#27

2.9K 142 0
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

Di ruang rawat, Erlan sedang berdiri di samping jendela melihat pemandangan jalanan yang ramai dari lantai atas, ia menghela nafas lelah beberapa kali, ia sangat ingin keluar dari ruangan ini.

"Ini kapan gue boleh pulang coba, yakali harus nunggu beso lagi, suntuk banget gue." Gerutu Erlan kesal, ia sudah merasa lebih baik sekarang, sungguh.

Ceklek.

Pintu terbuka menampakkan Rafi yang masih memakai seragam sekolahnya.

"Ngapain lo di sana." Tanya Rafi ketika melihat Erlan yang berdiri memunggunginya.

"Capek tidur mulu."

"Kalo gitu gue pinjam kasur lo." Ucap Rafi sambil memposisikan dirinya tiduran di bankar tempat Erlan.

Erlan hanya berdehem menjawab Rafi, biarlah lelaki itu melakukan apa yang ia suka.

Beberapa menit kemudian Erlan berbalik, ia melihat Rafi yang terlihat tenang memejamkan matanya, perlahan Erlan mendekat memandangi wajah lelaki itu, ia merasa sangat bersalah pada Rafi.

"Ngapain lo liatin gue." Ucap Rafi membuka matanya, ia tidak benar-benar tidur.

Erlan terkejut, ia kira tadi Rafi beneran tidur. "Muka lo jelek." Ucap Erlan sambil melangkah ke arah sofa, ia lelah berdiri sedari tadi.

Rafi bangkit dari tidurnya, "Enak aja kalo ngomong, ngaca sono." Ketus Rafi kesal.

"Clara mana?" Tanya Erlan tidak memperdulikan ucapan lelaki itu.

"Selingkuh." Jawab Rafi asal, ia mengambil laptop nya yang berada di tas ingin mengerjakan tugas.

"Bener-bener anjir." Ucap Erlan kesal, tidak mungkin Clara selingkuh.

"Jalan bareng Mahen tadi, kagak tau kemana." Jawab Rafi malas, ia mulai mengerjakan tugasnya masih setia duduk di atas bankar.

Erlan diam, wajahnya langsung masam saat Rafi berkata Clara sedang keluar bersama Mahen, ia jadi mengingat waktu mereka berdua berpelukan saat itu. Ah mood nya tiba-tiba jadi buruk.

Erlan memposisikan dirinya rebahan di sofa, menekuk tangannya yang tanpa infus untuk menutupi kedua matanya.

"Lo kalo mau tidur jangan di sana, hurupan sini." Ujar Rafi ketika menyadari posisi Erlan.

"Males jalan, gue cuman rebahan doang." Jawab Erlan tidak semangat.

Radi hanya mengedikkan bahu nya acuh, suka-suka dia saja, ia tidak perduli.

"Raf." Panggil Erlan tidak lama kemudian.

"Hm." Rafi hanya berdehem menjawab Erlan, ia masih fokus pada tugasnya.

"Maaf." Ucap Erlan pelan namun masih terdengar jelas di telinga Rafi.

Rafi mengernyit, "Apaan." Tanya Rafi tidak mengerti.

"Jauhin lo gitu aja, gue tau gue salah." Jawab Erlan masih memejamkan matanya.

Jari tangan Rafi berhenti sejenak, "Emang salah." Ucapnya lalu melanjutkan mengetik di laptop.

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang