#25

3K 152 0
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

Di depan ruang UGD Rafi mondar mandir dengan raut khawatir, ia merapalkan segala do'a untuk Erlan berharap lelaki itu tidak kenapa-napa.

"Rafi."

Rafi menoleh ketika suara bass lelaki memanggil namanya.

"Papa."

"Siapa? Kenapa sampai panggil orang-orangnya Papa." Tanya Gilang, ia mendapat laporan dari anak buah yang Rafi pinjam tadi.

Rafi tidak terkejut, memang ini lah yang biasa terjadi ketika dirinya meminta bantuan pada orang-orang kepercayaan Papa nya.

"Angga." Jawab Rafi pelan.

Gilang mengernyit, "Angga? Angga yang dulu it-"

"Iya, Angga yang itu Pa." Ucap Rafi memotong ucapan Gilang.

"Pa.. Aku gak mau dia kenapa-napa lagi." Lirih Rafi menatap Gilang sendu, matanya merah menahan tangis.

Gilang maju memeluk putra nya, mengelus pundak Rafi menyalurkan ketenangan, ia tidak akan menanyakan apa yang terjadi karena situasi Rafi yang seperti ini tidak memungkinkan untuk ia bertanya.

Ceklek!

Dokter yang menangani Erlan keluar, Rafi dan Gilang menghampiri dokter tersebut.

"Keluarga pasien?" Tanya Dokter tersebut.

"Saya Ayahnya dok." Jawab Gilang.

"Baik Pak, bisa ikut saya ke ruangan saya."

Gilang mengikuti langkah dokter tersebut, sedangkan Rafi masuk ke ruangan yang terdapat Erlan sedang memejamkan matanya dengan nafas teratur, ia duduk di kursi yang terdapat di samping Bankar Erlan.

"Maaf, semua salah gue."

"Jangan kaya dulu lagi Lan."

Rafi menunduk sambil memilin kuku jari tangannya, ponsel nya ia matikan ketika mendapat telfon dari teman-temannya, ia tidak perduli dengan sekolah sekarang, yang penting adalah Erlan.

Perlahan jari tangan Erlan bergerak, atensi Rafi teralihkan pada jari tangan lelaki itu.

"Erlan?" Lirih Rafi, ia berdiri memandang Erlan.

Perlahan Erlan membuka matanya, pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah wajah Rafi yang terlihat khawatir.

"Lo udah sadar? Erlan lo liat gue kan?"

Erlan mengangguk pelan.

Senyum lebar Rafi perlahan terangkat, "Tunggu, gue panggilin dokter." Ucap Rafi hendak pergi dari ruangan tersebut.

"Raf..." Lirih Erlan membuat Rafi mengurungkan niatnya.

Erlan menggeleng, "jangan tinggalin gue." Lirih nya pelan menatap Rafi sendu.

"Lo harus di periksa dulu, tunggu bentar aja."

"Gak, gue gak papa. Jangan tinggalin gue."

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang