#37

2.8K 127 0
                                    

HAPPY READING (๑•ᴗ•๑)♡

"Erlan maaf ya, saya juga gak bisa bantu kamu lagi."

Erlan menghela nafas lelah, sudah ia duga ia pasti di keluarkan dari pekerjaannya. Saat dirinya masuk Rumah Sakit ia hampir di keluarkan, namun karena bantuan dari Lisa ia masih di beri kesempatan untuk bekerja lagi.

"Karena tugas kamu sebagai kurir, jadi susah cari pengganti kalau dadakan, makanya kamu di ganti." Lanjut Lisa memberi penjelasan.

Erlan tersenyum kecil, "Yaudah mbak gak papa, emang saya yang salah." Ucap Erlan.

"Semoga cepat dapat kerja lagi ya." Ucap Lisa bermaksud memberi semangat.

Erlan mengangguk, "Terima kasih mbak, saya pamit ya mbak." Pamit Erlan dan mendapat anggukan dari Lisa.

"Hati-hati."

Erlan kembali mengangguk, ia menghela nafas panjang saat keluar dari toko tersebut, apa dirinya harus memberi tau Rafi? Tapi gimana caranya, dirinya kan tidak punya ponsel, apa harus menunggu sampai besok?

Erlan melangkahkan kakinya pergi dari sana, ia akan mencari pekerjaan sekarang, siapa tau ia dapat pekerjaan kan, jadi tidak perlu meminta bantuan dengan Rafi atau Gilang.

3 hari berlalu, hubungan Clara dan Erlan masih seperti itu saja, tidak saling menyapa dan menanyakan kabar. Terkadang Erlan rindu dengan gadis itu, namun karena gengsi nya yang tinggi membuat ia menahan mati-matian rindu itu, sampai saat ini Erlan masih menganggap bahwa Clara tidak bahagia bersamanya.

Saat ini waktunya istirahat, Erlan sedang berada di gazebo taman sekolah tempat dimana dulu ia dan Clara memutuskan untuk menjalin hubungan.

"Uang kontrakan udah, bayar listrik juga udah, gue beli kasur gak ya?" Gumam Erlan, sampai sekarang ia masih memakai kasur lantai yang di sediakan dari kontrakan, sebenernya tidak masalah sih ia tidur di kasur itu, tapi terkadang jika malam hari hujan dirinya kedinginan.

Erlan bersyukur mendapatkan pekerjaan lain yang bayarannya lumayan tinggi, 2 hari yang lalu ia mendapat pekerjaan sebagai waiter di cafe, untungnya saat itu yang kosong adalah shift malam, jadi ia bisa bekerja tanpa mengganggu waktu sekolah.

Erlan mengambil dompet di saku nya, yang pertama kali ia lihat ketika membuka dompetnya adalah foto masa kecil Clara, ia mendapatkan foto itu dari Rafi.

"Kangen banget." Gumam Erlan lirih sambil mengelus foto tersebut.

"Kangen ya samperin lah." Celetuk seseorang dari arah belakang membuat Erlan cepat-cepat menutup dompetnya.

Erlan melirik sinis si pelaku, mengganggu saja.

"Orangnya lagi di hukum noh di lapangan, kagak kasihan lo?" Tanya Rafi sambil duduk di samping Erlan.

"Kok bisa?" Tanya Erlan.

"Biasa tidur di kelas, pacar lo tuh kebo."

Erlan diam, ia menatap ke arah lapangan, di sana terdapat 3 anak perempuan dan 4 laki-laki yang sedang hormat pada tiang bendera.

"Clara yang mana?" Tanya Erlan heran ketika tidak menemukan gadisnya.

"Yang rambutnya pendek." Jawab Rafi.

ERLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang