Bagian 138 Kembali Ke Surabaya

142 21 2
                                    

"Ahh, lobster. Sudah lama aku tidak memakan lobster." Kata Santy. "Ayo makan." kata Adam membuka plastik yang membungkus lobster. "Selamat makan." Santy kemudian membuka plastik yang membungkus lobster.

30 menit kemudian setelah selesai makan Adam memakai topeng kulit kembali. "Ayo pergi." "Baik kak." Adam dan Santy keluar dari rumah. Adam melihat smartphonenya kemudian membuka aplikasi shop. Adam kemudian membeli motor seharga 100 coin.

Smartphone bersinar kemudian sebuah motor muncul di depan Adam. "Ayo naik." Kata Adam menaiki motor dan menghidupkan mesin. "Baik kak." Santy naik ke atas motor dan memeluk Adam. "Broom." Adam menarik gas dan pergi.

3 Jam kemudian Adam dan Santy tiba di perbatasan kota Surabaya yang di jaga ketat. "Adam dan Santy turun dari motor lalu di periksa oleh tentara. Tentara melihat sebuah foto kemudian melihat wajah Adam. "Dari mana asal kalian." Tanya seorang tentara. "Mojokerto." Balas Adam dengan suara serak. Tentara melihat Adam kemudian berkata. "Ini tiket kalian, kalian dikategorikan pengungsi biasa."

Adam dan Santy menerima tiket dari salah satu polisi. "Kalian bisa masuk." "Terimakasih." Balas Adam dengan suara serak kemudian menaiki motor. Melihat Santy telah naik Adam kemudian menghidupkan mesin dan pergi. "Kak, bahkan mereka mempunyai foto dirimu." Kata Santy. "Benar, aku tidak menyangka mereka memiliki fotoku." Balas Adam.

"20 Menit kemudian Adam berhenti di rumah kosong. Ini rumah kosong yang diberikan pemerintah untuk kita tempati." Kata Adam melihat rumah memiliki nomor 1450 dan tiket miliknya memiliki nomor 1450.

"Kak, menurutmu pukul berapa zombie-zombie itu tiba di kota ini." tanya Santy. "Mungkin nanti malam atau besok. Tapi tenanglah, di kota ini terdapat puluhan ribu manusia evolusi. Jadi kota ini pasti akan aman." balas Adam mengelus rambut Santy.

"Benar, karena kita sudah berada di kota ini dan keamanan kita terjaga. Mengapa kita tidak bersenang-senang." Adam menggendong Santy. "Ahhhh. Kakak." Santy tersipu malu saat Adam menggendongnya. Adam dan Santy saling melihat kemudian berciuman.

3 Jam kemudian Adam yang sedang berada di kamar melihat langit mulai gelap. "Kak ayo kita mandi." Santy yang sedang berbaring dengan telanjang melihat Adam. "Ayo, kita juga belum pernah mandi bersama." Adam tersenyum kemudian menggendong Santy.

5 menit kemudian Adam dan Santy berada di kamar mandi dan saling membasuh badan. Dadamu sungguh mungil." Adam mengelus dada Santy kemudian menjilatinya. "Emmm. Bukankah kita ingin mandi kak." Santy mengerang. "Benar, aku lupa kalau kita mau mandi." Balas Adam. Namun Adam tetap mengelus dada Santy.

4 Jam kemudian Adam sedang duduk di kursi dan melihat Santy sedang tidur. "Sittt. Aku sungguh pria berengsek yang menodai perempuan berumur 15 tahun." Adam menghela nafas. "Kak, kenapa kamu masih belum tidur." Santy melihat Adam yang sedang duduk di kursi. Adam naik ke kasur kemudian memeluk Santy. "Ayo kita tidur." "Baik kak." Santy kemudian memejamkan matanya.

Sementara itu di tempat lain beberapa orang sedang berkumpul di ruangan. "Di perkirakan jumlah zombie yang berasal dari kota Mojokerto dan Sidoarjo berjumlah 1 juta lebih. Jika melihat dari kecepatan mereka berjalan di perkirakan 1 juta zombie akan tiba di kota ini besok pagi jam 7." Kata seorang pria.

"Beritahu semua tentara, polisi dan regu pembunuh zombie untuk bersiap-siap." Kata pria paruh baya yang tidak lain adalah Erik. "Baik komandan." Balas beberapa orang. "Jika kota Surabaya berhasil di tembus. Maka mau tidak mau. Semua warga harus pergi ke kota Semarang."

Keesokan harinya Adam dan Santy yang sedang makan melihat puluhan truck yang lewat tanpa henti. "Sepertinya zombie-zombie itu hampir datang kemari." Kata Adam meminum air mineral. "Aku sudah kenyang kak." Kata Santy membungkus sisa makanan. "Buang sisa makanan di tempat sampah. Setelah itu kita akan pergi meninggalkan kota ini." kata Adam kemudian memakai topeng kulit. "Baik kak." Santy mengangguk.

ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang