#28

2.8K 132 0
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

Flashback beberapa tahun yang lalu (2)

"Erlan lo dimana sih." Gumam Rafi khawatir ketika Erlan tidak ada di tempat yang mereka janjikan, ia sudah menunggu Erlan selama 30 menit disini, namun lelaki itu tidak muncul juga.

"Udah gue bilang tunggu disini bentar juga." Gerutu Rafi sedikit kesal namun masih tampak ke khawatiran di wajahnya.

Drttt drttt

Bunyi ponsel mengalihkan atensi Rafi, ia mengangkat telfon ketika melihat nama 'Papa bos' tertera di layar ponsel nya.

"Halo, kenapa pa?"

"Rafi kamu dimana?" Tanya Gilang terdengar panik.

"Di tempat biasa nunggu mang Dirga, katanya ban mobil bocor."

"Kamu aman?"

"Aman pa, kenapa sih?" Tanya Rafi bingung, kernyitan di dahi nya tercetak jelas ketika suara Gilang begitu panik.

"Terus yang di bawa sama Niko siapa?" Gumam Gilang di sebrang sana namun masih terdengar oleh Rafi.

"Niko? Maksud Papa rival Papa itu?"

"Iya, dia ngirim pesan ke Papa kalo gak datang dalam waktu 1 jam anak Papa bakal kenapa-napa."

Mata Rafi membulat seketika, "P-pa, i-itu Erlan!" Ucap Rafi panik.

"Erlan? Erlan siapa?" Tanya Gilang bingung.

"Angga Pa Angga! Yang di bawa pasti Angga!" Teriak Rafi semakin panik, tidak salah lagi pasti yang di bawa itu Erlan, karena tadi ia meminta Erlan untuk menunggu di sini, tempat dimana ia biasa menunggu jemputan.

"Ck sial, Papa yang akan urus ini." Decak Gilang mematikan telfonnya.

Di tempat lain di waktu yang sama, di dalam ruangan gelap dan pengap terdapat remaja lelaki yang mengenakan baju putih biru yang terlihat acak-acakan, tangan dan kaki nya di ikat erat di kursi serta wajahnya yang sudah penuh dengan lebam.

"Hai bocah." Sapa lelaki yang memakai pakaian formal dengan jas mantel hitam.

"Siapa? Kenapa membawa saya kesini?" Tanya Erlan lemas, ia lelah di pukuli oleh anak buah lelaki di depannya ini.

"Wajahmu tidak mirip sama sekali dengan Gilang, apa kau anak pungut?" Kekeh lelaki itu mencengkeram rahang Erlan.

"Ah kasihan, wajah tampan mu menjadi buruk."

Nafas Erlan memburu, ia tiba-tiba teringat ketika ia di bully saat SD dulu.

"Jangan sentuh saya."

"Hahaha, lucu sekali bocah tengik ini." Tawa Niko menghempas kasar rahang Erlan. Ia melangkah menjauhi Erlan duduk di kursi yang tersedia di bagian pojok ruangan.

"Apa kau tau bocah? Kau ada disini karena ulah Ayahmu." Ucap Niko sambil menghidupkan rokok di tangannya.

Erlan mengernyit, apa maksudnya? Memang apa yang telah di perbuat Ayahnya?

"Pertama, Ayahmu merebut gadisku. Kedua, Ayahmu membunuh anak laki-laki ku. Dan ketiga, Ayahmu merebut jabatan pengusaha terkaya dariku di kota ini." Ucap Niko dengan mengangkat satu per satu jarinya, ia menekankan setiap kalimat tanda dendam dengan lelaki yang ia maksud.

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang