1 di hati aku, aku cinta sama kamu." Jelas Clara menatap teduh Erlan, ia sungguh sangat mencintai lelaki ini, jika nanti orang tuanya tidak merestui, apapun akan ia lakukan untuk mendapat restu itu, tidak perduli ekonomi lelaki ini berada di bawahnya.

Erlan tertegun, ia juga sangat mencintai Clara. Tapi apakah ia bisa membahagiakan gadis itu dengan hidup yang serba kekurangan ini?

"Kamu lebih deket sama Mahen daripada sama aku." Ucap Erlan masih dalam mode ngambek, oke kita lihat sampai mana lelaki itu bertahan dalam mode ngambeknya.

"Enggak, siapa bilang."

"Kamu pasti sering peluk-pelukan sama Mahen kan." Ucap Erlan lagi, masih dalam mode ngambek.

"Enggak ih, siapa yang bilang."

"Tadi Rafi bilang, kalian pelukan sampe pagi kan. Kamu mah gitu, giliran sama aku aja bentar doang, alasannya banyak orang lihat, apaan coba." Gerutu Erlan kesal, mimik wajah Erlan membuat Clara gemas sendiri.

"Enggak sayang, itu lagi kecapean aja namanya juga anak kecil." Jawab Clara memberi pengertian.

"Kapan coba?" Tanya Erlan penasaran.

"Waktu kelas 10."

"Itu mah udah besar, mana ada anak kecil sekolah SMA. Udah ah sana peluk Mahen aja lagi sampe pagi." Jawab Erlan melepas tangan Clara dari wajahnya, ia sangat amat kesal.

"Ih kamu ngambek beneran? Yaudah kalo kamu gak mau peluk, aku aja yang peluk." Ucap Clara memaksa masuk dalam pelukan Erlan.

"Apaan peluk-peluk, sama Mahen aja sana gak usah sama aku." Jawab Mahen masih kesal, ia mengangkat kedua tangannya tidak membalas pelukan Clara.

"Waktu itu Mahen baru sampe di Indo, terus langsung aku ajak keliling kota karena seneng sahabat aku kesini. Terus waktu sore aku ajak dia main kerumah, karena kecapean kita berdua ketiduran di sofa. Kita gak pelukan kok, dia rangkul aku terus aku senderan di bahu nya." Jelas Clara tidak ingin membuat kekasihnya salah paham.

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang