Bagian 99 Mengubur Edi

951 104 3
                                    

Adam minum setengah botol air lalu menyirimkan sisanya di kedua lukanya. "Ughhh." Adam merasakan perih saat menyiram lukanya dengan air. Adam kemudian mengambi pakaiannya untuk membasuh bekas darah di tubuhnya. Setelah selesai membasuh bekas darah di tubuhnya, Adam mulai memperban kedua lukanya.

Setelah selesai memperban lukanya Adam melihat mayat Edi dan berkata. "Aku akan menunggu disini sebentar, aku mempunyai firasat mereka akan kembali." Benar tebakan Adam. Setelah beberapa menit menunggu, Adam melihat dua mobil melaju ke arahnya.

"Adam apa kamu baik-baik saja." Adam melihat Jessica keluar mobil dan berlari kearahnya sambil menangis. "Aku baik-baik saja dan jangan memelukku, aku sedang terluka." Adam tersenyum melihat Jessica hendak memeluknya.

Adam syukurlah kamu baik-baik saja." Steven menghela nafas melihat Adam baik-baik saja. namun Steven bersedih saat melihat mayat di samping Adam. "Maaf, aku tidak bisa melindungi pak Edi." Adam bersedih melihat mayat Edi.

"Kak, ini bukan salahmu, kamu sebenarnya beruntung bisa selamat melawan beberapa manusia evolusi." Kata Angga menghela nafas melihat semua mayat yang tergeletak di jalan. "Benar Adam, kamu tidak perlu bersalah dengan kematian pak Edi. Dia sudah membulatkan tekadnya saat bertarung bersamamu." Steven menghela nafas. "Baiklah, Angga, Steven pindahkan mobil yang menghalangi jalan itu. Aku menebak mobil itu macet." "Oke." Angga dan Steven mulai berjalan ke arah mobil.

"Adam apa kamu terluka." Kata Merry saat menyentuh perban di tubuh Adam. "Aku terluka Merry, jangan sentuh perut dan dadaku." Balas Adam. "Ah, maaf." Merry mengangguk. Dia hampir saja menyentuh perut dan dada Adam. "Kamu tidak perlu minta maaf." Adam tersenyum dan mengelus rambut Merry. Merry tersenyum saat Adam mengelus rambutnya.

"Adam ada orang yang selamat." Steven berteriak saat melihat kedua wanita dan seorang anak kecil. "Abaikan saja mereka." Teriak Adam. Melihat Steven yang sedang memikirkan sesuatu Angga menepuk pundaknya dan berkata. "Abaikan saja mereka. Jika kamu memutuskan membawa mereka, mungkin kita akan berpisah disini. Kak Adam sudah berbaik hati tidak membunuh mereka." Angga menebak bahwa Adam sudah tahu ada orang yang masih selamat.

Mendengar kata Angga, Steven menghela nafas. Dia adalah seorang dokter, jadi dirinya memiliki sifat kemanusiaan yang tinggi. Tapi dia tahu, setelah berpisah dengan Adam. Perjalanan ke Surabaya tidak akan berjalan lancar. Dia juga ragu bisa selamat sampai di Surabaya.

Beberapa menit kemudian Angga dan Steven telah selesai memindahkan mobil yang macet. "Baiklah, kita akan mencari tempat untuk menguburkan mayat pak Edi terlebih dahulu." Kata Adam berdiri. "Baik." Angga dan yang lain mengangguk. Kemudian Angga dan Steven menggotong mayat Edi ke dalam mobil.

"Kak Adam, apa tidak masalahmu bagimu untuk menyetir mobil." Kata Angga melihat Adam terluka. "Jangan khawatir, aku lebih handal darimu saat menyetir meski dalam keadaan terluka. Aku tidak akan membuat mobil hampir hancur." Kata Adam melihat mobil memiliki banyak penyokan. Mendengar kata Adam Angga tersenyum malu, dia tidak terlalu bisa menyetir mobil.

Beberapa menit kemudian Adam berhenti di sebuah tempat dan mulai mengubur mayat Edi bersama-sama. "Adam aku tidak percaya kamu adalah pesulap." Kata Steven melihat Adam mengeluarkan 4 cangkul dari udara kosong. "Baiklah, ayo mulai menggali." Kata Adam. "Baik." Balas Angga dan yang lain.

1 jam kemudian Adam telah selesai mengubur mayat Edi. "Pak Edi aku sangat senang mengenalmu, dan terimakasih sudah menolongku. Maafkan aku." Adam melihat kuburan Edi dan menteskan air mata. "Adam jangan menangis." Jessica juga menangis dan menghibur Adam. "Baiklah, ayo pergi." Adam mengusap kedua air matanya kemudian berjalan ke arah mobil. Diikuti Angga dan yang lain.

ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang